Sudirman Merebut Ambarawa Dari Tentara Inggris
Ibu
kota provinsi Jawa Tengah ialah Semarang. Di selatan kota itu terletak Ambarawa
yang melalui Magelang membawa kita ke Yogyakarta. Pada 18 November 1945 tentara
Inggris mendarat di daerah Semarang. Sebagai akibat dari provokasi pihak
Belanda, terjadilah pertempuran antara pihak RI melawan tentara Inggris. Pertempuran
ini berlarut-larut sampai di Ungaran, Ambarawa dan malahan Magelang dapat
diduduki oleh pihak Inggris.
Dalam
pertempuran yang semakin berkobar ini, pihak Inggris mulai memakai
pesawat-pesawat terbang yang menjatuhkan boom-bomnya. Tetapi dengan
penghamburan bom-bom itu, rakyat Jawa Tengah bukan menjadi takut. Sebaliknya mereka
tambah hari bertambah berani. Mereka bersatu tekad untuk mempertahankan setiap
jengkal tanah dengan mati-matian.
Berkat
semangat kepahlawanan dan keberanian, pada 21 Desember 1945 Magelang dapat
direbut kembali oleh RI dan tentara Inggris melarikan diri ke Ambarawa. Oleh karena
kehilangan akal maka pada tanggal 25 November 1945 RAF (Royal Air Force,
angkatan udara Inggris) menjatuhkan bom-bomnya di stasiun Radio Solo dan Radio
Yogyakarta. Alasan mereka karena sender-sender RI menyiarkan propoganda yang
menghasut.
Pemboman
diulangi lagi pada 27 November berikutnya yang tepat mengenai Balai Pertemuan
dan Gedung Sonobudoyo di Yogyakarta serta sender radionya. Namun perjuangan
rakyat tidak dapat dipadamkan. Rakyat Indonesia yang telah diilhami oleh jiwa “Sekali
Merdeka Tetap Merdeka” tidak gentar sedikit pun terhadap berbagai bombardeman
yang membabibuta itu. Bahkan pada 5 Desember 1945 Benteng Banyubiru yang kuat
itu dapat direbut oleh RI dari tangan Inggris dengan kemenangan yang gilang
gemilang.
Jenderal Sudirman meletakkan karangan bungan di Tugu Pahlawan Pemberontakan Peta di Blitar
Semenjak
dua pekan sebelumnya, tepat pada 20 November 1945 berkobar pertempuran di
sekitar Ambarawa. Pasukan RI dari kedu yang menyerang dari arah Bandongan
menjumpai perlawanan musuh di kampung Baran sehingga terpaksa mundur dan
membuat pertahanan di Jetis.
Pasukan
dari Purwokerto dan Yogyakarta menjumpai perlawanan musuh yang sengit di
sekitar gereja dan tangsi dalam kota Ambarawa. Penyerangan yang dilakukan dari
Ngampin dan Sumber tidak mendapat kemajuan. Setelah mengalami tembakan-tembakan
meriam dan mortir serta serangan udara yang disertai pemboan sepanjang hari
terus-menerus, pasukan penyerang kita menjadi kucar-kacir. Sebagian besar
daripadanya pada sore harinya mundur tidak teratur.
Serangan-serangan
udara kadang-kadang dilakukan sampai dengan sepuluh buah pesawat. Empat sampai
enam buah Dakota menurunkan sehari-hari perbekalan dengan payung dari udara. Pasukan-pasukan
kita dari Surakarta dan Semarang menyerang musuh dari jurusan timur, terus-menerus
terjadi pertempuran musuh mencoba merebut stasiun listrik Tuntang yang tetap
dapat kita pertahankan. Inggris mengadakan bangunan pertahanan yang kuat di
persimpangan Bawen dan desa Ngasinan. Di tempat itu serangan-serangan kita
mengganggu dan mencoba memutuskan lalu-lintas Ambarawa-Semarang. Adanya penurunan-penurunan
perbekalan dari udara menunjukkan kesukaran angkutan musuh di jalan raya ini. Jalan
itu sampai ke pinggir kota Semarang masih banyak terhadang oleh barisan-barisan
kita.
Panglima
Besar Sudirman waktu itu masih berada di Purwokerto. Diperintahkannya melakukan
peninjauan sekitar front Ambarawa kepada suatu rombongan pimpinan Gatot
Subroto. Pangkatnya pada waktu itu belum ditetapkan karena baru saja masuk TKR
dari Kepolisian. Selanjutnya ikut dua orang anggota staf Divisi Purwokerto dan
lain-lain.
Sesampainya
di tempat itu, setelah mengetahui pasukan kita kucar-kacir tidak teratur, Gatot
Subroto segera menghadap Markas Tertinggi di Yogyakarta. Dia bertemu dengan KSU
Urip Sumoharjo dan melaporkan situasi dan mohon petunjuk-petunjuk. Seketika juga
Gatot Subroto ditetapkan sebagai komandan front dan memegang komando taktis.
Pasukan
kita merebut Benteng Banyubiru pada 5 Desember 1945. Sepuluh hari kemudian
dengan pimpinan Letnan Jenderal Sudirman tentara kita dapat berhaasil merebut
Ambarawa seluruhnya. Tentara Inggris lari Tunggang langgang. Mereka masuk
kembali ke kota Semarang. Mulai saat itu kedudukan mereka seolah terkepung.
0 Comments: