Sudirman Berhasil Menyusun Resimen Tempur

January 12, 2019 0 Comments



Di Banyumas berlangsung pengoperan senjata Jepang dengan teratur berkat pimpinan Daidanco Sudirman yang bijaksana. Dalam waktu yang singkat sesudah Proklamasi RI 17 Agustus 1945 seluruh bekas Cudanco dan Syodanco dari Keresidenan Banyumas atas inisiatif Daidanco Sudirman dikumpulkan dan diasramakan dalam kota Purwokerto. Lamanya tiga hari dengan maksud diberi petuah-petuah dan penjelasan sekitar perkembangan keadaan politik. Selanjutnya mempererat tali persaudaraan yang telah ada dan mempersatukan kembali tenaga serta kebulatan tekad. Juga berjaga-jaga untuk menghadapi segala kemungkinan.
Setelah digembleng, para bekas Syodanco itu dibagi dan disebar ke seluruh kecamatan dalam keresidenan. Di beberapa tempat yang dipandang perlu mereka bertugasa sebagai koordinator. Tugasnya ialah menyusun dan membentuk kekuatan dari bekas tentara Peta, Heiho dan KNIL. Di tiap kecamatan paling sedikit satu regu. Mereka memimpin pasukan itu serta bertanggung jawab atas keamanan kecamatan. Pelaksanaannya khusus dengan bantuan para pemuda yang dikerahkan dan sewaktu-waktu siap sedia memenuhi perintah dan permintaan pimpinan.
Di Purwokerto diadakan pengasramaan dan latihan tetap. Pengikutnya diambil dari setiap kecamatan. Tiap kecamatan harus mengirimkan dua orang khusus dari bekas tentara. Mereka berganti-ganti untuk selama satu minggu (keresidenan Banyumas mempunyai 72 kecamatan).

Lebih kurang bersamaan dengan penyusunan kekuatan ini dari Pusat datang pula instruksi pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Di samping bekas-bekas tenaga bersenjata Peta, Heiho dan KNIL, para pemuda dari berbagai aliran menyusun pula organisasinya, lepas dari BKR. Mereka sangat erat berhubungan dan bekerjasama dengan BKR itu.
Kemudian BKR Banyumas mengirim utusan ke daerah-daerah lain dan ke pusat. Antara lain Pak Sutirto dan Suparjo pergi ke Jakarta dan Abimanyu ke Yogyakarta. Di Banyumas sendiri dimulailah mengadakan hubungan dengan Jepang untuk mendapatkan alat-alat maupun senjata.
Dewasa itu di Purwokerto terkumpul senjata dan alat-alat lainnya dari seluruh bekas Peta keresidenan Banyumas (meliputi empt daidan) dan dari daerah-daerah lain. Juga senjata balatentara Jepang sendiri.
Bahan keterangan sudah cukup didapat. Situasi politik sudah semakin jelas. Persatuan telah ada dan tenaga atau kekuatan telah tersusun dan terlatih. Sesudah itu semua dengan resmi dimulailah rundingan antara BKR yang dipimpin oleh Daindanco Sudirman dengan pihak Jepang. Yang terakhir ini dipimpin oleh Yuda Butaico dengan perantraan Iskak (Fuku Syucokan).
Perundingan diadakan di rumah Syucokan. Di tempat itu pihak kita menjelaskan kepada mereka tentang:
1.      Perkembangan dan keadaan politik pada waktu itu,
2.      Maksud dan tujuan bangsa Indonesia pada umumnya dan pemuda-pemuda daerah Banyumas khususnya.
3.      Telah tersusun Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang terdiri dari bekas-bekas tenaga bersenjata Peta, Heiho dan organisasi-organisasi pemuda lainnya yang bertugas menjamin keamanan dan ketertiban.
Untuk keperluan tersebut di atas kita memerlukan senjata. Akan tetapi pihak Jepang tidak dapat menyanggupinya karena sukar mempertanggungjawabkannya kepada tentara Sekutu. Atas perintah atasannya senjata-senjata itu harus dikumpulkan dan selanjutnya dikirimkan ke Bandung.
Pimpinan BKR tidak berputus asa. Mereka terus mendesak untuk mendapatkan senjata itu. Berkali-kali dijelaskan tentang kejadian di daerah-daerah lain. Di sana pemuda menyerbu markas-markas Jepang, hanya untuk mendapatkan senjata. Akan tetapi pemuda Banyumas masih dapat dikuasai berkat ketertiban organisasi dan ketaatan kepada pimpinan. Mereka belum mau bertindak demikian.
Akhirnya sesudah pihak Jepang memikirkan msak-masak dan setelah mereka adakan pembicaraan antara mereka sendiri, mereka menyanggupi menyerahkan senjata kepada kira-kira untuk satu kompi. Penyelenggaraan penyerahan dan urusan selanjutnya diserahkan kepada Kapten persenjataan Pujisumarto dari BKR.
Setelah diterima senjata-senjata itu, terus dibagikan kepada kecamatan-kecamatan yang dipandang penting. Terutama yang terletak diperbatasan keresidenan. Ternyata jumlahnya masih jauh dari mencukupi untuk penambahan senjata.
Perundingan ini gagal. Sebabnya karena para pemuda di luar BKR secara tidak teratur berduyun-duyun pergi ke butai, tempat perndingan. Hal itu dilakukannya setelah mendengar akan diadakan perundingan dan mengetahui tentang telah diperoleh senjata-senjata. Mereka beramai-ramai di halaman, bahkan ada yang sampai masuk ruangan perundingan sehingga keadaan menjadi kacau.
Pihak Jepang nyata-nyata tidak mau mengadakan perundingan lagi. Alasannya karena tidak terjaminnya keamanan dan ketertiban. Dengan hati menyesal pihak kita meninggalkan perundingan. Para pemudapun diperintahkan kembali ke tempatnya masing-masing.
Presiden Sukarno melantik Pucuk Pimpinan TNI di Yogyakarta 15 Juli 1947 di bawah pimpinan
                      Panglima Besar Jenderal Sudirman (terdepan menghadap lensa)

Kemudian dijelaskan dan ditegaskan kepada mereka bahwa jika kita ingin mencapai hasil yang nyata dan menguntungkan kita semua haruslah mereka sabar dan tenang. Tetapi mereka siap dan waspada untuk sewaktu-waktu menjalankan printah dan terhadap siapa saja yang mengacaukan suasana atau melanggar ketertiban, pimpinan BKR akan mengambil tindakan seperlunya.
Kemudian pihak kita mencoba lagi meneruskan perundingan. Para pemuda dengan tertib dan teratur menunggu di luar halaman. Sepasukan BKR bersenjata berada di sekitar. Maksudnya, selain untuk mencegah kemungkinan timbulnya keributan seperti yang lalu, juga sekedar memperkuat posisi kita dalam perundingan.
Setelah butaico mengetahui dan menyaksikan keadaan seperti tersebut di atas dan karena mengakui pula bahwa jumlah senjata yang telah diserahkan untuk dapat menjamin keamanan seluruh keresidenan memang kurang maka dia bersedia memberi tambahan. Hari itu juga segera diadakan pengambilan senjata lengkap dengan peluru dan alat-alat lainnya, sehinngga sampai jauh  malam baru selesai.
Karena hausnya anak-anak untuk memiliki senjata waktu jauh malam ada kesempatan bagi mereka untuk mengambil lebih daripada yang ditetapkan. Setelah butaico mendapat laporan tentang kejadian di atas itu, kepada pimpinan BKR dinyatakannya penyesalan dan kekecewaannya. Diapun tidak sanggup melayaninya lagi jika tidak diambil tindakan terhadap yang bersalah dan tidak ada perbaikan dalam penyelenggaraannya.
Pimpinan BKR menyatakan penyesalannya. Mereka meminta maaf sambil menyanggupi tuntutan pihak Jepang itu. Untuk sementara tidak diadakan perundingan lagi. Hanya diadakan konsolidasi ke dalam sesuai dengan penerimaan-penerimaan senjata tadi. Dengan tindakan dan hasil-hasil yang nyata. BKR bertambah mendapat kepercayaan dari penduduk Purwokerto khususnya dan rakyat umumnya.
Pada suatu hari sekonyong-konyong ada kebarakan di gudang persenjataan Jepang. Untung dapat segera dipadamkan oleh pihak kita. Sebab-sebabnya tidak kita ketahui. Hanya menurut dugaan kita akibat sabotase pihak Jepang sendiri. Penduduk di sekitar asrama Jepang menjadi gelisah. Rakyatpun pada umumnya tidak merasa senang dan aman jika orang-orang Jepang masih dapat bergerak dengan leluasa. Waktu itu mereka masih dapat keluar-masuk asrama maupun bergerak dalam kota.
Semakin hari suasana semakin hangat. Harus diingat pula bahwa dari daerah lain datang utusan-utusan ke Purwokerto untuk menggosok-gosok pemuda dan mengejek bahwa kita terlalu lunak dalam segala-galanya.
Mengingat hal itu, pimpinan BKR menegaskan kepada para pemuda supaya tenang dan percaya kepadanya serta siap menunggu perintah. Usaha penghabisan diadakan di bawah pimpinan Daidanco Sudirman sendiri. Dijelaskannya bahaya yang sedang mengancam jika keadaan tidak dapat lagi dikuasai.
Butaico menyatakan bahwa Jepang akan membela diri dengan segala tenaga yang ada padanya. Akan tetapi pihak BKR tidak putus asa dan rakyat merapatkan pengepungan terhadap buati sehingga akhirnya pihak Jepang menginsafi kesulitan posisinya. Merekapun menyatakan bersedia menyerah. Butai dengan seluruh isinya dipertanggungjawabkan kepada KNI. Juga nanti dalam menghadapi Sekutu.
Semua orang Jepang akan diinternir di Banyumaas pada malam itu juga mereka diangkut. Kepada rakyat dijelaskan tentang perjanjian yang telah tercapai. Mereka pulang dengan teratur ke tempat masing-masing. Kini dapatlah BKR mengatur diri dengan baik. Kapten Pujisumarto mengurus persenjataan, Mayor Badrusamsi, perlengkapan dan Dokter Rajiman bagian kesehatan. Kemudian dibentuk dua pasukan (batalyon) yang dipimpin oleh Mayor Abimanyu dan Mayor Surono.


Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 Comments: