ALEXANDER THE GREAT
Membicarakan penaklukan bangsa Macedonia tidak bisa lepas dari tokoh sentralnya, yaitu Alexander yang Agung atau Alexander The Great. Alexander dilahirkan di Pello ibukota Macedonia tahun 356 SM. Ayahnya adalah Raja Philip II. Ketika Alexander baru berumur 20 tahun, Philip meninggal. Tanpa kesulitan berarti, Alexander segera menggantikan posisi ayahnya. Sebagai raja yang memiliki visi jauh kedepan. Philip II memang sudah mempersiapkan Alexander sebagai penggantinya. Alexander muda sudah punya pengetahuan dan pengalaman kemiliteran mumpuni. Dalam hal pendidikan intelektual, Philip sangatlah serius. Tak tanggung tanggung, guru untuk mengajari Alexander The Great adalah seorang yang istimewa, Aristoteles, filosofi sekaligus cendekiawan paling masyhur di dunia masa itu.
Sepeninggal
Philip II, wilayah-wilayah jajahan Macedonia, baik di Yunani maupun
daerah-daerah belahan sebelah utara segera mengangkat senjata mengorbarkan
pemberontakan. Dengan sigap, Alexander segera mengirimkan pasukan Macedonia
untuk menetralisir keadaan. Hanya dalam tempo dua tahun sesudah naik tahta,
Alexander sudah mampu mengatasi kedua daerah itu.
Selanjutnya
Alexander berhasil mengorganisir pasukan gabungan Macedonia dan Yunani
menyeberang Selat Dardanalles untuk mendudukkan kekaisaran terbesar saat itu
yaitu Persia. Bertahun-tahun Persia telah menguasai wilayah yang sangat luas,
membentang mulai dari Laut Tengah hingga India. Ketika itu Persia merupakan
lawan yang tangguh dan disegani. Sebuah kekaisaran paling luas, kuat dan kaya
di muka bumi.
Dengan jumlah
pasukan hanya 35.000 tentara, Alexander sanggup menjaga keyakinan melawan
jumlah pasukan Persia yang berkekuatan besar. Pertama, pasukan Alexander
mengalahkan tentara Persia dan memotong simpul Gordium, lalu merebut seluruh
asia kecil (Turki). Waktu itu, Alexander masih cukup belia, 22 tahun. Kemudian
ia bergerak menuju daerah utara Suriah, menggilas pasukan besar Persia di
Lembah Issus, yang mengakibatkan Raja Darius III melarikan diri. Setelah
merebut Siria, Palestina dan Funisia, Alexander dan pasukannya balik menyerbu
ke arah selatan. Melalui pertempuran berat dan sulit sepanjang tujuh bulan,
Alexander berhasil menaklukan kota Pulau Phoenicia Tyre yang kini bernama
Libanon.
Alexander
meneruskan gerakannya ke selatan. Kali ini giliran Mesir berhasil ditundukannya
dengan mudah. Ia kemudian mendirikan kota bernama Alexandria, sebuah kota yang
selama berabad-abad menjadi pusat perdagangan, budaya dan ilmu pengetahuan.
Alexander kemudian bergerak lagi kembali ke daratan Asia. Dalam pertempuran
hidup-mati yang menentukan di dekat Gaugamela dan Arbela tahun 331 SM,
Alexander sepenuhnya sudah melumpuhkan sebagian besar tentara Persia ketika
usianya baru 25 tahun. Darius III tewa, seluruh kerajaan Persia jatuh ke tangan
Alexander. Hingga akhirnya berhasil merebut tiga kota terkaya di dunia yaitu,
Babylon, Susa dan Persepolis.
Tak cukup
sampai di situ, tahun 326 SM, Alexander ingin memperluas ekspansinya ke India
dan berhasil mengalahkan tentara India yang dipimpin Raja Porus. Dalam
peristiwa tersebut, kuda Alexander yang bernama Buchepalus mati. Ia lalu
mendirikan kota bernama Buchepala di India. Di India tentara Alexander tinggal
seperempat saja. Mereka sudah bosan berperang dan rindu ingin kembali ke
Macedonia. Dalam perjalanan pulang lewat Gurun Gedrosia, tenaranya banyak mati
karena badai pasir dan kelaparan. Setiba di Susa, Alexander mengadakan pesta
yang disebutnya “perkawinan Barat dan Timur” di mana ribuan tentara Macedonia
secara resmi mengawini puteri-puteri Asia. Dia sendiri walaupun sudah mempersunting
istri seorang gadis bangsawan Asia sebelumnya, kawin lagi dengan puteri Darius
III, Stateira.
Pada tahun 323
SM, ketika usianya menginjak 33 tahun, Alexander meninggal di Babylon, karena
demam dan kelelahan. Mayatnya diangkut ke Mesir dan dikebumikan di Alexandria.
Sayangnya Alexander tidak menunjuk penggantinya dan segera sesudah dia tiada
mulailah perebutan kekuasaan. Dalam pergumulan ini, ibunya, istrinya,
anak-anaknya semuanya terbunuh. Kerajaan dibagi diantara para jenderalnya.
Daerah Kekaisaran Alexander
Dalam buku
“100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia” karya Michael Hart, disebutkan
Alexander mungkin seorang tokoh yang teramat dramatis dalam sejarah, karier dan
pribadinya tetap jadi sumber kekaguman. Bukti-bukti kesuksesan kariernya cukup
dramatis dan berlusin dongeng bermunculan menyangkut namanya. Dan jelas sekali
sudah menjadi ambisinya menajadi pendekar dan penakluk terbesar sepanjang jaman
dan tampaknya dia memang layak memperoleh julukan itu. Selaku pejuang
individual, pada dirinya tercakup kemampuan dan keberanian. Sebagai seorang
jenderal, dia teramat ulung, karena selama sebelas tahun pertempuran, tak
pernah sekalii pun dia kalah.
Berbarengan dengan
itu, dia adalah seorang intelektual yang belajar dibawah asuhan Aristoteles dan
menguasai sajak-sajak Homer. Dalam hal merealisir gagasan bahwa bangsa yang
bukan Yunani tidaklah mesti bangsa barbar, jelas menunjukkan bahwa pikirannya
punya daya jangkau lebih jauh ketimbang sebagian besar pimikir-pemikir Yunani
saat itu. Teteapi, di lain pihak Alexander punya pandangan sempit. Meski berulang
kali dia menghadapi resiko dalam pertempuran, dia tidak mempersiapkan penggatinya.
Keteedoran inilah yang menjadi penyebab begitu cepatnya kerajaannya hancur
berantakan sesudah dia tutup usia.
Alexander dianggap
besarbkemungkinan berwajah rupawan dan sering amat bermurah hati kepada musuh
yang dikalahkannya. Di lain pihak, dia juga seorang “egomaniac” dan bertabiat kejam. Pada suatu peristiwa, dalam suatu
pertengkaran dalam keadaan slebor, dia membunuh teman akrabnya, Clertus seorang
yang pernah menyelamatkan jiwanya.
Seperti hal
nya Napoleon dan Hitler, Alexander punya pengaruh luar biasa terhadap
generasinya. Masa pengaruhnya yang singkat, lebih ringkas dari mereka,
semata-mata lantaran terbatasnya sarana untuk perjalanan kian-kemari serta
komunikasi pada saat itu membatasi dan memperkecil pengaruhnya terhadap dunia.
wilayah yang ditaklukan Alexander Agung
Pengaruh
Menurut catatan,
selama 11 tahun Alexander mengadakan perjalanan sejauh 17.600 Km. Selama perjalanannya,
ia mendirikan 70 kota. Hampir semua kota diberi nama Alexandria. Ada beberapa
faktor yang menjadi sebab kemenangan Alexander. Pertama, pasukan yang
ditiggalkan ayahnya, Philip II, benar-benar terlatih dan terorganisir, lebih
baik dari pasukan Persia. Kedua, Alexander sendiri adalah seorang panglima
perang yang jenius, mungkin paling jenius di sepanjang jaman. Ketiga,
keberanian Alexander itu sendiri. Dengan menunggangi kuda kesayangannya .
Bucephalus, ia memberikan pukulan menentukan bagi lawannya.
Dalam jangka
panjang, pengaruh terpenting dari penaklukan yang dilakukan Alexander adalah
mendekatkan kebudayaan Yunani dengan Timur, Tengah, sehingga masing-masing
mendapat faedah untuk menambah dan mempertinggi kebudayaan masing-masing. Selama
dan segera sesudah karier Alexander, kebudayaan Yunani dengan cepat tersebar ke
Iran, Mesopotamia, Suriah, Yudea dan Mesir. Sebelum Alexander, Kebudayaan
Yunani memang sudah merasuk ke daerah-daerah ini tetapi dengan lambat sekali.
Alexander Agung dalam sebuah pertempuran penaklukan wilayah
Alexander juga
menyebarkan pengaruh kebudayaan Yunani ke India dan Asia Tengah, daerah yang
belum terjamah sebelumnya. Tetapi, pengaruh kultural bukanlah berarti hanya
berlaku sepihak dan satu jurusan. Dalam masa abad Hellenistik (abad-abad
sesudah langkah-langkah Alexander) gagasan Timur khususnya gagasan keagamaan
tersebar ke dunia Yunani. Dengan kebudayaan Hellenistik ini memang tampaknya
Yunani dominan tetapi sebenarnya pengaruh pikiran Timur besar sekali pada saat
itu mempengaruhi Roma.
Dalam perjalanan
kariernya, Alexander mendirikan lebih dari 21 kota baru. Yang paling masyhur
dari semua itu adalah Alexandria (Iskandariah) di Mesir yang dalam tempo yang
cepat menjadi kota terkemuka di dunia dan merupakan pusat budaya dan pendidikan
yang kesohor. Lain-lainnya sepeerti Herat dan Kandahan di Afganistan juga
berkembang menjadi kota-kota
0 Comments: