UQBAH bin NAFI' (Pemancang Islam di Afrika)
Bermula dari pesisir Pantai Tanjah
di Lautan Atlantik itu, Uqbah bin Nafi’ dan pasukan tentaranya bergerak terus
menuju selatan. Berbekal amanat Khalifah Muawiyah, mereka telah menguasai
seluruh Afikra Utara yang bermula dari kota Qairawan di Tunisia, terus ke
Fazzan, serta akhirnya ke kota Elzab dan Tahrer.
berbekal amanat Muawiyah, Uqbah berhasil menguasai seluruh Afrika utara
hingga ke Tunisia
Sifat-sifat yang berkembang segar
dalam jiwa Uqbah bi Nafi’ dapat dilihat jelas lantaran ia tidak pernah letih
atau puas melihat kejayaan pasukan tentaranya yang menguasai kota-kota di utara
Afrika. Bahkan, ia masih merasa sedih karena tidak mampu menyeberangi lautan
untuk menegakkan kalimat Allah.
Uqbah bin Nafi tidak saja terkenal
sebagai seorang komander perang atau jenderal yang mampu menghentak pasukan
tentaranya untuk mencerai-beraikan barisan musuh, namun ia juga terkeal sebagai
seorang gubernur adil yang sanggup memerintah sebuah kerajaan. Kota Qairawan
dijadikan sebagai pusat pemerintahan Islam di Afrika Utara. Tujuan Uqbah
menjadikan Qairawan sebagai pusat Islam di Afrika Utara ialah mengembangkan
ajaran Islam di kawasan tersebut.
Sebenarnya, tidak banyak
manfaatnya jika penaklukan dilakukan, tetapi tidak ada tindakan susulan untuk
menunjukkan keindahan Islam kepada penduduk setempat. Ajaran Islam hendaklah
dilaksanakan dan dititikberatkan agar penduduk yang baru memeluk Islam
benar-benar paham dan dapat merasakan keindahan Islam yang benar.
Selain itu, pendirian kota jua
akan memudahkan tentara Islam yang datang dari Damsyik untuk mengajarkan Islam
kepada penduduk sekitarnya. Pengajaran yang menarik di sii ialah Uqbah bin
Nafi’ mengimplementasikan sepenuhnya sunnah Rasulullah Saw dalam menyebarkan
ajaran dakwahnya.
Islam memasuki daratan Afrika
sejak pemerintahan Khalifah Umar bin Khatab saat ia menguasai Mesir. Kemudian,
pada pemerintahan Utsman bi Affan, tepatnya pada tahun 35 H, perluasan
kekuasaan Islam sampai Tripoli bahkan mencapai beberapa kawasan Tunisia.
Proses perluasan wilayah kekuasaan wilayah Islam sempat berhenti berkenaan dengan
tebunuhnya Khalifah Utsman pada tahun 36 H, saat Muawiyah bin Abi Sofyan
berkuasa penuh di Damaskus. Reorganisasi pemerintahan terus diupayakan,
termasuk kelajutan perluasan wilayah kekuasaan Islam di daerah tanah maghribi.
Dengan diangkatnya Amr bin Ash
sebagai Gubernur Mesir, kebijaksanaan memperluas wilayah kekuasaan Islam
dihimpun kembali. Pada tahun 50 H, sebuah kawasan (yang akhirnya dikenal dengan
nama Qairawan) yang terletak di wilayah Afrika Utara dapt dikuasai oleh kaum muslimin
di bawah pimpinan Uqbah bin Nafi’.
Qairawan terletak sekitar 156 km
dari iu kota Tunisia. Kata “Qairawan” berasal dari bahasa Persia yang diserap
ke dalam bahasa Arab yang berarti “tempat penyimpanan peluru”, “tempat turunnya
pasukan tentara”, “waktu istirahat kafilah”, “tempat perkumpulan orang pada
waktu perang”.
Pemilihan lokasi kota Qairawan
dilakukan oleh Uqbah bin Nafi’ atas pertimbangan strategis. Suatu ketika, ia
pernah berkata kepada sahabat-sahabatnya, “Penduduk negeri ini tidak memiliki
moral yang jelas. Bila meendapat tekanan pedang (senjata), mereka akan memeluk
Islam, tetapi bila umat Islam pergi, mereka kembali ke tradisi semula dan memeluk
agama lamanya. Saya tidak melihat perlunya umat Islam tinggal bersama mereka. Saya
justru berpendapat perlu membangun sebuah kota yang akan menjadi tinggal umat
Islam bagi penduduk setempat”.
Para sahabat itu pun membenarkan
pendapat Uqbah bin Nafi”.
Dibangunnya kota Qairawan
merupakan permulaan sejarah peradaban Islam di Arab Magribi, Qairawan pernah
memainkan dua peran dalam satu waktu, yakni perang dan dakwah. Dari kota itu,
pasukan tentara Islam keluar melakukan penaklukan dan pembebasan, sedangkan
para fuqaha’ menyebar ke pelosok negeri untuk mengajarkan bahasa Arab dan agama
Islam.
Di Qairawan, Uqbah bin Nafi’
membangun tempat pemukiman baru bagi kaum muslimin membangun tempat pemukiman
baru bagi kaum muslimin. Bahkan, kawasan tersebut dijadikan sebuah garnisun
yang sekaligus berfungsi sebagai pusat kegiatan administrasi pemerintahan,
pertahanan dan kegiatan keagamaan.
Pembangunan kota Qairawan ini
berawal dari doa Uqbah bin Nafi yang terkenal, “Ya Rabbi, jika tidak terhalang
oleh lautan dan samudra yang terbentang luas di hadapanku ini, maka aku akan
menerobos seluruh daratan untuk berjuang di jalan-Mu”. Itulah perkataan Uqbah
bin Nafi’ ketika pasukannya sampai di Lautan Atlantik. Keberanian dan
kehebatannya dibingkai oleh kesadaran atas hubungan dirinya dengan Allah, yang
merupakan “cermin” bagi setiap panglima dan prajurit.
Samudera Atlantik, pembatas Afrika Utara dan Eropa
Setelah berhasil menaklukan
Tunisia di Afrika Utara melalui pertempuran dahsyat yang melibatkan adu
kehebatan strategi dan taktik militer, Uqbah bin Nafi’ memerintahkan kepada
pasukan Zeninya untuk membangun sebuah kota di sana. Akan tetapi, daerah
tersebut ditumbuhi alang-alang yang lebar dan tinggi, serta di dalamnya hidup
berbagai binatang buas, seperti singa, serigala dan ular. Sejenak, pasuskannya
tertahan dan menunggu perintah dari sang panglima.
Lantas, Uqbah bin Nafi’ berdiri di
tepi padang alang-alang seraya berkata, “Hai jamaah singa, serigala, ular dan
semua binatang yang ada di daerah ini. Kami adalah para sahabat Rasulullah Saw.
Kami berharap kalian segera meninggalkan daerah ini dengan aman dan damai. Jika
kalian tidak mau, jangan salahkan kami bila bertindak dengan kekerasan”.
Tidak lama kemudian,
binatang-binatag itu keluar dari tempat persembunyiannya dan hijrah ke tempat
lain. Beberapa orang prjurit mengusulkan kepada Uqbah bin Nafi”, wahai
Panglima, bagaimana jika kami membunuh saja binatang-binatang yang sedang
berpindah tempat itu?” dengan nada marah, Uqbah bin Nafi’ menjawab, “bila kita
membunuh mereka, berarti kita telah melanggar janji kita kepada Allah. Bukankah
kita sudah memberikan keamanan dan kedamaian kepada binatang-binatang itu?
Mengapa kita melanggar janji kita?
Aksi migrasi binatang selepas doa
yang diucapkan oleh Uqbah bin Nafi’ menyebabkan penduduk asli beramai-ramai
memeluk Islam. Selain itu, ia juga berdua kepada Allah Swt, supaya memakmurkan
kota Qairawan, serta menjadikannya sebagai salah satu pusat Islam. Dengan niat
yang tulus dan perjuangan yang ulet, Uqbah bin Nafi mulai membangun kota
Qairawan pada tahun 50 H. Tujuan dibangunnya kota ini adalah agar umat Islam
dapat tinggal dan menetap di tempat itu, karena Uqbah bin Nafi’ merasa khawatir
bila penduduk asli bangsa Afrika kembali memeluk agama tradisionalnya jika
ditinggalkan oleh umat Islam.
Salah satu bentuk perhatian Uqbah
bin Nafi’ terhadap kota Qairawan adalah sesuatu yang dilakukannya setelah
membangun kota tersebut. Ketika itu, ia mengumpulkan sahabt-sahabat dan
tentara-tentara yang ikut bersamanya di kamp-kamp untuk diajak mengelilingi
kota Qairawan. Selanjutnya, Uqbah bin Nafi berdoa, “Ya Allah, penuhilah kota
ini dengan ilmu dan fiqh. Ramaikanlah dengan orang-orang yang taat dan
beribadah kepada-Mu. Jadikanlah kota ini sebagai kebanggaan agama-Mu. Tinggikanlah
Islam dengan kota ini”.
Ketika menyaksikan Uqbah bin Nafi’
membangun sendiri fondasi kota Qairawan, penduduk Barbar merasa kagum dengan
pribadi keagamaan dan mental pengorbanannya demi Islam. Sikap kagum mereka itu
membawa dampak positif yang ditandai denga datangnya sejumlah besar penduduk
kepada Uqbah untuk menyatakan keislamannya dan bergabung ke dalam pasukan
tentara Islam. Selain itu, dari segi relegius, kota Qairawan mempunyai tempat
tersendiri di hati umat Islam setempat. Mereka menganggap Qairawan sebagai kota
suci yang tidak boleh dimasuki, kecuali oleh umat Islam.
Selain itu, usaha dakwah yang
ditunjukkan oleh Uqbah bin Nafi’ sepatutnya menjadi teladan lantaran ia
senantiasa berusaha untuk mengajak manusia kembali kepada Islam denga tidak
memandang status dan martabat mereka. Ia juga memandang masalah umat sebagai
prioritas utama. Ini yang menyebabkan ia tidak pulang ke Damsyik, meskipun kota
Qairawan sudah berjaya menjadi pusat penyebaran Islam, serta sebagai pusat
tarbiyah kepada penduduk sekitar.
Setelah keadaan terkuasai
sepenuhnya, serta mendapatkan dukungan dari kalangan luas pada tahun 50 H,
Uqbah bin Nafi’ membangun masjid yang kini terkenal dengan sebutan Masjid Qairawan
sebagai sentral dakwah dan berbagai kepentingan Islam lainnya. Masjid ini
dibangun bersamaan dengan didirikannya kota Qairawan.
Dengan tanpa diduga sebelumnya,
masjid tersebut akhirnya menjadi objek wisata tersohor sepanjang sejarah,
selain merupakan masjid tertua di Arab maghribi. Masjid Qairawan memainkan
peranan penting dalam bidang pendidikan. Selama abad ke-2 dan ke-3 H, Qairawan
bahkan dianggap sebagai salah satu dari tiga pusat ilmu keagamaan selain Makkah
dan Madinah.
Masjid tersebut juga merupakan
sumber utama yang mengilhami seni ornamen dan arsitektur di Arab Maghribi dan
Andalusia. Masjid Qairawan juga merupakan tempat belajar berbagai persoalan
agama, bahasa dan ilmu pengetahuan, yang kelak menelorkan tokoh-tokoh terkemuka
pada zamannya.
Menara masjid di Kairouan, Tunisia
Kairouan adalah kota penting dalam sejarah Uqbah
sebab Uqbalah yang mendirikan kota ini pada 871 M
Hingga kini, masjid tersebut
tetap dianggap sebagai pusat dan simbol keagamaan di Tunisia, kendati tidak
lagi dianggap sebagai “tempat suci” pada zamannya. Di dalam masjid dan sekolah
Qairawan, dibangun sebuah perpustakaan. Kota Qairawan kemudian semakin meluas
hinggaa menjadi salah satu kota paling terkenal di Arab Maghribi.
tampak keindahan ornamen masjid Kairouan (Qairawan)
yang mengilhami arsitek masjid di Andalusia dan Arab
Bermula dari Qairawan, cahaya
Islam segera dipancarluaskan untuk menerangi kawasan-kawasan lainya yang ada di
Afrika. Terlebih, setelah diangkatnya Musa bin Nushair sebagai kepala
pemerintahan Ifrikiyah pada tahun 85 H. Dalam tempo kurang dari 10 tahun, Islam
telah berjaya di seluruh daratan Afrika. Masjid Zaitun di Tunisia didirikann
pada awal abad ke-8 M, serta menjadi pusat pengajaran dan kegiatan ilmiah. Sehingga
dari masjid itulah, gelombang keilmuan memancar ke berbagai penjuru Afrika.
Qairawan merupakan pusat ilmu
pengetahuan pertama di Arab Maghribi, yang disusul oleh Kordoba di Andalusia
dan Fas di Maroko
Qairawan mempunyai peran penting
dalam penyebaran dan pengajaran agama Islam, yang sesuai dengan harapan ketika
pembangunan kota ini, yaitu untuk mengajak penduduk Afrika memeluk Islam. Pada masa
pemerintahan Umar bin Abdul Aziz (99-151 H), ia ingin meningkatkan taraf
pengetahuan agama penduduk kota Qairawan. Kemudian, ia menjadikan Qairawan
sebagai sentral tempat delegasinya yang terdiri atas 10 ulama dari kalangan
rabi’in yang dikirim ke Afrika untuk mengajarkan agama Islam kepada penduduk
Qairawan.
Di sana, sudah ada tokoh-tokoh
Qairawan yang sudah terkenal. Di antaranya adalah Imm Sahnun bin Said, murid
Imam Malik; dan pengarang buku Al-mudawwanah
yang berperan besar dalam mengkodifikasi mazhab Maliki, Imam Abu Zayid
al-Qayrawani; serta Yahya bin Salamah al- Bashri. Sementara itu, di bidang
kedokteran, dikenal pula keluarga Ibnul Jazzar.
Sayangnya, sang panglima itu sendiri,
Uqbah Ibn Nafi’ dibunuh ketika dalam perjalanan pulang ke Qairawan selepas ia
dan pasukan musuhnya kembali dari pertempuran di Algeria timur pada tahun 683
M. Kisah kepahlawanannya sepatutnya menjadi cotoh, terutama ia sering kali
berusaha untuk menegakkan kalimat Allah.
kisah tokoh Islam yang teladan
ReplyDeleteMantap
ReplyDelete