Tentara Adalah Tentara

January 14, 2019 1 Comments



Suatu hal yang menjadi fikiran Jenderal Sudirman ialah kedudukan tentara dan laskar. Kenyataannya bahwa rupanya masih jauh jalan yang harus ditempuh oleh TKR untuk menjadi tentara negara yang satu. Sebagaimana dimaklumi pembentukan TKR diumumkan dengan Maklumat Pemerintah tertanggal Jakarta 5 Oktober 1945. Tentara Keamanan Rakyat itu menjadi Tentara Keselamatan Rakyat dengan Penetapan Pemerintah 7 Januari 1946.
Di samping itu, soal kelaskaran adalah soal yang sulit dan penuh bahaya yang sungguh-sungguh. Ia harus dihadapi dengan hati-hati. Tentara dan lebih-lebih lagi laskar-laskar, bukanlah semata-mata alat negara melainkan pertama-tama adalah alat perjuangan rakyat yang disusun oleh rakyat sendiri. Tentara seharusnya adalah alat negara akan tetapi dewasa itu baru pada fase menuju ke arah itu.
Demikian pula soal ideologi. Malah soal-soal politik turut difikirkan oleh tentara. Kebanyakan mereka terdiri dari pemuda-pemuda yang sebagai patriot hanya berhasrat berjuang untuk kemerdekaan. Mereka tiada berfikir sama sekali untuk menjadi militer yang sebenarnya. Politik pemerintah dan oposisi mereka ikuti dengan minat penuh. Sikap pro dan kontra sering pula mereka nyatakan.
TKR hidup dalam suasana pergejolakan politik dan menjadi faktor politik pula. TKR mempunyai posisi di samping pemerintah dalam menghadapi musuh dan menjaga keamanan dalam negeri. Mempunyai posisi pula di samping partai-partai dengan badan-badan perjuangannya. TKR sadar akan posisinya yang demikian.
                     Jenderal Soedirman duduk paling depan (kiri) sedang menyaksikan pelaksanaan latihan 
                                                               perang di sekitar Borobudur pada tahun 1947.

Sesungguhnya justru kesadaran kepada ideologi, kesadaran kepada politik itulah dasar perjuangannya. Kesadaran itulah syarat mutlak untuk penyelenggaraan setiap perang gerilya rakyat. Mau tidak mau, tiap pemerintah yang mempergunakan tentara gerilya, tentara rakyat, haruslah memenuhi syarat mutlak demikian. Maka karena itu kelirulah untuk segera memperlakukan TKR sebagai alat negara semata-mata.
Sering dialami bahwa hal-hal itulah yang merupakan keberatan bagi laskar-laskar untuk bergabung ke dalam tentara. Mereka tidak bersedia menjadi alat negara dalam tangan pemerintah. Mereka menganggap dirinya hanya sebagai alat perjuangan rakyat. Memang jelas dalam teorinya akan tetapi sulit mempraktekkannya. Karena, siapakah rakyat itu?
Biasanya mereka sendirilah yang menjadi rakyatnya sehingga pada prakteknya merekalah yang berdaulat sendiri. Dalam eksesnya ada yang mewujudkan kedaulatan partai yang berdiri di samping kekuasaan negara atau yang mewujudkan kedaulatan senjata. Siapa yang bersenjata dialah yang kuasa.
Masih jauh kiranya bagi mereka untuk sampai kepada pengertian bahwa negara adalah organisasi perjuangan rakyat. Juga bahwa tentara adalah satu anggota dari badan organisasi itu. Pada tahap dewasa itu tiap partai menyusun organisasi seperti negara. Lengkap dengan departemen pertahanan dan markas besarnya.
Bagaimana sikap Jenderal Sudirman?
Panglima Besar itu dewasa itu bertindak selaras dengan pengertian bahwa tentara adalah alat revolusi dan alat perjuangan. Jadi, bukan semata-mata alat pemerintah. Pidato-pidato Jenderal Sudirman mengupas soal-soal politik dan khusus soal hubungan dengan Belanda. Dia berusaha menghubungkan pemerintah “sayap kiri” dengan oposisi “persatuan perjuangan”. Dia selalu mengambil bagian dalam pertemuan-pertemuan yang penting dari pemerintah maupun dari pihak oposisi.
Pengertian tentara sebagai alat perjuangan rakyat sangat disuburkan oleh faktor bahwa KNI setempatlah yang pada mulanya menyusun BKR dan TKR dan KNI ini pulalah yang mula-mula membiayai atau memperlengkapi sebagian daripada kebutuhan mereka. Tentara dan laskar-laskar lebih merasakn diri sebagai alat rakyat yang langsung daripada sebagai alat negara yang dikuasai oleh pemerintah.
Posisi Jenderal Sudirman sebagai Panglima Besar pilihan memang kuat. Dia mengartikan kegoyahan (kelabilan) politik dalam ucapan:
“kabinet boleh berganti lima kali sehari, ‘tapi tentara tetap tentara’.
Dan hal itu diucapkannya dalam berbagai pertemuan.

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

1 comment: