Kemerdekaan 100% Pendirian Tentara dan Rakyat
Pada
akhir Desember 1945 Republik Indonesia berumur 4,5 tahun. Keadaan keamanan di
ibu kota Jakarta semakin hari semakin terganggu. Anggota-anggota tentara Belanda
dan sekutu dengan sengaja melahirkan kekacauan dengan melakukan penganiayaan,
pembunuhan dan teror terhadap rakyat.
Suasana
di Jakarta semakin genting juga. Karena itu pada 4 Januari 1946 Presiden
Sukarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Beriringan
dengan kepindahan kedua Kepala Negara itu, pada malam harinya Wakil Menteri
Penerangan Mr. Ali Sastroamijoyo mengucapkan pidato radio di depan corong RRI
Yogyakarta. Antara lain diterangkannya bahwa mulai 4 Januari 1946 sebagian dari
Pemerintah Agung buat sementara dipindahkan dari Jakarta ke Yogyakarta. Karena itu
mulai hari itu Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta buat sementara
berkedudukan di kota Yogyakarta.
Selanjutnya
dikatakan bahwa pemindahan itu tidak usah menggoncangkan hati kita. Ia tidak
menjadi sebab untuk mengubah pendirian Pemerintah terhadap luar maupun dalam
negeri. Pemindahan sementara itu beralasan dalam hal :
1. Keadaan
tidak aman yang terdapat di Jakarta
2. Untuk
menyempurnakan organisasi dalam negeri
Bahwa
kota jakarta pada masa itu makin lama makin tidak aman buat rakyat Indonesia
umumnya dan buat pemimpin-pemimpin negara khususnya, tidak perlu diceritakan
panjang ebar lagi. Cukuplah kiranya diperingatkan tentang percobaan pembunuhan
atas diri Perdana Menteri Sutan Syahrir dan terhadap Menteri Keamanan/Menteri
Penerangan Mr. Amir Syarifuddin.
Demikian
sebagian keterangan yang diucapkan atas nama Pemerintah.
Presiden
Sukarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta dan beberapa Kementerian telah berada di
Yogyakarta. Dengan demikian, kegiatan politik boleh dikata dikemudian dari
Yogyakarta. Pemerintah Indonesia mempunyai kekuasaan yang de facto ditaati oleh
seluruh bangsa Indonesia, sedangkan Belanda kini datang ke sini mau melakukan
pemerintahan de jure-nya. Untuk memecahan soal yang sulit ini. Belanda terpaksa
datang pada Pemerintah kita dan Pemerinta kita bertindak seperti yang pantas
bagi bangsa yang merdeka. Pemerintah berusaha mencari penyelesaian secara biasa
di antara negara yang berselisih yaitu dengan jalan permusyawaratan.
Dengan
cara yang demikian ini kita menunjukkan bahwa kita juga tahu akan adat-istiadat
internasional dan kita sanggup melaksanakannya sebagai bangsa yang merdeka. Dengan
ini kita membuktikan kepada dunia bahwa kita lahir dan bathin telah masak untuk
merdeka.
Atas
pemerintah Belanda, kita berunding dengan Belanda. Perundingan itu menemui
jalan buntu, mengapa? Karena Belanda selalu mendasarkan tuntutan atas
keterangan Ratu Wilhelmina 1942, ditambah dengan keterangan-keterangan Menteri
daerah seberang lautan Belanda Logeman pada bulan November 1945. Maksudnya mengakui
hak menentukan nasib sendiri tetapi di dalam lingkungan kerajaan Belanda. Padahal
kita telah merdeka dan ingin merdeka. Itulah yang menyebabkan ditemuinya jalan
buntu itu.
Inggris
ingin supaya sola-soal Indonesia lekas selesai. Dikirimnya data istimewa Sir
Archibald Clark Kerr ke Indonesia. Dutabesar Clark Kerr pada saat itu
berkedudukan di Moskow.
Pada
10 Februari 1946 diadakan pertemuan segi tiga, Sir Archibald Clark Kerr, Dr.
H.J. van Mook dan Perdana Menteri Sutan Syahrir. Dr. Van Mook menyampaikan
keterangan resmi pemerintah Belanda tentang kedudukan Indonesia di kemudian
hari, antara lain :
· Akan
diadakan persemakmuran Indonesia, sekutu dalam kerajaan, tersusun dari
negeri-negeri yang mempunyai hak memerintah diri sendiri dengan tingkatan yang
berlainan satu dengan lainnya.
· Soal-soal
dalam negeri persemakmuran Indonesia akan diurus oleh badan Indonesia sendiri
dengan merdeka. Untuk persemakmuran seluruhnya diciptakan suatu badan
perwakilan rakyat dan seorang wakil mahkota sebagai Kepala Pemerintah.
Pemerintah
Sutan Syahrir bersedia berunding dengan pihak Serikat dan Belanda karena
menganggapnya perlu untuk politik negara. Sikap itu ditentang secara tajam oleh
Persatuan Perjuangan yang dipimpin oleh Tan Malaka. Pada 4 Januari 1946
dilangsungkan sebuah konperensi di Purwokerto yang dipelopori oleh Tan Malaka
itu. Konperensi menghasilkan terbentuknya Persatuan Perjuangan dengan 143
organisasi sebagai anggota.
Tidak
lama sesudah itu, tepatnya pada 15 Januari 1946. Persatuan perjuangan berhasil
membuat minimum program, antara lain sebagai berikut :
· Berundingan
atas pengakuan kemerdekaan 100%
· Pemerintah
rakyat
· Tentara
rakyat
Akibat
oposisi yang sangat tajam, Kabinet Syahrir mengundurkan diri. Pada permulaan
bulan Maret 1946 dalam sidang KNI-P di Solo Presiden Sukarno menunjuk lagi
Sutan Syahrir untuk membentuk Kabinet baru, antara lain dengan pokok program :
· Berunding
atas dasar pengakuan Republik Indonesia Merdeka (100%)
· Mempersiapkan
rakyat Negara di segala lapangan politik, ketentaraan, ekonomi dan sosial untuk
mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia.
Dalam
kemelut yang seperti itu Panglima Besar Jenderal Sudirman tampil dengan serunya
yang berjudul “Kita tidak mau menerima
imperialisme Belanda kembali”.
Seruan
yang panjangnya sekitar 1.200 kata itu tertanggal Yogyakarta 17 Februari 1946. Artinya
33 hari setelah keluarnya minimum program Persatuan Perjuangan atau 12 hari
sebelum diumumkan pokok program Kabinet Syahrir di sidngan KNI-P di Solo.
Ada
4 soal yang menjadi titik berat pidato seruan Jenderal Sudirman
1. Lahir
pada suasana pertempuran
2. Tekad
rakyat kemerdekaa 100 persen
3. Latihan
besar dari pertempuran yang akan datang
4. Semuanya
tergantung kepada kita
Tentang yang pertama
berkata Jenderal Sudirman :
“Negara Indonesia sudah merdeka. Kita rakyat
Indonesia sudah setengah tahun hidup sebagai suatu rakyat yang merdeka. Tetapi dengan
diumumkannya kemerdekaan tadi maka tidak hanya kesenangan serta kebebasan
sajalah yang kita terima tatpi kewajibanlah yang harus kita utamakan lebih
dahulu. Kewajiban untuk membangun serta kewajiban untuk mempertahankan negara. Sebab,
negara Indonesia lahir tidak pada suatu saat perdamaian tetapi lahirnya Negara
Indonesia Merdeka diliouti semenjak mulanya oleh suasanan pertempuran.
Hasrat dari seluruh Rakyat
Indonesia untuk mempertahankan kedudukan Negaranya terbukti telah berkobar
meluap. Tenaga membangun dari rakyet Indonesia terbukti dengan terbentuknya
barisan-barisan serta laskar-laskar, ataupun dengan timbulnya partai-partai
serta terjelmanya organisasi-organisai serta badan-badan yang diperlukan sangat
di dalam suatu pertempuran dengan tidak diperintahkan lebih dahulu, seperti
Palang Merah Indonesia, dapur umum, organisasi pengungsian dan sebagainya. Hasrat
untuk membulatkan serta mempersatukan tenaga rakyat telah terbukti pula dengan
adanya badan-badan koordinasi, seperti Dewan Perjuangan di seluruh Indonesia
dan pada akhirnya dengan terebntuknya Persatuan Perjuangan yang meliputi lebih
kurang 137 organisasi.
Kami sebagai Tentara merasa syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa melihat bahwa di samping kita sudah terbetuk suatu
kekuatan yang nyata, yang nanti bersama-sama kita akan mempertahankan
kedaulatan tanah Air kita dengan seluruh pikiran serta tenaga yang ada padanya.
Sebab mempertahankan kedaulatan Tanah Air ini bukan hanya telah dirasakan
sebagai suatu kewajiban yang seolah-olah diletakkan oleh orang lain di atas
bahu dan punggungnya tetapi sudah dirasakan sebagai haknya untuk dijalankan.
Tekad rakyat kemerdekaan 100 persen
Tiap-tiap pertahanan menghendaki
caranya sendiri sendiri. Cara atau strategi ini tergantung kepada keadaan yang
nyata yang ada di sekelilingnya. Suatu strategi dalam tiap-tiap pertempuran
tidak boleh hanya didasarkan atas ideal saja tetapi tiap-tiap strategi harus
lebih dahulu didasarkan atas keadaan yang nyata. Demikian pula cara atau
strategi kita akan mempertahankan kedaulatan Negara kita kelak harus pula
berdasarkan atas keadaan yang nyata yang ada di sekeliling kita.
Kita akui terus terang bahwa kita
kurang kuat dalam persenjataan kita. Tetapi keadaan semacam ini tidak
menghambat kita atau mengurangi hasrat kita untuk mempertahankan Negara kita. Justru
karena keadaan yang ada pada kita itu berlainan maka cara kita mempertahankan Negara
kita kelak harus memakai taktik dan strategi yang berlainan, berdasar atas apa
yang ada pada kita.
Selanjutnya kita harus konsekwen,
berani dan sanggup bertanggung jawab atas segala sikao serta tindakan kita
terhadap dunia luar dan dalam. Rakyat Indonesia sudah membulatkan tekadnya akan
terus berjuang sebelum tercapai kemerdekaan 100 persen. Suatu tekad dan sikap
yang sudah kita perdengarkan bersama ke seluruh dunia ini bukan hanya hasil
dari gerakan lidah dan bibir saja tetapi suatu sikap yang membawa akibat-akibat
yang harus kita hadapi.
Latihan besar dari pertempuran yang
akan datang
Kita tidak mau menerima Belanda
kembali. Belanda dengan Inggris dibelakangnya memaksa diri akan memasuki tanah
Air kita kembali. Tindakan-tindakan yang keji kejam, pertempuran yang
terus-menerus berlaku, ditolaknya usul Ukraina dan Rusia di PBB, semuanya
memperdengarkan suatu alamat kepada kita, seluruh Rakyat Indonesia supaya kita
bersiap-siap. Bukan memulai dengan persiapan tetapi berdasarkan atas keadaan
yang telah terjadi di bumi kita dan di luar negara kita itu, kita seharusnya
sudah lama harus bersiap. Bersiap, bersedia untuk menghadapi segala kemungkinan
serta kejadian yang sangat mungkin akan terjadi sebagai akibat dari sikap serta
tekad kita tadi.
Karena itu, kami berharap hendaknya
segala badan-badan baikpun yang bersifat badan ekonomi, politik ataupun yang
bersifat badan sosial mengarahkan segala tindakannya ke arah persiapan ini. Menurut
hemat kami sekarang sudah waktunya untuk menghilangkan pertikaian yang kecil
antara kita dengan kita dan bersama mengarahkan pandang. Mempersatukan tenaga
ke arah pertempuran yang jauh lebih besar daripada pertempuran-pertempuran yang
sudah dan sedang berlaku.
Selama ini kita menjalankan satu “latihan
besar” dari suatu babak pertempuran yang kini sudah ada di pintu gerbang kita. Jangan
hendaknya kita terbelit dalam soal kecil-mengecil tetapi buta dalam menghadapi
ujian kita sebagai suatu bangsa yang merdeka di waktu yang dekat.
Semuanya tergantung kepada kita
Sudah pada waktunya pula para
pemimpin dari segala badan baikpun dari pemerintah ataupun dari pihak rakyat
mempersatukan diri dengan menghilangkan segala perselisihan kecil-mengecil di
antara kita, membentuk suatu front nasional terhadap kejadian yang sudah lama
dinantikan oleh seluruh rakyat Indonesia. Timbul tenggelamnya Negara Indonesia
Merdeka akan lekas terbukti.
Kami tentara Republik Indonesia
akan timbul dan tenggelam bersama negara. Pun kami tak pernah lena sekejap
matapun juga di dalam menghadapi suasanan yang akan ataupun yang sedang
mendatang. Kita tetap merupakan tentara yang bertanggung jawab terhadap
tiap-tiap langkah dari pemerintahnya.
Indonesia merdeka berusia setengah
tahun. Kejadian-kejadian di sekitar kita menunjukkan bentuk yang nyata, memberi
petunjuk kepada kita ke mana kita harus pergi. Saat permulaan dan penghabisan
sudah berada di muka pintu gerbang kita. Waktu yang terdekat ini akan merupakan
hakim sejarah bagi kita. Waktu yang terdekat inilah yang akan menentukan nasib
kita untuk berabad lamanya. Sikap kita harus tegas dan tepat. Sikap dan
tindakan yang akan menentukan kita, apalah kita akan merupakan rakyat jajahan
kembali ataukah akan merupakan rakyat yang tetap merdeka. Semuanya tergantung
kepada kita.
Karena itu, seruan kami tidak lain
: Bersiaplah seluruh lapisan masyarakat Indonesia! Kita hadapai dengan penuh
keyakinan bahwa kita akan lulus dalam ujian sejarah sekarang ini. Kita hadapi
dengan penuh kepercayaan akan pertolongan Tuhan segala pertikaian serta
pertempuran yang sudah terbayang dekat di muka kita ini.
0 Comments: