Sudirman Merebut Ambarawa Dari Tentara Inggris

January 18, 2019 0 Comments



Ibu kota provinsi Jawa Tengah ialah Semarang. Di selatan kota itu terletak Ambarawa yang melalui Magelang membawa kita ke Yogyakarta. Pada 18 November 1945 tentara Inggris mendarat di daerah Semarang. Sebagai akibat dari provokasi pihak Belanda, terjadilah pertempuran antara pihak RI melawan tentara Inggris. Pertempuran ini berlarut-larut sampai di Ungaran, Ambarawa dan malahan Magelang dapat diduduki oleh pihak Inggris.
Dalam pertempuran yang semakin berkobar ini, pihak Inggris mulai memakai pesawat-pesawat terbang yang menjatuhkan boom-bomnya. Tetapi dengan penghamburan bom-bom itu, rakyat Jawa Tengah bukan menjadi takut. Sebaliknya mereka tambah hari bertambah berani. Mereka bersatu tekad untuk mempertahankan setiap jengkal tanah dengan mati-matian.
Berkat semangat kepahlawanan dan keberanian, pada 21 Desember 1945 Magelang dapat direbut kembali oleh RI dan tentara Inggris melarikan diri ke Ambarawa. Oleh karena kehilangan akal maka pada tanggal 25 November 1945 RAF (Royal Air Force, angkatan udara Inggris) menjatuhkan bom-bomnya di stasiun Radio Solo dan Radio Yogyakarta. Alasan mereka karena sender-sender RI menyiarkan propoganda yang menghasut.
Pemboman diulangi lagi pada 27 November berikutnya yang tepat mengenai Balai Pertemuan dan Gedung Sonobudoyo di Yogyakarta serta sender radionya. Namun perjuangan rakyat tidak dapat dipadamkan. Rakyat Indonesia yang telah diilhami oleh jiwa “Sekali Merdeka Tetap Merdeka” tidak gentar sedikit pun terhadap berbagai bombardeman yang membabibuta itu. Bahkan pada 5 Desember 1945 Benteng Banyubiru yang kuat itu dapat direbut oleh RI dari tangan Inggris dengan kemenangan yang gilang gemilang.
Jenderal Sudirman meletakkan karangan bungan di Tugu Pahlawan Pemberontakan Peta di Blitar

Semenjak dua pekan sebelumnya, tepat pada 20 November 1945 berkobar pertempuran di sekitar Ambarawa. Pasukan RI dari kedu yang menyerang dari arah Bandongan menjumpai perlawanan musuh di kampung Baran sehingga terpaksa mundur dan membuat pertahanan di Jetis.
Pasukan dari Purwokerto dan Yogyakarta menjumpai perlawanan musuh yang sengit di sekitar gereja dan tangsi dalam kota Ambarawa. Penyerangan yang dilakukan dari Ngampin dan Sumber tidak mendapat kemajuan. Setelah mengalami tembakan-tembakan meriam dan mortir serta serangan udara yang disertai pemboan sepanjang hari terus-menerus, pasukan penyerang kita menjadi kucar-kacir. Sebagian besar daripadanya pada sore harinya mundur tidak teratur.
Serangan-serangan udara kadang-kadang dilakukan sampai dengan sepuluh buah pesawat. Empat sampai enam buah Dakota menurunkan sehari-hari perbekalan dengan payung dari udara. Pasukan-pasukan kita dari Surakarta dan Semarang menyerang musuh dari jurusan timur, terus-menerus terjadi pertempuran musuh mencoba merebut stasiun listrik Tuntang yang tetap dapat kita pertahankan. Inggris mengadakan bangunan pertahanan yang kuat di persimpangan Bawen dan desa Ngasinan. Di tempat itu serangan-serangan kita mengganggu dan mencoba memutuskan lalu-lintas Ambarawa-Semarang. Adanya penurunan-penurunan perbekalan dari udara menunjukkan kesukaran angkutan musuh di jalan raya ini. Jalan itu sampai ke pinggir kota Semarang masih banyak terhadang oleh barisan-barisan kita.
Panglima Besar Sudirman waktu itu masih berada di Purwokerto. Diperintahkannya melakukan peninjauan sekitar front Ambarawa kepada suatu rombongan pimpinan Gatot Subroto. Pangkatnya pada waktu itu belum ditetapkan karena baru saja masuk TKR dari Kepolisian. Selanjutnya ikut dua orang anggota staf Divisi Purwokerto dan lain-lain.
Sesampainya di tempat itu, setelah mengetahui pasukan kita kucar-kacir tidak teratur, Gatot Subroto segera menghadap Markas Tertinggi di Yogyakarta. Dia bertemu dengan KSU Urip Sumoharjo dan melaporkan situasi dan mohon petunjuk-petunjuk. Seketika juga Gatot Subroto ditetapkan sebagai komandan front dan memegang komando taktis.
Pasukan kita merebut Benteng Banyubiru pada 5 Desember 1945. Sepuluh hari kemudian dengan pimpinan Letnan Jenderal Sudirman tentara kita dapat berhaasil merebut Ambarawa seluruhnya. Tentara Inggris lari Tunggang langgang. Mereka masuk kembali ke kota Semarang. Mulai saat itu kedudukan mereka seolah terkepung.

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 Comments: