Kontroversi Seputar Kepemimpinan Soeharto

November 16, 2017 0 Comments




Soeharto memang penuh kontroversi. Dari mulai penyerahan Supersemar atau Surat Perintah 11 Maret di tahun 1966 sampai kemudian memangku jabatan sebagai presiden tak henti kontroversi menghampirinya. Namun, siapa pun pimpinan di negara ini memang akhirnya menemukan kontroversinya masing-masing. Soekarno sang bapak proklamator bangsa pun tak lepas dari kontroversi saat di tahun 1965 tak mau membubarkan PKI. Demonstrasi mahasiswa yang menuntut TRITUR, yaitu Bubarkan PKI, Bersihkan kabinet dari unsur G 30 S dan Turunkan harga menjadi satu kontroversi saat Soekarno tetap ingin menjadi pimpinan bijak yan gmerangkul seluruh dunia. Siapa pun memang tak suak dengan bangsa Barat yang cenderung menjadi penjajah bagi bangsa Timur, namun ideologi Pancasila yang menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa di deretan pertama tampaknya juga sulit untuk berkompromi dengan ideologi komunis.
Dibalik berbagai keberhasilan Soeharto membangun bangsa Indonesia dari keadaan defisit ke dalam keadaan normal dan bahkan pernah surplus tentu juga menyisakan beberapa kesalahan yang kemudian menjadi kontroversi tersendiri. Berikut beberapa cacatan kontroversi terkait dengan kepemimpinan Soeharto
1.    Menegakkan stabilitas keamanan di atas pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)
Dalam trilogi pembangunan yang dicanangkan oleh Soeharto saat menjabat presiden, stabilitas keamanan merupakan hal pertama yang diusahakan agar dapat tercapai pembangunan yang diinginkan. Untuk menciptakan stabilitas keamanan, banyak pelanggaran HAM yang dirasa menjadi kontroversi.
· Cara-cara Soeharto melakukan stabilitas suasana sosial dan politik setelah peristiwa G 30 S di tahun 1965 dinilai sangat ceroboh dan melanggar HAM. Saat memperoleh Supersemar, memang Soeharto dinilai telah menjalankan wewenang di luar batas. Bahkan, Soekarno sendiri telah menegur apa yang dilakukan oleh Soeharto terutama terkait dengan pembubaran PKI dan pembesihan kabinet dari unsur G 30 S. Namun, Soeharto berdalih bahwa apa yang dilakukannya sudah sesuai rule. Jika Soekarno tak menyetujuinya, Soeharto tak akan bertanggung jawab terhadap keadaan Negara Indonesia terutama stabilitas keamanan yang benar-benar kacau sehingga memengaruhi bidang lain. Pelanggaran HAM dalam menghapus PKI dan menangkap semua simpatisannya ini menajdi catatan hitam bagi sejarah terbentuknya orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto. Apalago banyak yang mencatat bahwa penanganan PKI dan simpatisannya di Indonesia di dalangi oleh bantuan CIA kepada pihak Soeharto.
· Penanganan terhadap beberapa gerakan separatis atau pemberontakan di Aceh, Timor-Timur, Papua dan beberapa daerah lain di Indonesia dirasakan tidak mengindahkan HAM. Seoharto memang tak pernah sedikit pun membuka jalan bagi pemberontak untuk bernapas di Indonesia. Soeahrto yang dilatarbelakangi karier militer menggunakan cara-cara ala militer pula untuk menangani segala pemberontakan untuk melepaskan diri dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konon inilah kontroversi tentang pelanggaran HAM semakin meninngkat. Menurut Soeharto, penanganan secara militer merupakan satu-satunya cara apabila perundingan dan komunikasi tak bisa dijalankan. Hal ini tampak dari terpisahnya Timor-Timur dari Indonesia saat Soeharto tak lagi menjabat sebagai presiden.
· Penanganan terhadap para penjahat yang dinilai terlalu berlebihan serta melanggar HAM. Mencuatnya kasus petrus atau penembakan misterius menumbuhkan ketakutan yang sangat di kalangan penjahat dan orang-orang yang berhubungan dengan mereka. Soeharto memang dengan tegas melegalkan tembak di tempat bagi para penjahat yang melawan saat ditangkap. Alasan Soeharto apabila mereka tak ditangani, kejahatan akan semakin merajalela di bumi Indonesia.
2.    Tindakan untuk membatasi keberadaan partai politik
Di era Soeharto, banyaknya partai politik dinilai menghambat rencna pembangunan yang dibuatnya. Oleh karena itu, dipangkasnya partai politik hanya menjadi tiga, yaitu PPP, Golkar dan PDI. Dengan mengambil alasan tentang stabilitas politik, Soeharto dan para pembantunya merasa berhak melakukan fusi atau pengelompokan partai politik menjadi hanya tiga golongan. Tindakan represif dilakukan terhadap sejumlah elemen yang merasa tidak sesuai dan kemudian melakukan unjuk rasa.
3.    Mengundang investasi dengan otoritas
Soeharto pernah dijuluki koppig atau keras kepala oleh Soekarno. Hal ini terkait keinginan dan cara Soeharto menangani stabilitas nasional di era revolusi  tahun 1965. Selanjutnya pada masa kepemimpinan Soeharto, terjadilah represif besar-besaran terhadap semua elemen mulai mahasiswa, media, sampai masyarakat umum yang ingin menyuarakan tuntutannya terhadap apa yang telah dilakukan oleh pemerintahan Soeharto. Pendapat Soeharto, apabila dia masih saja berkutat dengan stabilitas  nasional yang tak kunjung membaik, tentu saja modal domestik akan lari ke luar negeri dan modal/investasi luar negeri sulit untuk datang ke Indonesia.
4.    Korupsi, kolusi dan nepotisme merajalela
Dengan alasan memelihara stabilitas keamanan, politik dan ekonomi, Soeharto dikatakan menggunakan berbagai cara yang pada akhirnya meletakkan demokrasi di tempat paling bawah untuk dijamah. Demi pertumbuhan ekonomi, Soeharto banyak memberikan kepercayaan pada orang-orang terdekatnya sehingga peluang untuk melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme terbuka lebar.
5.    Mengutamanakan loyalis dan orang-orang kepercayaan
Dalam membentuk kabinet dan mencari kepala BUMN, Soeharto memiliki peranan yang mutlak. Pilihan Soeharto biasanya jatuh pada orng-orang yang loyal padanya dan bisa dipercaya olehnya. Soeharto lebih mementingkan bawahan dan mereka yang loyal daripada orang-orang pandai serta cakap menangani bidangnya. Selama Orde Baru, masyarakat tak perlu tahu kriteria keberhasilan kepemimpinan menteri-menteri pilihan Soeharto. Jika memang sang menteri masih loyal kepada Soeharto dapat dipastikan ia akan diangkat lagi sebagai menteri pada periode selanjutnya.
6.    Utang luar negeri terutama pada negara-negara Barat semakin meningkat
Perbaikan ekonomi di awal Orde Baru ditunjang oleh hubungan yang berangsur pulih antara Indonesia dengan negara-negara Barat. Hubungan ini beranjak menjadi semacam ketergantungan untang kepada negara-negara Barat tersebut. Di akhir kepemimpinannya Soeharto mewariskan utang yang sangat besar.
7.    Diperkirakan melakukan korupsi, menyelewengkan uang negara sebesar 15-35 miliar dolar US
Dengan berbekal ketujuh yayasan dan beberapa bisnis keluarganya, Soeharto diperkirakan melakukan penyelewengan kekuasaan dan uang negara yang sangat besar. Pengusutan terhadap kasus ini belum selesai disebabkan oleh sakitnya Soeharto dan menyusul meninggal pada 2008.
8.    Tindakan yang represif terhadap kaum oposisi, gerakan mahasiswa dan media
Soeharto terkenal sebagai presiden yang cenderung otoriter karena hampir semua lini pemerintahan ditangani olehnya, terutama dalam memilih pimpinan. Setiap adanya krutikan dari kaum oposisi selalu ditekan sehingga tak bersuara lagi, demikian pula dengan gerakan mahasiswa dan media yang dipasung demi menjaga stabilitas nasional. Kebebasan berpendapat tidak pernah ada kecuali untuk pendapat yang membela dan berpihak kepada Soeharto beserta keluarga dan para pembantunya.
9.    Penulisan sejarah yang memihak
Soeharto dikenal sebagai presiden yang kontroversial dan melakukan penulisan sejarah dengan memihak diri dan para pengikutnya. Mulai dari sejarah tentang serangan umum 11 Maret di tahun 1949, sejarah G30S di tahun 1965 dan berbagai sejarah lainnya. Versi berbeda tentang berbagai sejarah tersebut akhrnya muncul setelah Soeharto tak lagi menjabat sebagai presiden. Namun demikian, sampai sekarang kesimpangsiuran sejarah masih saja sulit untuk diluruskan, sejarah yang benar adanya dan mana yang perlu dibenahi karena pelaku sejarah serta saksi-saksi telah banyak yang meninggal dunia.





MUNDURNYA SOEHARTO DARI KURSI PRESIDEN


Mundurnya Soeharto dipicu adanya demonstrasi besar-besaran yang terjadi semenjak tahun 1997 samapi Mei 1998. Demonstrasi yang banyak dilakukan oleh mahasiswa dan elemen masyarakat tersebut menuntut Soeharto mundur karena tekanan krisis ekonomi yang sangat menghimpit masyarakat Indonesia. Setelah melalui berbagai jalan yang sulit, akhirnya tuntutan para demonstran dipenuhi oleh Soeharto setelah didesak oleh ketua DPR/MPR Harmoko untuk mengundurkan diri di bulan Mei tahun 1998.
Saat mengundurkan diri, Soeharto menyampaikan pidato sebagai berikut.

Sejak beberapa waktu terakhir, saya mengikuti dengan cermat perkembangan situasi nasional kita, terutama aspirasi rakyat untuk mengadakan reformasi di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Atas dasar pemahaman saya yang mendalam terhadap aspirasi tersebut dan terdorong oleh keyakinan bahwa reformasi perlu dilaksanakan secara tertib, damai dan konstitusional.
Demi terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa serta kelangsungan pembangunan nasional, saya telah menyatakan rencana pembentukan Komite Reformasi dan mengubah susunan Kabinet Pembangunan VII. Namun demikian, kenyataan hingga hari ini menunjukkan Komite Reformasi tersebut tidak dapat terwujud karena adanya tanggapan yang memadai terhadap rencana pembentukan komite tersebut.
Dalam keinginan untuk melaksanakan reformasi dengan cara sebaik-baiknya tadi, saya menilai bahwa dengan tidak dapat diwujudkannya Komite Reformasi, maka perubahan Kabinet Pembangunan VII menjadi tidak diperlukan lagi.
Dengan memerhatikan keadaan di atas, saya berpendapat sanagt sulit bagi saya untuk dapat menjalankan tugas pemerintahan negara dan pembangunan dengan baik. Oleh karena itu, dengan memerhatikan pandangan pimpinan DPR dan pimpinan fraksi-fraksi yang ada di dalamnya, saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai presiden RI terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari kamis, 21 Mei 1998.
Pernyataan saya berhenti dari jabatan sebagai presiden RI saya sampaikan di hadapan saudara pimpinan DPR dan juga adalah pimpinan MPR pada kesempatan silaturahmi. Sesuai Pasal 8 UUD 1945, maka Wakil Presiden RI Prof. Dr. Ing BJ Habibie yang akan melanjutkan sisa waktu jabatan Presiden/Mandataris MPR 1998-2003. Atas bantuan dan dukungan rakyat selama saya memimpin negara dan bangsa Indonesia ini saya ucapkan terima kasih dan minta maaf bila ada kesalahan dan kekurangan-kekurangannya semoga bangsa Indonesia tetap jaya dengan Pancasila dan UUD 1945.

Mulai hari ini pula Kabinet Pembangunan VII demisioner dan kepada para menteri saya ucapkan terima kasih. Oleh karena keadaan tidak memungkinkan untuk menyelenggarakan pengucapan sumpah di hadapan DPR, maka untuk menghindari kekosongan pimpinan dalam menyelenggarakan pemerintahan negara, kiranya saudara wakil presiden sekarang juga akan melaksanakan sumpah jabatan presiden di hadapan Mahkamah Agung RI.

0 Comments:

SOEHARTO DAN PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA

November 14, 2017 0 Comments


Soeharto, sosok Presiden kedua RI memiliki karisma tersendiri di mata rakyatnya. Pandangan terhadap Soeharto sangatlah lengkap, mantan presiden yang dicintai, dipuja, dikagumi, sekaligus dibenci, dicaci dan disumpah. Setiap kehidupan memang tak akan pernah lepas dari dua hal. Adanya siang karena ada malam, adanya kemarau karena ada hujan. Demikian seperti halnya seorang manusia, ada yang menyukai dan ada pula yang membenci.
Kepemimpinan Soeharto pun demikian, menjadi presiden selama lebih dari tiga puluh tahun membuat banyak yang menyukainya, tetapi lebih banyak pula yang membencinya. Kita tak akan meneruskan pembahasan tentang berbagai kontroversi seputar Soeharto, karena yang kita kuak adalah sisi lain secara manusiawi segala yang menyangkut hubungan dengan Soeharto selaku manusia, ayah, suami dan kepala negara.

Kiprah Soeharto sebagai Prajurit TNI AD
1 Juni 1940
Diterima menjadi prajurit militer Hindia Belanda (KNIL) dan mendapat pendidikan di Gombong, Jawa Tengah.

1942
Bergabung dengan Pembela Tanah Air (PETA) pasukan bentukan Jepang.

5 Oktober 1945
Diterima secara resmi menjadi anggota TNI

1 Maret 1949
Bergabung dan memimpin pasukan dalm serangan umum melawan Belanda yang disebut dengan Serangan Umum 1 Maret atau 6 jam di Yogya.

1 Maret 1953
Diangkat menjadi Komandan Resimen Infanteri 15 dengan pangkat Letnn Kolonel

3 Juni 1956
Kepala Staf Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro, Semarang.

1 Januari 1957
Pangkat Soeharto naik menjadi Kolonel

17 Oktober 1959
Lembaran hitam karena menyalahgunakan institusi untuk berbisnis

1 Januari 1960
Setelah selesai sekolah SESKOD di Bandung, pangkat Soeharto menjadi Brigadir Jenderal.

1 Oktober 1961
Menjadi Panglima Korps Tentara I Caduad (Cadangan Umum Angkatan Darat) merangkap dengan panglima Kohanudad )Komando Pertahanan Angkatan Darat)

1 Januari 1962
Pangkat Soeharto naik menjadi Mayor Jenderal. Menjadi Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat merangkap Deputi Wilayah Indonesia Timur di Makassar.
1 Mei 1963
Diangkat menjadi Panglima Komando Strategis AD.
3 Oktober 1965
Diangkat menjadi Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban.
14 Oktober 1965
Diangkat menjadi Menteri Panglima AD menggantikan A. Yani
11 Maret 1966
Menerima Surat Perintah 11 Maret
12 Maret 1966
Membubarkan PKI
1 Juli 1966
Diangkat menjadi Jenderal bintang empat
22 Februari 1967
Ditunjuk menjadi presiden sampai terpilihnya presiden oleh MPR hasil Pemilu
27 Maret 1968
Diangkat menjadi Presiden RI oleh MPR hasil Pemilu merangkap Menteri Pertahanan dan keamanan
10 Juni 1968
Pengangkatan dan pelantikan Menteri pada era Orde Baru dengan nama Rencana Pembangunan Lima Tahun I (Repelita I).
23 Maret 1973
Terpilih menjadi presiden untuk yang kedua kalinya dengan wakil Sri Sultan Hamengkubuwono IX
22 Maret 1978
Terpilih menjadi presiden untuk yang ketiga kalinya dengan wakil Adam Malik
1 Maret 1983
Terpilih menjadi presiden untuk yang keempat kalinya dengan wakil Umar Wirahadikusuma
10 Maret 1988
Terpilih menjadi presiden untuk yang kelima kalinya dengan wakil sudharmono
10 Maret 1993
Terpilih menjadi presiden untuk yang keenam kalinya dengan wakil Jenderal Try Sutrisno
39 September 1997
Menerima penghargaan sebagai Jenderal Besar
17 Maret 1998
Terpilih menjadi presiden untuk yang ketujuh kalinya dengan wakil BJ Habibie
21 Mei 1998
Mundur dari jabatan presiden dan diganti oleh BJ Habibie

Mengenang  Keberhasilan Kepemimpian Soeharto
Sebagai seorang presiden, Soeharto sama seperti manusia lainnya. Ada yang suka dan mendukung dan banyak pula yang tidak suka dan mengkritik. Kadangkala ada yang datang jika dijanjikan manis dan kemudian berkhianat saat telah memperoleh hasil yang diharapkan. Meskipun demikian, kita tak bisa menutup mata terhadap keberhasilan Soeharto mengawal RI dari masa terpuruk dan posisi pengimpor beras terbesar menjadi negara yang cukup disegani dan berswasembada pangan.
Semenjak awal pemerintahannya, Soeharto mencanangkan adanya rencana pembangunan yang disebut dengan Repelita, yaitu Rencana Pembangunan Lima Tahun dan Trilogi Pembangunan. Dengan adanya perencanaan yang terstuktur dalam membangun bangsa dan masyarakat Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 45, diharapkan Indonesia dapat menjadi negara yang berkembang ke arah kemajuan signifikan.
Trilogi Pembangunan yang dicanangkan oleh Soeharto, adalah sebagai berikut
1)    Stabilitas Keamanan
Dalam buku Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya disebutkan tentang penjelasan Soeharto mengenai Petrus (penembakan misterius) sebagai berikut:
“Pers ramai menulis kematian misterius sejumlah orang dengan menyebutkan penembakan misterius atau disingkat dengan sebutan petrus. Kalangan cendekiawan dan juga di forum-firum internasional ada yang menyinggungnya,  mengeksposnya. Dia tidak mengerti masalah sebenarnya. Kejadian itu misterius juga tidak. Masalah sebenarnya didahului oleh ketakutan yang dirasakan rakyat. Ancaman-ancaman yang datang dari orang-orang jahat, perampok, pembunuh dan sebagainya. Seolah-olah ketenteraman di negeri ini tidak ada. Yang ada seolah-olah rasa takut saja. orang-orang jahat itu tidak hanya melanggar hukum, akan tetapi sudah bertindak melebihi batas perikemanusiaan. Umpamanya saja orangtua sudah dirampas kemudian masih dibunuh. Perempuan yang diambil kekayaannya da si istri orang lain itu masih juga diperkosa oleh orang jahat itu di depan seaminya. Itu sudah keterlaluan. Apa hal itu mau didiamkan saja? kita harus mengadakan treatment, tindakan yang tegas. Tindakan tegas bagaimana? Ya, harus dengan kekerasan. Tetapi kekerasan itu bukan lantas dengan tembakan, dor! Dor! Begitu saja, bukan! Tetapi yang melawan, ya mau tidak mau harus ditembak. Supaya, orang banyak mengerti bahwa terhadap perbuatan kejahatan masih ada yang bisa bertindak dan mengatasinya. Maka meredalah kejahatan-kejahatan yang menjijikkan itu.”
2)    Stabilitas Politik dan Pemerintahan
Pencapaian stabilitas politik dan keamanan diraih dengan membangun konsensus berdasarkan Pancasila dan UUD 45. Dua konsesus yang dijalankan Soeharto untuk mencapai stabilitas politik dan pemerintahan adalah sebagai berikut.
· Konsensus bahwa Pancasila merupakan manajemen multikulturalisme Nusantara. Dengan berbekal pancasila, perbedaan ada istiadat dan budaya bisa terakomodasi dalam satu wadah, ranah politik juga harus dikelola dalam satu payung ideologi, yaitu Pancasila.
· Konsesnsus untuk menyederhanakan partai politik agar tidak terlampau banyak sehingga lebih hemat. Masaing-masing kelompok dan kecenderungan tertentu diwadahi dalam satu partai. Misalnya kelompok nasionalis dalam PDI, kelompok islam PPP dan kalangan nasionalis religius dalam GOLKAR
3)    Stabilitas Eonomi
Lengkaplah sudah tiga ideologi pembangunan yang dapat mengantar kesuksesan masyarakat Indonesia dalam membangun diri, keluarga, serta bangsanya. Pekerjaan rumah bagi stabilitas dan rehabilitas di masa awal pemerintahan Soeharto antara lain:
· Menyelesaikan konflik internal dan eksternal, masalah sosial dan pemberontakan
· Menyelesaikan utang luar negeri
· Mengurangi laju inflasi
· Rehabilitas infrastruktur
· Meningkatkan ekspor
· Menyediakan bahan pangan dan sandang bagi masyarakat
· Mengatasi berhentinya industri, pengangguran, krisis neraca pembayaran, menurunnya cadangan devisa dan tunggakan utang luar negeri.

Berikut beberapa keberhasilan yang dicapai selama masa kepemimpinan Soeharto sebagai Presiden RI selama jangka waktu 32 tahun.
1.    Stabilisasi nasional bisa terjaga
Terlepas dari masalah pelanggaran HAM atau tidak, terbukti selama kepemimpinan Soeharto stabilitas nasional Negara Indonesia bisa terjaga dengan baik. Dengan terjaganya stabilitas nasional, investor dengan senang hati melakukan investasi dan pembangunan perusahaan di Indonesia yang berarti lapangan kerja juga terbuka luas. Dengan stabilitas nasional yang terjaga, pembangunan lebih mudah dilakukan dan mencapai kesuksesan.
2.    Kebebasan beragama menurut sila Ketuhanan Yang Maha Esa bisa terselenggara dengan saling bertoleransi
Tak bisa menutup mata, toleransi antar-umat beragama di era kepemimpinan Soeharto sangat terpelihara. Hampir tak pernah ada pertikaian yang disebabkan perbedaan agama. Padahal, Soeharto notabene beragama Islam dan berasal dari suku Jawa. Kesemuanya tidak lantas menjadikan Soeharto luput memerhatikan pemuluk agama lainnya.
3.    Berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia
Di bawah kepemimpinan Soeharto, Indonesia mampu meningkatkan pertumbuhan ekonominya secara signifikan. Dari pertumbuhan ekonomi minus 2,25% di tahun 1963 langsung menjadi plus 12% di tahun 1969. Selanjutnya Indonesia berhasil masuk ke dalam kelompok negara ekonomi industri baru karena mengalami peningkatan pendapatan per kapita sampai 3 kali lipat dari tahun 1969 sampai 1990.
4.    Indonesia mampu berswasembada pangan di tahun 1984
Program pertanian dan perhatian yang ekstra terhadap para petani membuat Indonesia mampu menjadi sosok negara yang berswasembada pangan. Bahkan di tahun 1984, Soeharto didapuk untuk tampil di depan podium pada acara Konfrensi ke 23 Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO). Dalam acara tersebut sekitar 165 negara anggota mengirimkan wakilnya.
mereka kagum dengan Indonesia yang mampu berswasembada pangan. Kesuksesan Soeharto yang bekerja keras memajukan bidang agraris mulai awal kepemimpinannya baru bisa dirasakan lebih dari sepuluh tahun kemudian. Mereka kagum dengan Indonesia yang mampu berswasembada pangan. Kesuksesan Soeharto yang bekerja keras memajukan bidang agraris mulai awal kepemimpinannya baru bisa dirasakan lebih dari sepuluh tahun kemudian.
5.    Kesuksesan program KB
Soeharto bukan hanya mengarahkan pembangunan di bidang pertanian dalam mencapai swasembada pangan saja. pertumbuhan penduduk Indonesia juga diperhatikan. Oleh karenanya Indonesia memiliki Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional). Badan ini bergerak di bidang perencanaan peprtumbuhan penduduk dan penyuluhan KB di seluruh Indonesia. Dengan adanya penyuluhan KB dan pemberian alat kontrasepsi gratis, pertumbuhan penduduk bisa di tekan. Harapan Soeharto dan pasti harapan seluruh bangsa Indonesia adalah apabila memiliki anak sesuai rencana, bisa memenuhi kebutuhan pangan dan pendidikannya. Pengalaman masa kecil yang tak bisa meneruskan sekolah membuat Soeharto berpikir tentang KB.
Untuk keberhasilan Soeharto dalam program kependudukan ini, penghargaan secara pribadi diterimanya dari PBB, yaitu UN Population Award. Penghargaan ini merupakan penghargaan tertinggi di bidang kependudukan. Dalam pidatonya di markas besar PBB di New York tanggal 8 Juni 1989, Soeharto menandaskan bahwa perencanaan kependudukan memang sebaiknya dilakukan karena mustahil Indonesia bisa berswasembada pangan bila pertumbuhan tidak terkendali, sedangkan  produksi beras mengalami peningkatan yang tidak banyak.
6.    Kesuksesan program wajib belajar 9 tahun
Soeharto yang merasa bahwa pendidikannya tak sesuai harapan, mengusahakan terbentuknya sekolah dan lembaga pendidikan yang murah serta terjangkau oleh masyarakat luas. Dibangunnya gedung sekolah dan penyediaan tenaga guru samapi ke pelosok daerah untuk mendukung program pendidikan yang disebutnya sebagai wajib 9 tahun, yaitu semenjak SD sampai lulus SMP. Dengan kualitas pendidikan yang meningkat, Soeharto berharap kualitas manusia Indonesia meningkat pula, termasuk kesejahteraan ekonomi dan keluarga masing-masing turut terbawa.
7.    Iklim investasi di Indonesia yang cukup baik
Stabilitas nasional yang kondusif membuat iklim investasi di Indonesia sangat baik. Sehinngga bisa meningkatkan modal baik dari dalam negeri/domestik maupun dari luar negeri/asing. Penanaman modal domestik atau dalam negeri meningkat kurang lebih 50,43% per tahun dalam kisaran 1976-1997. Sementara modal asing meningkat kurang lebih 42,10% per tahun selama kurun waktu 1977-1997.
8.    Penyediaan kebutuhan papan melalui Perumnas atau Perumahan Nasional
Selama kurun waktu 1978-1983 masyarakat Indonesia diberi kemudahan untuk memiliki rumah. Perumnas membangun sekitar 441.923 unit rumah di era tersebut dengan kepemilikan rumah yang mudah melalui KPR atau Kredit Kepemilikan Rumah.
9.    Mengembangkan BUMN Strategis bagi peningkatan kesejahteraan dalam rangka pembangunan bangsa dan Negara Indonesia
Berikut BUMN Strategis yang dibangun dan dibesarkan di era pemerintahan Soeharto
· PT. IPTN
Singkatan dari Industri Pesawat Terbang Nusantara yang berdiri tahun 1976. IPTN bergerak dalam bidang kedirgantaraan.
· PT.PAL
Singkatan dari Perseroan Terbatas Penataran Angkatan Laut yang berdiri tahun 1980.
· PT. Pindad
Singkatan dari Perindustrian Angkatan Darat berdiri tahun 1950 yang beregrak dalam persenjataan. Saat ini PT. Pindad tak lagi dikelola oleh AD tetapi menjadi BUMN.
· PT. Dahana
Berdiri tahun 1975 yang bergerak dalam bidang produksi bahan peledak
· PT. INKA
Singkatan dari Industri Nasional Kereta Api yang berdiri tahun 1981 dan bergerak di bidang perkeretaapian
· PT. INTI
Singkatan dari Industri Telekomunikasi Indonesia yang berdiri tahun 1974 dan bergerak dalam bidang telekomunikasai.
· PT. Krakatau Steel
Berdiri tahun 1970 dan bergerak dalam bidang usaha produksi baja.
· PT. Boma Bisma Indra
Berdiri tahun 1971 dan bergerak dalam bidang produksi kontainer
· PT. Barata
Berdiri tahun 1971 yang bergerak dalam bidang pengecoran.
· PT.LEN
Singkatan dari Lembaga Elektronika Nasional yang berdiri tahun 1985 dan bergerak dalam bidang elektronika.
· PT.Telkom
Beregrak dalam bidang telekomunikasi
· PT.Indosat
Bergerak dalam bidang operator satelit
10. Mengembangkan organisasi regional ASEAN sehingga diperhitungkan di mata dunia Internasional
Soeharto memiliki pemikiran praktis dan suka akan persahabatan. Hal ini dibuktikannya dengan merangkul negara-negara di kawasan Asia Tenggara untuk bersama-sama mendirikan ASEAN. Adanya organisasi negara-negara Asia Tenggara ini bukan hanya bermanfaat bagi negara di kawasan ini saja yang bisa bersahabat dengan damai, bekerja sama dan saling membantu. Adanya ASEAN juga dirasakan dampak positifnya oleh Negara Australia. Perdana Menteri Australia Paul Kreating memuji usaha Soeharto menghidupkan ASEAN sehingga menyebut Presiden RI ini sebagai sosok ayah.


0 Comments:

Awal Perjumpaan Soeharto dan Siti Hartinah

November 12, 2017 0 Comments


Banyak riwayat mengisahkan bahwa Soeharto dan Siti Hartinah belum pernah bertemu sebelum Bu Prawirowihardjo melamar putri cantik tersebut. Namun, di salah satu kisah masa kecil Soeharto, Siti Hartinah pernah disebut dalam buku Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya sebagai teman Sulardi, adik sepupu Soeharto. Perjumpaan sekilas tanpa ada komunikasi secara lisan tersebut ternyata selalu ada di benak Soeharto muda. Ketertarikan kepada Siti Hartinah sebenarnya muali ada, tetapi tertutup oleh usia, keadaan dan tekad kuat Soeharto untuk menjadi “orang”, yaitu menggapai kesuksesan terlebih dahulu.
Saat tinggal di Wuryantoro, Siti Hartinah sekelas dengan Sulardi. Sulardi menuturkan dalam buku Abdul Gafur bahwa saat sekolah, Siti Hartinah mengenakan kain dan kebaya. Pergi dan pulang sekolah Siti Hartinah naik andong, bagaimanapun dia adalah putri bangsawan yang tak boleh mengenakan rok seperti anak lainnya. Hanya satu hari dimana Siti Hartinah boleh mengenakan rok, yaitu saat menjalani latihan sebagai Pandu (Pramuka) yang disebut Javaansche Padvinder Organisatie. Tampak bahwa dia adalah seorang gadis yang aktif, ceria dan banyak teman. Meskipun keturunan keraton, Siti Hartinah tak lantas mengeksklusifkan diri dan enggan bergaul dengan anak-anaj lain. Sulardi pulalah yang disebut mengenalkan Soeharto dengan putri Solo nan anggun tersebut.
Soeharto merupakan satu-satunya pemuda yang berani menggoda Siti Hartinah, saat pemuda lain harus berpikir ulang untuk menyapa putri Wedono tersebut. Bahkan, Soeharto pernah masuk ke pekarangan rumah keluarga Soemohardjomo untuk memetik bunga dan memberikannya pada putri keluarga tersebut. Tanpa disadari pula Siti Hartinah sangat mengingat kejadian di masa awal remaja tersebut sehingga sulit baginya untuk menerima pinangan dari orang lain sebelum datang pinangan dari keluarga Soeharto.
Tanpa pernah disadari oleh keduanya, baik Soeharto maupun Siti Hartinah, ternyata banyak persamaan dalam diri mereka yang akhirnya bisa menyatukan ikatan tali pernikahan sampai berpuluh tahun lamanya. Kesamaan sifat, sikap, serta ajaran dan keteladanan hidup dari para pinisepuh leluhur Jawa membuat visi dan misi Pak Harto dan Bu Tien tak banyak berbeda. Satu lagi keunikan yang terjadi, baik Siti Hartinah maupun Soeharto sama-sama memiliki weton Rabu Kliwon. Melihat hari Rabu sebagai hari kelahiran keduanya secara perhitungan Jawa, dikatakan bahwa siapa pun yang lahir hari Rabu memiliki perwatakan “sembada” artinya serba sanggup dan kuat melakukan semua pekerjaan dan tugas yang dilimpahkan padanya. Tak ada kata menyerah, meski tetap memasrahkan hasilnya pada Sang Mahakuasa.
Lebih lanjut, bagi seorang perempuan yang lahir hari Rabu Kliwon, sifat serta pada suami adalah utama baginya. Perempuan pemilik neptu Rabu Kliwon memiliki hati mulia, ramah, mendidik, bertutur kata manis, sayng anak kecil, tetapi memiliki sifat pendiam sehingga cenderung dianggap angkuh. Meskipun demikian, sifat baik lain yang dikatakan menyertai perempuan berneptu Rabu Kliwon adalah suka menolong, cerdas, bisa menyimpan wadi atau rahasia dan tak suka turut campur dalam urusan orang lain. Dalam buku Abdul Gafur disebutkan bahwa jika dihitung menurut tanggal 23 hari kelahiran Bu Tien, dikatakan perempuan ini pandai berkegiatan dengan caranya sendiri, tak suka diikat oleh orang lain, serta pandai mengungkapkan pendapatnya. Bulan Agustus menunjukkan bahwa seseorang dapat dipercaya, memiliki hati yang baik, menarik bagi orang lain, sederhana, rajin bekerja, tetapi kadangkala suka pula melakukan kesenangan sebagai hobinya. Selain itu, dikatakan pula bahwa bulan Agustus merupakan bulan kelahiran dimana banyak orang mudah mendapatkan rezekinya.
Siti Hartinah, demikian ringkas dan menarik untuk diingat. Dalam benak Soeharto tak ada nama perempuan lain yang patut dilamar selain dia. Meski awalnya Soeharto minder dan merasa tak mungkin diterima, tetapi toh tekad kuatnya mendorong Bu Prawirowihardjo, bibi sekaligus ibu angkatnya untuk mengutus Mbok Bongkek menanyakan kepada keluarga Siti Hartinnah. Pertanyaan Mbok Bongkek adalah mengenai keberadaan Siti Hartinah benarkah masih sendiri, semakin cantik dan langsing, berkulit kuning dan baru sembuh dari sakit. Mendengar penuturan Mbok Bongkek ada setitik harapan di hati Soeharto untuk meminang putri wedono tersebut menjadi istri. Namun di sisi lain, Soeharto ragu apakah pinangannya akan diterima.
Bu Prawiro merupakan bibi yang sayang kepada Soeharto dn menganggap Soeharto seperti anak sendiri. Dengan segala keberanian dan doa, datanglah Bu Prawiro ke rumah keluarga RM Soemohardjomo untuk meminang Siti Hartinah. Saat dipinang. Bu Tien mengisahkan dirinya mengenakan baju hijau sehingga dirasa serasa serasi dengan kulit dan perawakannya. Bu Tien menganggap pilihan baju tersebut membuat Soeharto semakin mantap dan tertarik padanya, tetapi di sisi lain justru Soeharto merasa kikuk dan takut jika lamarannya di tolak. Untunglah keluarga Soemohardjomo tak pernah membedakan orang dari status sosial maupun keturunan. Mereka dengan ramah menerima keluarga Prawirowihardjo dan Soeharto. Terlebih lagi Siti Hartinah ternyata juga menerima sepenuh hati pinangan Soeharto. Gadis cantik berlesung pipit tersebut benar-benar menerimanya dan inilah yang membuat semangat hidup Soeharto semakin berkobar yang kemudian beranjak menjadi kesuksesan di masa mendatang.
Ada kisah tersendiri mengapa Siti Hartinah menerima pinangan Soeharto. Di usia yang tak lagi remaja, bahkan telah sangat lambat untuk berumah tangga untuk ukuran masyarakat pedesaan di tahun 1940-a, Siti Hartinah masih bertahan tak menerima pinangan siapa pun. Siti Hartinah memang menunggu datangnya pinangan dari seorang prajurit berjaket seperti yang tergambar dalam mimpinya. Mimpi yang dipercaya oleh Siti Hartinah sebagai pertanda baginya mengenai calon jodoh tersebut menggambarkan bahwa si prajurit mengenakan jaketnya ke diri Siti Hartinah. Hal ini disampaikan oleh Siti Hartinah pada Abdul Gafur yang kemudian merangkainya dalam buku Siti Hartinah Soeharto, First Lady Indonesia. Mimpi Siti Hartinah akhirnya menjadi kenyataan dan dia menerima dengan senang hati pinangan prajurit berjaket yang tak lai adalah Soeharto. Wajah dan pakaian prajurit berjaket yang tak lain adalah Soeharto. Wajah dan pakaian prajurit dalam mimpi tersebut persis dengan Soeharto.
Jodoh ada di tangan Sang Mahakuasa, hal inilah yang sangat dipercaya oleh Siti Hartinah hingga dilangsungkannya pernikahan dengan Soeharto pada 26 Desember 1947. Pernikahan yang sangat sederhana bahkan tanpa adanya dokumentasi karena keadaan negara sedang genting menghadapi ancaman Belanda yang ingin menguasai Indonesia. Sewaktu menikah, dikisahkan Siti Hartinah mengenakan baju jahitan sendiri yang kainnya berasal dari pemberian Eyang Sewoko atas restu beliau terhadap pernikahan Siti Hartinah. Sementara Soeharto mengenakan jas coklat dan blangkon ala Jawa dengan keris di belakang pinggang. Pernikahan yang sangat sederhana, tetapi sakral antara putri bangsawan dengan rakyat biasa. Mengingatkan pernikahan Ken Dedes dan Ken Arok yang kemudian manjadi Raja Singosari.

Pernikahan Siti Hartinah dan Soeharto dapat dikatakan sebagai perwujudan dari doa keduanya agar ditemukan dengan jodoh yang sesuai, jodoh pilihan Sang Maha Pemberi Hidup sehingga perjalanan rumah tangga keduanya nanti akan berjalan sesuai harapan.

0 Comments:

PERTEMUAN SPESIAL DENGAN IBU TIEN

November 11, 2017 0 Comments


RA Siti Hartinah
Raden Ayu Siti Hartinah, seorang gadis cantik yang mampu meluluhkan hati Soekarno sehingga kelak menjadi istrinya. Siti Hartinah lahir pada hari Rabu Kliwon tanggal 23 Agustus 1923. Putri kedua dari sembilan bersaudara ini berasal dari Temanggung Kulon, Solo. Siti Hartinah memiliki tiga saudara perempuan, yaitu Siti Hartini, Sri hartanti dan Siti Hardjanti. Ayahnya adalah bangsawan keturunan Mangkunegoro III bernama Kanjeng Raden Mas Tumenggung Soemohardjomo. Ibunya adalah Raden Ajeng Hatmanti. Ayah dan ibu Siti Hartinah sama-sama keturunan Mangkunegoro III dan berada di level cicit/di bawah buyut. Saat Siti Hartinah lahir, ayahnya menjabat sebagai pamong praja “Mantri Gunung” di Desa Jaten Solo-Jawa Tengah. Dua tahun kemudian, RM Ng Soemohardjomo dipindah sebagai “Panewu Pangreh Praja”. Tahun 1928, Soemohardjono berpindah lagi ke Matesih, kemudian setelah dua tahun enam bulan dipindah lagi di Desa Kerjo. Semua masih di daerah Solo, sampai kemudian tahun 1933 RM Ng Soemohardjomo diangkat senagai Wedono di Wonogiri. Setelah lima tahun bertugas di Wonogiri maka tahun 1933, ayah Siti Hartinah berpindah menjadi Wedono di Wuryantoro. Di sinilah nanti Siti Hartinah pertama kali bertemu Soeharto saat masih sama-sama remaja muda. Namun, pertemuan di Wuryantoro rupanya membekas di hati keduanya secara tak sengaja.
Di waktu balita sekitar usia tiga tahun, dikisahkan oleh Siti Hartinah kepada Abdul Gafur dirinya pernah mengalami sakit yang amat keras sehingga bisa saja merenggut nyawanya sewaktu-waktu. Ayah dan ibunya telah mengusahakan pengobatan terbaik bagi putrinya tersebut, tetapi tak kunjung sembuh. Hingga suatu hari ibunya bermimpi memperoleh bisikan gaib untuk mengobati Siti Hartinah dengan daun jambu kluthuk/jambu biji. Setelah diobati denga daun jambu tersebut, Siti Hartinah berangsur pulih dari sakit. Takjubnya lagi, sewaktu sembuh,Siti Hartinah kecil meminta jajan pasar pada ibunya untuk kemudian minta pula jajan pasar tersebut dibuang ke kebun. Tak seekor ayam dan binatang lain yang menyentuh jajan pasar tersebut sampai akhir dipendam dalam tanah.
Bukan hanya peristiwa kesembuhannya yang membuat Siti Hartinah istimewa, melainkan permintaan kepada kedua orangtuanya untuk memperingati khaul atau hari meninggal nenek moyangnya, KGPAA Mangkunegoro III. Semenjak permintaan Siti Hartinah tersebut, khaul Mangkunegoro III selalu diperingati oleh seluruh keturunannya hingga saat ini. Dua peristiwa yang membuktikan bahwa semenjak balita Bu Tien memiliki kekuatan spiritual yang jarang ditemui pada orang lain. Batinnya peka dan mampu merasakan harmoni alam di sekitarnya. Nantinya, kekuatan ini banyak bermanfaat saat Bu Tien mendampingi sang suami selama puluhan tahun lamanya. Pada budaya Jawa, seorang perempuan istimewa dengan batin yang peka dan tangguh dalam mendampingi suami sehingga mendapatkan kesuksesan disebut perempuan “nariswari”. Perempuan pilihan semacam inilah yang nantinya dinikahi oleh Soeharto sehingga bisa menyatu dan mengangkat wibawa sang suami.
Sebagai seorang putri pamong praja atau pegawai pemerintahan yang sekaligus keturunan bangsawan jawa, Siti hartinah memiliki aturan tersendiri dalam berbicara, bersikap, sampai berbusana. Hal inilah yang membedakan Siti Hartinah dari gadis seusianya saat bertemu dengan Soeharto sewaktu masih sama-sama sekolah di Wuryantoro. Siti Hrtinah kebetulan sekelas dengan adik sepupu Soeharto, yaitu Sulardi putra Prawirowihardjo. Secara tak sengaja pula, latar belakang kehidupan Siti hartinah dan Soeharto hampir sama. Mereka berdua sama-sama sering berpindah tempat tinggal saat masih kecil sampai remaja. Ayah Siti Hartinah hampir tiap dua tahun berpindah tugas yang mengharuskan putri-putrinya berpindah sekolah juga. Nantinya hal ini ternyata menjadi bekal saat Bu Tien harus mendampingi Pak harto sebagai seorang prajurit yang sering berpindah-pindah tugas.
Aturan yang dikenakan pada Siti Hartinah menempa sang putri menjadi sosok yang lemah lembut, tetapi tangkas bekerja. Meskipun harus mengenakan kain dan kebaya saat pergi ke sekolah, nyatanya Siti Hartinah mampu aktif di berbagai organisasi yang diminatinya. Saat-saat tertentu Siti Hartinah boleh mengenakan rok yaitu ketika mengikuti latihan kepanduan putri Javaanshe Padvinder.
Meskipun berkedudukan sebagai bangsawan yang menjabat pamong praja sepanjang kariernya, RM Ng Soemohardjomo tak pernah memiliki gaya hidup berlebihan, apalagi meniru gaya hidup para Belanda yang suka minum, judi dan main perempuan. Soemohardjomo merupakan sosok pamong yang sederhana. Ibaratnya, gaji hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Anak sembilan tentu bukan beban yang ringan bagi seorang Wedono jujur yang mencoba menjalankan ajaran leluhurnya untuk selalu setia dan berbaur dengan alam sekitar. Siti Hartinah dan saudara-saudaranya selalu mendengar dan menaati nasihat kedua orangtuanya. Soemohardjomo sering mengatakan bahwa seseorang hendaknya selalu menghargai sesama. Karena setiap orang meiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga patut dihargai.
Sementara ibundanaya, medidik Siti Hartinah dengan rasa sayang dan mengajarkan berbagai keterampilan kewanitaan seperti memasak, membatik dan berperilaku luwes. Bagaimanapun tingginya sekolah dan derajat seorang perempuan, dalam tradisi Jawa mereka tetap menjadi konco wingking bagi suaminya kelak. Macak, masak dan manak tetap perlu dilakukan oleh perempuan Jawa modern sekalipun bermasyarakat dan berkarya tak lagi dibatasi. Bu Tien tumbuh menjadi sosok perempuan yang lembut, tetapi cermat, teliti, suka menolong orang lain, aktif dalam organisasi kemanusiaan seperti pandu dan palang merah, kreatif, idealis, imajinatif, kaya akan cipta, rasa dan karsa. Kesemua sifat tersebut tumbuh karena contoh dan kebiasaan yang diberikan oleh kedua orangtuanya. Dengan berpedoman pada nasihat orangtuan, Bu Tien mampu mengemban tugasa sebagai pendamping presiden, kepala negara dan kepala pemerintahan RI selama puluhan tahun.
Ajaran serta nasihat orangtua Siti Hartinah bisa dijabarkan sebagai berikut.
1.    Nasihat untuk tidak membeda-bedakan orang karena masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri.
2.    Ajaran tata krama, sopan santun, luwes, andap asor ala perempuan Jawa yang sedap dipandang dan kelak sangat membantu suaminya.
3.    Ajaran untuk teliti, cermat dan hemat dari sang ayah yang selaku menyerahkan penyusunan uang dari gaji seorang wedono.
4.    Ajaran memasak dan membatik sebagai seorang perempuan yang menempa kehalusan budi pekerti dan ketaatan kepada suami.
5.    Meneladani ajaran mangkunegoro III yang diungkapkan oleh RM Haryo Sawanto Wiryo Saputro (buyut dalem), yaitu Panca Mutiara:
· Mantep
Diartikan dengan adanya kemantapan, kesetiaan, loyalitas dan integritas. Seseorang yang mantep hatinya selalu memegang teguh pada moralitas, mengabdi tanpa pamrih, memiliki janji dan sumpah yang ditepati. Kesetiaan kepada Guti Allah, kepada keluarga dan masyarakat serta alam sekitar membaut kemantapan hati kian menuai hasil nyata dalam kebaikan.
· Temen
Diartikan sebagai benar-benar, jujur dan memiliki sifat amanah. Sifat temen ini bahkan telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. Sebagai seorang rasul dan panutan umat Muslim. Keluarga Mangkunegoro termasuk dalam kerajaan Mataram Islam yang tentu saja meneladaninya. Kata bohong, menipu dan mengada-ngada tak ada dalam kamus seseoang yang temen.
· Gelem Nglakoni
Diartikan sebagai mau melakukan, mau bekerja, bukan hanya bicara dan menuntut kian kemari. Ketika seseorang memiliki tugas dan pekerjaan, baik diawasi atau tidak dia akan dengan senang hati melakukannya.
· Aja Gumunan
Aja Gumunan juga diteladani oleh Soeharto dari para pengasuh di sekitarnya, terutama Prawirowihardjo. Sifat aja gumunan yang diartikan sebagai jangan suka keheranan. Karena sikap mudah heran akan bermuara pada sifat iri hati. Mereka yang beruntung, yang mendapatkan pangkat, kekayaan dan kesuksesan lebih cepat tentu memiliki kelebihan dibadingkan orang lainnya. Siapa yang memberi kelebihan tersebut jika bukan Allah Swt.
· Aja Kagetan
Aja kagetan juga diugemi oleh Soeharto sebagai falsafah hidupnya. Mengandung arti jangan suka terkejut ketika melihat, merasa dan mengalami kejadian apa pun. Seseorang yang tak mudah heran dan tak mudah terkejut akan memiliki keteguhan hati yang lebih baik, memiliki kepercayaan diri tinggi, serta usaha tanpa henti untuk melakukan yang terbaik yang bisa dilakukannya. Saat seseorang mampu melakukan hal-hal tersebut, dia akan menjadi orang yang kuat.

Demikian ajaran dan nasihat yang diterima dan selalu diugemi atau dipegang teguh oleh Bu Tien dalam menjalani kehidupannya semenjak kecil hingga dewasa dan menjadi tua. Bu Tien, sebagai istri penguasa tak merasa menguasai. Sifatnya tetap bersahaja meskipun ide cemerlangnya selalu keluar dari pemikirannya yang dalam. Seperti saat Bu Tien mengusulkan membangun Taman Mini Indonesia Indah. Banyak pihak menyatakan bahwa proyek tersebut adalah ambisi pribadi Bu Tien, proyek yang menghabiskan banyak biaya dan mengeruk harta rakyat. Namun setelah Taman Mini Indonesia Indah benar-benar berdiri, siapa pun akan kagum serta menjadi lebih tahu sosok Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Pun ketika Timor Timur sudah tak lagi bergabung dengan Indonesia dan menjadi Negara Timor Leste, seluruh rakyat Indonesia akan dapat mengenangnya menjadi satu bagian dan budaya bangsa yang hilang.

0 Comments:

IRIT BICARA RAJIN BEKERJA

November 10, 2017 0 Comments


Semenjak muda, Soeharto identik dengan sikap diam dan bahkan cenderung dingin. Hal ini karena memang Soeharto irit sekali bicara. Dalam berbagai falsafah hidup yang dianutnya, tampak Soeharto lebih mementingkan tindakan, perbuatan nyata dan karya daripada hanya sekadar pembicaraan. Tak salah ketika sampai menjadi seorang presiden, Soeharto juga tak tampak mahir berpidato. Sikap diam Soeharto bukan karena dia tak mengerti tentang hal-hal yang sedang hangat, melainkan lebih pada pembawaan dan lingkungan masa kecilnya sebagai seorang anak yang ikut orang untuk berperilaku baik sehingga mendapat perlakuan yang baik pula.
Rame  ing gawe, sepi ing pamrih. Bekerja dengan karya nyata dan melepaskan diri dari keinginan untuk mengambil keuntungan pribadi atas apa yang telah dilakukan merupakan satu hal yang mencoba untuk dipegang oleh Soeharto. Demikian pula ada satu pepatah Jawa yang apabila diartikan ke dalam bahasa Indonesia kira-kira menyatakan bahwa lebih baik melakukan satu kebaikan daripada berbicara tentang seribu kebaikan. Soeharto tak banyak bicara, menjaga sopan santun menjaga senyum dan menjaga kata-kata yang keluar dari bibirnya agar tetap nyaman didengar serta membawa manfaat bagi sesama. Meskipun nanti saat beranjak tua, Soeharto lebih terlihat sebagai sosok yang otoriter. Hal tersebut bukan lantas soeharto sudah tidak ngugemi atau menjaga falsafah hidup yang selalu dipegangnya, tetapi karena memang dia merasa telah cukup usia, telah beranjak menjadi tua, menjadi ratu yang semasa kecil dia pun mengharuskan dirinya untuk menghormati kesemuanya itu. Menghormati Tuhan, guru, ratu dan orangtua. Jadi saat Soeharto beranjak tua, pemikirannya generasi muda selayaknya menempatkannya ebagai orangtua dan bukan sebagai musuh bagi mereka.
Lebih banyak bekerja daripada bicara ini buktikan oleh Soeharto remaja dengan pilihannya untuk mencari kerja setelah putus sekolah lanjutan pertama di Muhammadiyah Yogyakarta. Saat anak-anak muda mulai melakukan aksi protes kepada Pemerintah Hindia Belanda dan melakukan gerakan perjuangan merebut kemerdekaan dengan cara masing-masing, Soeharto justru bekerja sebagai pembantu klereg pada bank desa. Setelah mengalami hambatan sebagai pembantu klereg, Soeharto sempat beberapa kali melakukan kerja sosial dengan membangun masjid, waduk, sampai lumbung secara gotong rorong dengan penduduk desanya. Soeharto tak pernah bisa duduk diam dan meratapi nasibnya saja. Soeharto gigih bekerja dan membangun sebisanya. Apa yang bisa dibantunya di desa dikerjakannya, ringan tangan inilah yang akan membawa pada kesuksesannya di masa mendatang. Tak sekadar slogan dan pembicaraan, tapi kerja nyata.
Saat pemuda-pemuda melakukan aksi protes kepada Belanda, Soeharto justru bekerja sebagai KNIL di bawah pimpinan Belanda. Apakah Soeharto tak ingin Indonesia merdeka? Tentu saja setiap orang Indonesia menginginkannya, tetpi Soeharto tetaplah kalem menghadapinya. Baginya menempa diri untuk mandiri didahulukan sambil mempelajari taktik perang yang dilancarkan oleh Belanda. Saat harus membela negara, Soeharto nyatanya telah menguasai taktik perang yang diajarkan Belanda sebelum dia resmi bergabung dengan KNIL dan taktik perang yang diajarkan Jepang saat dia bergabung dengan PETA.
Tekad kuat Soeharto untuk mengubah nasib dari seorang anak desa yang hidupnya jauh dari kemewahan menjadi orang yang cukup diperhitungkan memang berbuah manis. Dengan keteguhan dan ketangguhan usaha disertai doa yang terus dipanjatkannya sebagai wujud penghormatan terhadap Gusti Allah, cita cita Soeharto muda dikabulkan oleh-Nya. Soeharto yang anak Desa Kemusuk dan besar di Wuryantoro menjadi orang nomor satu di negara Indonesia, menjadi presiden RI sampai puluhan tahun lamanya. Kemudian hidup yang diperolehnya merupakan buah dari kekrja keras dari dua puluh tahun pertama kehidupannya yang penuh liku dan masih menjadi kontroversi sampai saat ini. Keberhasilan Soeharto juga membuka mata semua orang bahwa bukan hanya mereka yang pandai saja yang bisa meraih cita-citanya, melainkan mereka yang cerdas, yang cerdik, yang sabar dalam melangkah juga bisa menggapai apa yang diinginkan. Soeharto bukan lulusan Akademi Militer karena dia hanya sekolah formal sampai setingkat SMP. Akan tetapi, Soeharto mampu menjadi seorang jenderal. Karena pengalamannya sangat banyak. Pengalaman yang ditempa oleh berbagai keadaan semenjak masa bayi hingga beranjak dewasa.
Kelak saat memimpin negara RI sebagai seorang presiden, Soeharto juga tak banyak bicara. Disusunnya rencana pembangunan bersama menteri-menteri terpilih yang duduk di setiap kabinetnya. Ilmu diam ini membuat kewibawaan Soeharto justru meningkat dan disegani bukan hanya di dalam negeri, melainkan pula mendapat pengakuan dari dunia internasional sebagai presiden yang dapat menjaga stabilitas negara selama puluhan tahun. Dengan adanya stabilitas negara yang terjaga, Soeharto mampu menjalankan rencana pembangunan sesuai dengan ketentuan yang disusun bersama para menteri pembantunya.



0 Comments:

MENAPAK KARIER SEBAGAI PRAJURIT

November 09, 2017 2 Comments


Setelah agak lama mengaggur, Soeharto tetap berusaha untuk prihatin dan mendekatkan diri kepada Sang Mahakuasa. Menunggu dan mencari jalan terbaik bagi kehidupannya di masa kini dan mendatang. Jawaban dan tirakat Soeharto tampak mulai terbuka saat ada pendaftaarn tentara kerajaan Hindia Belanda yang saat itu bernama KNIL (Koninlijk Nederlans-Indisch Leger). Penuh semangat Soeharto muda mendaftarkan diri dan sangat berharap bisa diterima di sana. Nantinya jalan untuk mendaftar KNIL ini tak akan pernah disesali karena membuka jalan lainnya bagi karier keprajurita Soeharto. Di KNIL sebenarnya ada dua macam pendidikan, yaitu Langverband dan Kortverband. Langverband diperuntukkan bagi lulusan sekolah lanjutan seperti Soeharto. Akhirnya, Soeharto diterima masuk sekolah militer Kortverband Gombong Jawa Tengah. Sekolah militer yang dijalaninya selama 3 tahun tersebut menjadikan Soeharto sebagai lulusan terbaik sehingga langsung ditempatkan sebagai wakil komandan regu Batalyon XIII Rampal, malang, Jawa Timur. Mulailah Soeharto menapaki diri sebagai prajurit, meskipun waktu itu masih menjadi prajurit Hindia Belanda.
Saat bertugas di Rampal, Malang, inilah Soeharto banyak mendapat teman dan cukup bahagia. Hal ini lantaran ia sekota dengan sepupu yang seringkali disebutkan sebagai adiknya, yaitu Sulardi yang tengah menempuh sekolah pertanian di kota Malang. Soeharto seringkali menghabiskan waktu liburnya dengan Sulardi, berjalan-jalan atau bahkan menonton bioskop. Teman-teman Soeharto sewaktu di Malang juga cukup banyak, dia akrab dengan Amat Sudano, Kosasih, Suwoto dan yayi Suwondo. Setelah menjadi presiden bahkan Soeharto masih ingat dengan komandan kompi dan komandan peletonnya yang asli Belanda. Penah suatu kali komandan kompinya Kapten Dryber menulis surat menanyakan kebenaran Soeharto yang saat ini menjadi Presiden RI adalah anak buahnya di KNIL. Soeharto segera memerintahkan untuk membalasnya dengan mengatakan YA tapi tak ada lagi surat berikutnya, bisa jadi surat Soeharto sampai ataukah tak sampai ke tangan Kapten Dryber.
Selain di Rampal, waktu itu Soeharto juga seringkali ditugaskan di Pantai Gresik untuk menjaga pertahanan garis Pantai Jawa. Di siilah Soeharto terserang penyakit malaria dan harus beristirahat dalam jangka waktu cukup lama. Setelah sembuh dari sakit, Soeharto ditugaskan untuk mengikuti sekolah kader di Gombong sehingga pangkatnya naik menjadi sersan. Kenaikan pangkat ini membuat Soeharto bertugas ke Bandung dan kemudian menjadi tentara cadangan AD di Cisarua Bogor-Jawa Barat. Namun, liku-liku kehidupan tampaknya belum berakhir dari langkah Soeharto muda. Saat tengah bertugas di Cisarua, terdengar kabar bahwa Belanda menyerah kepada Jepang sehinngga sekali lagi Soeharto harus meninggalkan pekerjaannya. Tanggal 8 maret 1942, tepatnya Belanda menyerah kepada Jepang dan sesaat kemudian Jepang mulai memasuki wilayah Hindia Belanda atau Indonesia.
Terbiasa menjadi seorang prajurit membuat Soeharto sempat jenuh saat harus kembali ke kampung halaman dalam keadaan terpaksa. Apalagi gaji di tangan tinggal 1 Gulden yang membuatnya harus mencari akal bersama temannya Amat Sudono kembali ke Wuryantoro. Sesampai di Wuryantoro dikabarkan Soeharto terbaring sakit karena malarianya kambuh selama 6 bulan. Di luaran terdengar kabar banyak tentara KNIL dan bentukan Belanda lainnya dikejar-kejar lalu ditangkap oleh Jepang. Di sinilah tampak kebesaran Sang Maha Pencipta, Soeharto terlindung dari penangkapan Jepang karena sedang terbaring sakit sehingga praktis tidak keluar rumah sama sekali. Rencana manusia pun tak akan dapat menjangkau takdir semacam itu. Jika Sang Maha pencipta menggariskan Soeharto harus sakit, ternyata ada hal yang lebih indah di balik sakitnya, yaitu terhindar dari penangkapan jepang.
Jepang bergerak cepat dan langsung menampakkan sifat aslinya yang ingin menguasai Indonesia. Dibentuknya berbagai lembaga pembantu pemerintahan Jepang di Nusantara. Mulai dari pasukan kaum perempuan yang diberi nama Fujin Kei, tentara PETA, kelompok kerja Romusha yang kemudian sama seperti kerja paksa zaman rodi oleh Belanda, sampai pada pengangkatan pejabat setingkat desa sampai bupati di luar kebiasaan. Tak ada lagi jabatan yang diperoleh dari keturunan, asalkan setuju dan sesuai dengan cara Jepang, diangkatlah orang tersebut untuk menjabat.
Sebelum sembuh benar dari sakit malarianya, Soeharto sudah beranjak ke kota Yogya. Untuk menambah pengetahuan, diambilnya kursus mengetik di daerah Patuk (saat ini kompleks pembuatan bakpia). Tak lama ikut kursus mengetik, Soeharto mendengar kabar bahwa Jepang membuka pendaftaran untuk dijadikan polisi atau Keibuho. Meskipun sedang dalam proses penyembuhan dari malaria, beruntung dalam tes kesehatan Soeahrto dinyatakan lulus. Kemampuannya mengikuti latihan baris-berbaris kemudian membuat opsir polisi Jepang menyarankannya untuk mendaftar ke PETA.
Terbentur oleh inginnya kembali bekerja, Soeharto masuk menjadi anggota PETA atau Pasukan Pembela Tanah Air. Awal bergabung dengan PETA, Soeharto dilatih menjadi seorang komandan peleton/Shodancho. Didikan jepang untuk tentaranya sangat keras. Di sinilah Soeahrto mengenal berbagai taktik pertahanan dan penyerangan setingkat kesatuan kecil/peleton. Tempaan disiplin ala Jepang membuat Soeahrto semakin tangguh dan memiliki keberanian sebagai seorang prajurit. Setelah dilatih, Soeharto kemudian ditugaskan di daerah Wates, Yogyakarta. Setelah itu, Soeharto juga sempat ditempatkan sebagai komandan batalyon di pantai selatan Yogyakarta, Solo dan Madiun.
Saat berkarier di PETA inilah mulai tumbuh sifat nasionalisme Soeharto dan keinginan besar untuk berjuang menegakkan Negara Indoensia. Meskipun demikian, Soeharto tidak gegabah dan memberontak langsung kepada Jepang. Diteguklah ilmu keprajuritan sebanyak-banyaknya dari Jepang seperti halnya saat Soeharto bergabung dengan KNIL dan meneguk ilmu keprajuritan dari Belanda.
Karier Soeharto di PETA semakin bagus dan segera disekolahkan menjadi Chudancho atau setingkat komandan kompi. Pemberontakan PETA di Blitar tak memengaruhi Soeharto karena memang keberadaannya jauh di Solo. Setelah lulus sekolah komandan kompi, Soeharto ditugaskan di Solo, Jakarta lalu kembali lagi ke Madiun. Kebanyakan tugas Soeharto adalah melatih pemuda-pemuda Indonesia yang masih berstatus pelajar untuk menjadi tentara Zeni atau tentara pelajar. Pengalaman hidup yang selalu berpindah dari asuhan keluarga satu ke keluarga lainnya membuat Soeharto menikmati tugasnya di PETA. Meskipun seringkali berpindah tempat dan tugas, justru menjadi bekal baginya kelak saat memimpin AD dan lanjut memimpin seluruh masyarakat Indonesia. Secara langsung Soeharto memang banyak belajar dari lingkungan, pengenalan sistem kemiliteran diperolehnya dari keanggotaan sebagai KNIL untuk Hindia Belanda, dan selanjutnya sebagai PETA untuk Jepang. Strategi militer kedua negara tersebut secara otomatis telah diketahui oleh Soeharto yang turut bergabung di dalamnya.
Saat menjadi tentara PETA, Soeharto bercerita tumbuh rasa nasionalisme dan patriotisme dalam dirinya. Jutru dalam kekejaman Jepang, rasa setia kawan dan keinginan untuk membela negara semakin besar. Soeharto mengalami propaganda Jepang yang menyatakan Asia untuk Asia dan Anti Amerika-Inggris. Awalnya mungkin hal tersebut masih bisa dipercaya, tetapi lama-kelamaan melihat perlakuan Jepang yang tak berperikemanusiaan tampak bahwa propaganda tersebut hanya untuk membela kepentingan Jepang semata. Justru hal-hal tersebut yang membuat anggota PETA menjadi tumbuh rasa untuk membela negara dan berkeinginan kuat mencapai kemerdekaan. Di PETA, Soeharto berteman akrab dengan Supio, Pranoto Wiyono dan berkenalan dengan Singgih yang kemudian terkenal dengan peristiwa Rangas Dengklok yang menculik Bung Karno agar segera menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Kemampuan Soeharto dan pengalamannya dalam tempaan militer ala Belanda dan Jepang inilah nanti yang membuatnya bisa menyusun strategi jitu dalam mengatasi peristiwa di tahun 1965. Terlepas dari semua kontroversi yang menyatakan tindakan Soeharto berlebihan atau bahkan sebenarnya Soeharto sendiri yang merencanakan persitiwa tahun 1965 tersebut, nyatanya Soeharto mampu meredam api. Soeharto mampu merangkul semua elemen masyarakat untuk kemudian diajak membangun bangsa Indonesia dan tak perlu banyak berdebat yang justru menghambat pembangunan.


2 Comments: