Kemerdekaan 100% Pendirian Tentara dan Rakyat

January 19, 2019 0 Comments



Pada akhir Desember 1945 Republik Indonesia berumur 4,5 tahun. Keadaan keamanan di ibu kota Jakarta semakin hari semakin terganggu. Anggota-anggota tentara Belanda dan sekutu dengan sengaja melahirkan kekacauan dengan melakukan penganiayaan, pembunuhan dan teror terhadap rakyat.
Suasana di Jakarta semakin genting juga. Karena itu pada 4 Januari 1946 Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Beriringan dengan kepindahan kedua Kepala Negara itu, pada malam harinya Wakil Menteri Penerangan Mr. Ali Sastroamijoyo mengucapkan pidato radio di depan corong RRI Yogyakarta. Antara lain diterangkannya bahwa mulai 4 Januari 1946 sebagian dari Pemerintah Agung buat sementara dipindahkan dari Jakarta ke Yogyakarta. Karena itu mulai hari itu Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta buat sementara berkedudukan di kota Yogyakarta.


Selanjutnya dikatakan bahwa pemindahan itu tidak usah menggoncangkan hati kita. Ia tidak menjadi sebab untuk mengubah pendirian Pemerintah terhadap luar maupun dalam negeri. Pemindahan sementara itu beralasan dalam hal :
1.      Keadaan tidak aman yang terdapat di Jakarta
2.      Untuk menyempurnakan organisasi dalam negeri
Bahwa kota jakarta pada masa itu makin lama makin tidak aman buat rakyat Indonesia umumnya dan buat pemimpin-pemimpin negara khususnya, tidak perlu diceritakan panjang ebar lagi. Cukuplah kiranya diperingatkan tentang percobaan pembunuhan atas diri Perdana Menteri Sutan Syahrir dan terhadap Menteri Keamanan/Menteri Penerangan Mr. Amir Syarifuddin.
Demikian sebagian keterangan yang diucapkan atas nama Pemerintah.
Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta dan beberapa Kementerian telah berada di Yogyakarta. Dengan demikian, kegiatan politik boleh dikata dikemudian dari Yogyakarta. Pemerintah Indonesia mempunyai kekuasaan yang de facto ditaati oleh seluruh bangsa Indonesia, sedangkan Belanda kini datang ke sini mau melakukan pemerintahan de jure-nya. Untuk memecahan soal yang sulit ini. Belanda terpaksa datang pada Pemerintah kita dan Pemerinta kita bertindak seperti yang pantas bagi bangsa yang merdeka. Pemerintah berusaha mencari penyelesaian secara biasa di antara negara yang berselisih yaitu dengan jalan permusyawaratan.
Dengan cara yang demikian ini kita menunjukkan bahwa kita juga tahu akan adat-istiadat internasional dan kita sanggup melaksanakannya sebagai bangsa yang merdeka. Dengan ini kita membuktikan kepada dunia bahwa kita lahir dan bathin telah masak untuk merdeka.
Atas pemerintah Belanda, kita berunding dengan Belanda. Perundingan itu menemui jalan buntu, mengapa? Karena Belanda selalu mendasarkan tuntutan atas keterangan Ratu Wilhelmina 1942, ditambah dengan keterangan-keterangan Menteri daerah seberang lautan Belanda Logeman pada bulan November 1945. Maksudnya mengakui hak menentukan nasib sendiri tetapi di dalam lingkungan kerajaan Belanda. Padahal kita telah merdeka dan ingin merdeka. Itulah yang menyebabkan ditemuinya jalan buntu itu.
Inggris ingin supaya sola-soal Indonesia lekas selesai. Dikirimnya data istimewa Sir Archibald Clark Kerr ke Indonesia. Dutabesar Clark Kerr pada saat itu berkedudukan di Moskow.
Pada 10 Februari 1946 diadakan pertemuan segi tiga, Sir Archibald Clark Kerr, Dr. H.J. van Mook dan Perdana Menteri Sutan Syahrir. Dr. Van Mook menyampaikan keterangan resmi pemerintah Belanda tentang kedudukan Indonesia di kemudian hari, antara lain :
·       Akan diadakan persemakmuran Indonesia, sekutu dalam kerajaan, tersusun dari negeri-negeri yang mempunyai hak memerintah diri sendiri dengan tingkatan yang berlainan satu dengan lainnya.
·       Soal-soal dalam negeri persemakmuran Indonesia akan diurus oleh badan Indonesia sendiri dengan merdeka. Untuk persemakmuran seluruhnya diciptakan suatu badan perwakilan rakyat dan seorang wakil mahkota sebagai Kepala Pemerintah.
Pemerintah Sutan Syahrir bersedia berunding dengan pihak Serikat dan Belanda karena menganggapnya perlu untuk politik negara. Sikap itu ditentang secara tajam oleh Persatuan Perjuangan yang dipimpin oleh Tan Malaka. Pada 4 Januari 1946 dilangsungkan sebuah konperensi di Purwokerto yang dipelopori oleh Tan Malaka itu. Konperensi menghasilkan terbentuknya Persatuan Perjuangan dengan 143 organisasi sebagai anggota.
Tidak lama sesudah itu, tepatnya pada 15 Januari 1946. Persatuan perjuangan berhasil membuat minimum program, antara lain sebagai berikut :
·      Berundingan atas pengakuan kemerdekaan 100%
·      Pemerintah rakyat
·      Tentara rakyat
Akibat oposisi yang sangat tajam, Kabinet Syahrir mengundurkan diri. Pada permulaan bulan Maret 1946 dalam sidang KNI-P di Solo Presiden Sukarno menunjuk lagi Sutan Syahrir untuk membentuk Kabinet baru, antara lain dengan pokok program :
·      Berunding atas dasar pengakuan Republik Indonesia Merdeka (100%)
·      Mempersiapkan rakyat Negara di segala lapangan politik, ketentaraan, ekonomi dan sosial untuk mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia.
Dalam kemelut yang seperti itu Panglima Besar Jenderal Sudirman tampil dengan serunya yang berjudul “Kita tidak mau menerima imperialisme Belanda kembali”.
Seruan yang panjangnya sekitar 1.200 kata itu tertanggal Yogyakarta 17 Februari 1946. Artinya 33 hari setelah keluarnya minimum program Persatuan Perjuangan atau 12 hari sebelum diumumkan pokok program Kabinet Syahrir di sidngan KNI-P di Solo.
Ada 4 soal yang menjadi titik berat pidato seruan Jenderal Sudirman
1.      Lahir pada suasana pertempuran
2.      Tekad rakyat kemerdekaa 100 persen
3.      Latihan besar dari pertempuran yang akan datang
4.      Semuanya tergantung kepada kita
Tentang yang pertama berkata Jenderal Sudirman :
Negara Indonesia sudah merdeka. Kita rakyat Indonesia sudah setengah tahun hidup sebagai suatu rakyat yang merdeka. Tetapi dengan diumumkannya kemerdekaan tadi maka tidak hanya kesenangan serta kebebasan sajalah yang kita terima tatpi kewajibanlah yang harus kita utamakan lebih dahulu. Kewajiban untuk membangun serta kewajiban untuk mempertahankan negara. Sebab, negara Indonesia lahir tidak pada suatu saat perdamaian tetapi lahirnya Negara Indonesia Merdeka diliouti semenjak mulanya oleh suasanan pertempuran.
Hasrat dari seluruh Rakyat Indonesia untuk mempertahankan kedudukan Negaranya terbukti telah berkobar meluap. Tenaga membangun dari rakyet Indonesia terbukti dengan terbentuknya barisan-barisan serta laskar-laskar, ataupun dengan timbulnya partai-partai serta terjelmanya organisasi-organisai serta badan-badan yang diperlukan sangat di dalam suatu pertempuran dengan tidak diperintahkan lebih dahulu, seperti Palang Merah Indonesia, dapur umum, organisasi pengungsian dan sebagainya. Hasrat untuk membulatkan serta mempersatukan tenaga rakyat telah terbukti pula dengan adanya badan-badan koordinasi, seperti Dewan Perjuangan di seluruh Indonesia dan pada akhirnya dengan terebntuknya Persatuan Perjuangan yang meliputi lebih kurang 137 organisasi.
Kami sebagai Tentara merasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa melihat bahwa di samping kita sudah terbetuk suatu kekuatan yang nyata, yang nanti bersama-sama kita akan mempertahankan kedaulatan tanah Air kita dengan seluruh pikiran serta tenaga yang ada padanya. Sebab mempertahankan kedaulatan Tanah Air ini bukan hanya telah dirasakan sebagai suatu kewajiban yang seolah-olah diletakkan oleh orang lain di atas bahu dan punggungnya tetapi sudah dirasakan sebagai haknya untuk dijalankan.
Tekad rakyat kemerdekaan 100 persen
Tiap-tiap pertahanan menghendaki caranya sendiri sendiri. Cara atau strategi ini tergantung kepada keadaan yang nyata yang ada di sekelilingnya. Suatu strategi dalam tiap-tiap pertempuran tidak boleh hanya didasarkan atas ideal saja tetapi tiap-tiap strategi harus lebih dahulu didasarkan atas keadaan yang nyata. Demikian pula cara atau strategi kita akan mempertahankan kedaulatan Negara kita kelak harus pula berdasarkan atas keadaan yang nyata yang ada di sekeliling kita.
Kita akui terus terang bahwa kita kurang kuat dalam persenjataan kita. Tetapi keadaan semacam ini tidak menghambat kita atau mengurangi hasrat kita untuk mempertahankan Negara kita. Justru karena keadaan yang ada pada kita itu berlainan maka cara kita mempertahankan Negara kita kelak harus memakai taktik dan strategi yang berlainan, berdasar atas apa yang ada pada kita.
Selanjutnya kita harus konsekwen, berani dan sanggup bertanggung jawab atas segala sikao serta tindakan kita terhadap dunia luar dan dalam. Rakyat Indonesia sudah membulatkan tekadnya akan terus berjuang sebelum tercapai kemerdekaan 100 persen. Suatu tekad dan sikap yang sudah kita perdengarkan bersama ke seluruh dunia ini bukan hanya hasil dari gerakan lidah dan bibir saja tetapi suatu sikap yang membawa akibat-akibat yang harus kita hadapi.
Latihan besar dari pertempuran yang akan datang
Kita tidak mau menerima Belanda kembali. Belanda dengan Inggris dibelakangnya memaksa diri akan memasuki tanah Air kita kembali. Tindakan-tindakan yang keji kejam, pertempuran yang terus-menerus berlaku, ditolaknya usul Ukraina dan Rusia di PBB, semuanya memperdengarkan suatu alamat kepada kita, seluruh Rakyat Indonesia supaya kita bersiap-siap. Bukan memulai dengan persiapan tetapi berdasarkan atas keadaan yang telah terjadi di bumi kita dan di luar negara kita itu, kita seharusnya sudah lama harus bersiap. Bersiap, bersedia untuk menghadapi segala kemungkinan serta kejadian yang sangat mungkin akan terjadi sebagai akibat dari sikap serta tekad kita tadi.
Karena itu, kami berharap hendaknya segala badan-badan baikpun yang bersifat badan ekonomi, politik ataupun yang bersifat badan sosial mengarahkan segala tindakannya ke arah persiapan ini. Menurut hemat kami sekarang sudah waktunya untuk menghilangkan pertikaian yang kecil antara kita dengan kita dan bersama mengarahkan pandang. Mempersatukan tenaga ke arah pertempuran yang jauh lebih besar daripada pertempuran-pertempuran yang sudah dan sedang berlaku.
Selama ini kita menjalankan satu “latihan besar” dari suatu babak pertempuran yang kini sudah ada di pintu gerbang kita. Jangan hendaknya kita terbelit dalam soal kecil-mengecil tetapi buta dalam menghadapi ujian kita sebagai suatu bangsa yang merdeka di waktu yang dekat.
Semuanya tergantung kepada kita
Sudah pada waktunya pula para pemimpin dari segala badan baikpun dari pemerintah ataupun dari pihak rakyat mempersatukan diri dengan menghilangkan segala perselisihan kecil-mengecil di antara kita, membentuk suatu front nasional terhadap kejadian yang sudah lama dinantikan oleh seluruh rakyat Indonesia. Timbul tenggelamnya Negara Indonesia Merdeka akan lekas terbukti.
Kami tentara Republik Indonesia akan timbul dan tenggelam bersama negara. Pun kami tak pernah lena sekejap matapun juga di dalam menghadapi suasanan yang akan ataupun yang sedang mendatang. Kita tetap merupakan tentara yang bertanggung jawab terhadap tiap-tiap langkah dari pemerintahnya.
Indonesia merdeka berusia setengah tahun. Kejadian-kejadian di sekitar kita menunjukkan bentuk yang nyata, memberi petunjuk kepada kita ke mana kita harus pergi. Saat permulaan dan penghabisan sudah berada di muka pintu gerbang kita. Waktu yang terdekat ini akan merupakan hakim sejarah bagi kita. Waktu yang terdekat inilah yang akan menentukan nasib kita untuk berabad lamanya. Sikap kita harus tegas dan tepat. Sikap dan tindakan yang akan menentukan kita, apalah kita akan merupakan rakyat jajahan kembali ataukah akan merupakan rakyat yang tetap merdeka. Semuanya tergantung kepada kita.
Karena itu, seruan kami tidak lain : Bersiaplah seluruh lapisan masyarakat Indonesia! Kita hadapai dengan penuh keyakinan bahwa kita akan lulus dalam ujian sejarah sekarang ini. Kita hadapi dengan penuh kepercayaan akan pertolongan Tuhan segala pertikaian serta pertempuran yang sudah terbayang dekat di muka kita ini.

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 Comments: