PENAKLUKAN KONSTANTINOPEL
Benteng kota Konstantinopel di masa sekarang
Nouve Rome, Constantinoupolis, atau Konstantinopel, merupakan salah satu kota terpenting di dunia. Kota yang dikelilingi tembok-tembok besar dan kokoh sebagai benteng ini dibangun pada tahun 330 M oleh Kaisar Byzantium yaitu Constantine I. Konstantinopel memiliki posisi yang sangat penting di mata dunia. Sejak didirikan, pemerintah Byzantuim telah menjadikannya sebagai ibukota pemerintahan.
Sebagai salah satu kota terbesar
dan benteng terkuat di dunia saat itu, Konstantinopel dikelilingi lautan dari
tiga sisi sekalligus, yaitu Selat Bosphorus, Laut Marmarah dan Tanjung Emas
(Golden Horn) yang dijaga dengan rantai sangat besar, hingga tidak memungkinkan utntuk masuknya kapal musuh ke dalamnya.
Dengan demikian, dari segi
kekuatan militer, kota ini dianggap sebagai kota yang paling aman dan
terlindungi, karena di dalamnya ada pagar-pagar pengaman, benteng-benteng yang
kuat dan perlindungan secara alami. Napoleon Bonaparte pernah
mengiluustrasikannya dengan “kalaulah dunia ini sebuah negara, maka
Kontsantinopel inilah yang paling layak menjadi ibukotanya”.
Banyak banga mengincar kota ini untuk
dikuasai, di antaranya bangsa Gothik, Avars, Persia, Bulgar, Rusia, Khazah,
Arab-Muslim dan Pasukan Salib. Meskipun misi awalnya adalah menguasai
Yerusalem. Arab-Muslim pun terdorong ingin menguasai Byzantium nilai strateginya.
Kepemimpinan Sultan Muhammad II
Banyak serangan yang dilancarkan para tentara Islam untuk menaklukan
Konstantinopel selama 800 tahun. Usaha pertama untuk menaklukan Konstantinopel
dilakukan pada tahun 34 H/654 M. Pada masa itu, pemerintahan Utsman bin Affan mengirim
Muawiyah bin Abu sofyan dengan pasuka yang besar untuk mengepung dan
menaklukannya. Tetapi mereka pulang dengan tangan hampa disebabkan kokohnya
pertahanan Konstantinopel.
Demikian juga seterusnya, hingga pada masa pemerintahan Sultan Murad
II, beberapa kali usaha dilakukan demi merebut kota yang menurut kepercayaan
mereka akan bisa ditaklukannya. Adalah Sultan Muhammad II, putera Sultan Murad
II yang melanjutkan penaklukan Konstantinopel. Berbeda dengan usaha-usaha para
pendahulunya, ia memperkuat kekuatan militer dari segi kuantitas hingga
mencapai 250.000 personil. Selain itu, Sultan juga memperkuat armada laut
Utsmani sebanyak 400 unit, mengingat Konstantinopel adalah sebuah kota laut,
yang tidak mungkin bisa dikepung kecuali dengan menggunakan armada laut.
Tak ingin mengulangi kesalahan para pendahulunya, Sultan mempersiapkan
strategi perangnya lebih matang. Salah satunya membangun Benteng Romali Hisyar
di wilayah Selatan Eropa di Selat Bosphorus, tepatnya pada sebuah titik paling
strategis yang berhadapan dengan benteng yang pernah dibangun pendahulunya
yaitu Sultan Bayazid di daratan Asia. Ia juga menyiapkan meriam-meriam
berukuran sangat besar dalam penaklukan
kali ini.
Sebelum serangan dilancarkan, Sultan Muhammad II mengadakan perjanjian
dengan kerajaan Konstantinopel, di antaranya ialah perjanjian yang dibuat
dengan kerajaan Galata yang bersebelahan dengan Byzantium. Ini merupakan
strategi yang penting supaya seluruh tenaga dapat difokuskan kepada musuh yang
satu tanpa ada ancaman lain yang tidak terduga.
Pada tanggal 6 April 1453 M, Sultan Muhammad II sampai di pintu
gerbang Konstantinopel. Bersama gurunya, Syaikh Aaq Syamsudin dan tangan
kanannya, Halil Pasha dan Zaghanos Pasha, mereka mulai menelusup dari berbagai
penjuru kota. Sebagai ahli perang, Muhammad II membagi angkatan daratnya
menjadi tiga lapis. Garda depan adalah pasukan infanteri dan yanisari. Sedangkan
lapisan dua dan tiga adalah pendukung. Sebagian mereka adalah pasuka artileri. Sementara
Angkatan Laut disiagakan sebanyak 400 kapal perang, dengan meriam orbannya.
Pertempuran akhirnya dimulai, tapi pertahanan Konstantinopel terlalu
kuat untuk ditembus. Di Tanjung Emas, kapal-kapal perang Turki Ottoman mulai
karam menabrak rantai-rantai besi yang dipasang mengelilingi Konstantinopel. Angkatan
laut Ottoman berusaha keras mematahkan rantai-rantai tersebut, namun tidak
berhasil. Situasi semakin buruk dengan datangnya bala bantuan Byzantium dari
angkatan laut negara-negara Eropa Barat. Angkatan laut Turki Ottoman semakin
terdesak. Dalam kondisi pelik itu, Muhammad II mengganti panglima lautnya,
Palita Oglu diganti oleh Laksamana Hamzah Pasha.
Dengan segala kekuatan, pasukan Turki Ottoman berhasil
menghancurkan benteng pertahanan
Konstantinopel yang berada di Lembah Lycos. Kaisar Konstantin melakukan
penawaran dengan memberikan daerah-daerah jajahan lain kepada Ottoman sebagai
ganti Konstantinopel, tapi Muhammad menolak, sebaliknya ia menawarkan
perlindungan bagi seluruh warga Byzantium, termasuk kepada Konstantin sendiri.
Selama satu bulan penyerangan belum ada hasil yang dicapai. Namun,
memnjelang berakhirnya bulan purnama, Sultan mendapat ide untuk menarik
kapal-kapal perangnya ke daratan. Awalnya, ide ini dijalankan setengah hati
oleh para prajurit, mereka menganggap Sultan telah gila karena tidak berhasil
melakukan serangan laut.
Namun Sultan menjelaskan, selama ini kekuatan prajuri Konstantinopel
berasal dari keyakinan akan adanya kekuatan bulan purnama dan saat itu, bulan
purnama telah lewat. Kapal-kapal mulai ditarik dengan menggunakan kayu
gelendongan. Malam harinya, dengan diterangi bintang-bintang, kapal-kapal itu
belayar di daratan mellintasi lembah dan bukit. Pagi harinya, 70 kapal perang
yang tersisa telah berpindah lokasi melintasi Tanjung Emas, Besiktas dan
Galata. Rakyat Byzantium yang menyaksikan kapal-kapal berlayar di daratan
begitu terkejut. Mereka mengira itu karena bantuan jin atau setan, sebagian
dari mereka menggosok-gosok mata, mencubit pipi, untuk memastikan bahwa ini
bukan mimpi.
Tepat pada tanggal 29 Mei 1453 M. Konstantinopel jatuh dan berhasil
ditaklukan para tentara Islam. Pada hari itu, mayoritas penduduk Konstantinopel
bersembunyi di gereja-gereja sekitar kota. Sultan Muhammad II berpesan kepada
tentaranya supaya berbuat baik kepada penduduk Konstantinopel. Sultan Muhammad
menuju gereja Aya Sofya yang ketika itu menjadi tempat perlindungan sejumlah
besar penduduk kota. Ketakutan jelas tebayang di wajah masing-masing penduduk
ketika Sultan menghampiri pintu gereja. Salah seorang pendeta telah membuka
pintu gereja dan Sultan meminta beliau supaya menenangkan penduduk.
Peta garis pertahanan Konstantinopel
Pada hari Jumat itu, Sultan Muhammad II bersama para muslimin tengah
mendirikan sholat Jumat di Masjid Aya Sofya. Khutbah yang pertama di Aya Sofya
itu disampaikan oleh Asy Syeikh Ak Semsettin. Nama Konstantinopel kemudian
diganti “islam Bol/islambul’. Yang berarti “kota islam” dan kemudian dijadikan
sebagai ibukota ketiga Khilafah Utmaniyyah setelah Bursa dan Edirne. Atas jasanya
Sultan Muhammad II diberi gelar Al-Fatih (penakluk), sehingga ia sering
dipanggil Sultan Muhammad al-Fath. Pertempuran merebut kota Konstantinopel
berlangsung dari tanggal 6 April hingga 29 Mei 1453 atau hampir dua bulan.
Sultan Muhammad al-Fatih memasuki gerbang charisius pada penaklukan Konstantinopel
Kesultanan Utsmaniyah
Kesultanan Utsmaniyah (1299-1923), atau dikenal juga dengan sebutan
kekaisaran Turki Ottoman merupakan negara multi-etnis dan multi-religi. Dalam perkembangan
negara ini diteruskan oleh Republik Turki yang diproklamirkan pada 29 Oktober
1923. Negara ini didirikan oleh Bani Utsman, yang selama lebih dari 6 abad
kekuasaannya (1299-1923) dipimpin oleh 36 orang sultan, sebelum akhirnya runtuh
dan terpecah menjadi beberapa negara kecil.
Kesultanan ini menjadi pusat interaksi antara barat dengan timur
selama 6 abad. Pada puncak kekuasaannya, Kesultanan Utsmaniyah terbagi menjadi
29 provinsi. Dengan Konstantinopel (sekarang Istambul) sebagai ibukotanya,
kesultanan ini dianggap sebagai penerus dari kerajaan-kerajaan sebelumnya,
seperti Kekaisaran Romawi dan Byzantium. Pada abad 16 dan 17, Kesultanan
Utsmaniyah menjadi salah satu kekuatan utama dunia dengan angkatan lautnya yang
kuat.
Kekuatan Kesultanan Utsmaniyah terkikis secara perlahan pada abad ke
-19, sampai akhirnya benar-benar runtuh pada abad 20. Setelah Perang Dunia I
berakhir, pemerintahan Utsmaniyah yang menerima kekalahan dalam perang
tersebut, mengalami kemunduran di bidang ekonomi.
0 Comments: