Cilacap Tempat Sudirman Mulai Berkembang
Sudirman
dilahirkan di dukuh atau dusun kecil Rembang desa Bantarbarang, kecamatan
Rembang kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah pada hari Senin Pon tanggal 24
Januari 1916 dirumah kediaman Asisten Wedana Bodaskarangjati R. Cokrosunaryo.
Pendidikan
yang mula-mula diterima Sudirman di HIS sekolah dasar berbahasa Belanda di
Cilacap yang ditamatkannya dalam tahun 1930 pada waktu berusia 14 tahun.
Kemudian dilanjutkannya ke sekolah lanjutan pertama MULO Parama Wiworo Tomo di
Cilacap yang ditamatkannya pula dalam tahun 1935. Di perguruan ini Sudirman
mendapat pelajaran bahasa Inggris, ketatanegaraan, sejarah tanah air dan dunia,
pelajaran agama dan budi pekerti di samping ilmu pengetahuan umum dan dalam
tahun 1936 Sudirman menikah dengan seorang bekas teman sekolahnya di Woworo
Tomo bernama Alfiah.
Hubungan
Sudirman dengan Muhammadiyah dimulainya sejak dia masih sekolah. Sebagai
anggota Muhammadiyah dia bergerak dalam lingkungan perkumpulan itu. Dia
menggiatkan usaha—saha sosial dan pengajian-pengajian agama. Karena itu dia
sering diolok-olok oleh, teman-temannya sebagai “orang alim”.
Di
samping jadi anggota Muhammadiyah dia bergerak pula dalam kepanduan Hizbul
Wathan atau HW. Dia rajin dan gesit dalam usaha dan kegiatan dalam lapangan
kepanduan itu. Karena itu dia dipilih menjadi Wakil Majelis Pemuda Muhammadiyah
untuk seluruh daerah Banyumas.
Sudirman
lama bergerak dalam lapangan kepanduan. Dia terkenal sebagai seorang pemuda
yang cakap dan tangkas. Dia disegani oleh teman-teman sebawahan dan
sepergaulannya. Dalam berbagai jambore yang diadakan, dia selalu turut aktif.
Dia mengambil peranan penting dalam mengatur organisasi dan mengawasi anak-anak
bawahannya.
Sudirman
juga gemar berolahraga. Yang paling disukainya ialah sepak bola. Dia biasa
bermain sebagai penjaga garis belakang. Permainannya cukup baik meskipun
kadang-kadang dia bermain kasar. Ini mungkin disebutkan oleh wataknya yang giat
dan keras.
ketika menerima defile TNI 8 Juli 1949, bertempat di alun-alun kota Yogyakarta
Meletuslah
Perang Dunia kedua dalam tahun 1939. Pemerintah Hindia Belanda mengumumkan
perang kepada Jepang. Sudirman ikut bergabung dalam barisan Penjaga Bahaya
Udara. Dia turut mengalami pemboman Jepang atas Cilacap pada permulaan Maret
1942.
Bagaimana
kehidupan Sudirman di waktu itu?
Di
waktu permulaan pendudukan Jepang Sudirman mengalami berbagai macam kesulitan.
Syukurlah hal-hal itu dapat diatasinya. Bahkan Sudirman berhasil membuka
kembali sekolah Muhammadiyah yang telah lama dicintainya itu.
Pemerintah
Jepang membentuk Dewan Perwakilan Daerah. Sudirman terpilih sebagai salah
seorang anggotanya yang mewakili daerah Cilacap selama tahun 1943-1944. Dia
berkedudukan di Purwokerto. Salin itu Jepang mendirikan badan Pusat Kebaktian
Rakyat. Sudirman bekerja juga pada badan itu yang meliputi daerah keresidenan,
Banyumas.
Kemudian
Jepang membentuk Tentara Pembela Tanah Air atau Peta untuk pulau Jawa. Sudirman
diperintahkan mengikuti latihan angkatan kedua Peta itu. Selesai latihan itu
dia diangkat menjadi Daidanco untuk daerah Banyumas. Selama jadi pemimpin
ketentaraan di daerah itu Sudirman selalu membela anak buahnya. Termasuk soal
dan kepentingan agamanya. Sudirman tidak segan-segan mengajukan sanggahan pada
setiap terjadi tindakan-tindakan Jepang yang menyakiti hati bangsa Indonesia.
Oleh karena itu Sudirman sendiri termasuk salah seorang yang diurigai.
Dalam
bulan Juli 1945 Sudirman bersama beberapa orang temannya sesama perwira Peta
diasingkan ke daerah Bogor. Mereka dianggap berbahaya. Direncanakan dalam
pengasingan itu mereka akan dibunuh. Tetapi Tuhan menentukan lain.
Pada
tanggal 17 Agustus 1945 diumumkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sudirman
dan teman-temannya dibebaskan kembali. Mereka sesama perwira Peta dari seluruh
Banyumas itu berkumpul. Mereka bermaksud untuk merebut kekuasaan dari tangan
pemerintah Jepang. Merebut senjata dari balatentara Jepang dalam bentuk
pemberontakan adalah suatu cara gagah berani yang dilakukan Sudirman dan
kawan-kawannya.
Panglima Besar Jenderal Sudirman
Pemberontakan
Blitar bulan Februari 1945 adalah pemberontakan yang paling besar di dalam
Peta. Di samping itu telah terjadi pemberontakan yang lebih kecil yang dapat
disembunyikan oleh Jepang. Suatu pemberontakan yang tidak disebut-sebut dalam
riwayat umum ialah antara lain, pemberontakan dalam batalyon daerah Cilacap.
Gumiliar,
di luar kota Cilacap, tempat satu Cudan (Kompi) Peta dari Daidan Cilacap yang
dipimpin oleh Sutirto. Pemimpin Regu (Bundanco) Kusaeri bersama-sama dengan
Suwab, Wasirun, Hadi, Mardiyono, Sarjono, Udi S, Taswa dan Sujud memelopori
pemberontakan itu.
Kusaeri
dengan teman-temannya bersepakat untuk melakukan perlawanan terhadap Jepang.
Terlebih dahulu dia mendatangi beberapa orang kyai yang terkenal di daerah itu
guna mendapatkan bantuan batin. Yang dimaksud ialah Kyai Bugel di Lebeng daerah
Cilacap, Kyai Juhdi di Rawalo dan Kyai Muhammad Sidik di daerah Banjarnegara.
Kusaeri menerima wejangan-wejangan dan benda-benda yang pandang mengandung
nilai.
Dalam pertemuan Kusaeri dengan kawan-kawannya
pada 5 April 1945 di belakang gudang munisi diputuskan bahwa pemberontakan akan
dimulai pada 21 April 1945 pukul 23:00.
Sesuai
dengan rencana, anggota bagian persenjataan yang bersikap ragu-ragu lalu
disergap dan diikat kedua tangannya, sehingga gudang senjata dapat dibuka. Sejumlah
215 orang Peta lengkap dengan persenjataan dan munisi bergerak le luar asrama
Peta Gumilir menuju Gunung Srandil yang akan digunakan sebagai basis gerakan. Panggilan Daidanco Sutirto
agar mereka kembali, tidak dihiraukan oleh mereka.
Jepang
berpendapat bahwa pemberontakan itu diketahui oleh Daidanco Peta Kroya,
Sudirman. Oleh karena itu seorang opsir Jepang dari Jakarta yang ditugaskan
untuk mengatasi pemberontakan itu langsung menuju Kroya. Dia memerintahkan
Sudirman waktu itu juga berangkat bersamanya guna memadamkan pemberontakan
dengan persyaratan :
a. Kampung-kampung
yang dipergunakan sebagai tempat persembunyian Kusaeri dan kawan-kawannya tidak
boleh ditembaki
b. Prajurit-prajurit
Peta yang menyerah tidak boleh di siksa
Opsir
Jepang itu bersedia menerima dan menjamin persyaratan itu. Dia bersama Daidanco
Sudirman menuju ke tempat para pemberontak. Ketika mereka mendengar dan
mengenal suara panggilan dan penjelasan tokoh Sudirman, mereka lalu keluar dari
pertahanannya. Pemberontakkan dapat diselesaikan dengan baik. Mereka tidak
dihadapkan ke sidang pengadilan mliter Jepang. Tanggung jawab selanjutnya
adalah pada Daidanco Peta Cilacap.
Pada
tanggal 25 April 1945 Kusaeri tertangkap di desa Adipala. Dalam perjalanannya
menuju Cilacap dia diikat. Dia ditelungkupan dalam mobil dengan dua orang
Jepang duduk diatas punggunggnya. Selama dua minggu di Cilacap dia terus
menerus diperiksa oleh Jepang. Kemudian dia pada 10 Mei 1945 bersama dengan 18
orang temannya, termasuk Kyai Bugel, dibawa ke Jakarta oleh Jepang.
Kusaeri
divonis dengan hukuman mati. Yang lain-lain ada yang dihukum seumur hidup dan
hukuman 15 tahun di antara mereka ada yang menderita lumpuh dalam tahanan. Posisi
Jepang yang masih terdesak mengakibatkan vonis terhadap Kusaeri tidak
terlaksana sehingga dia dapat menikmati hidup dalam negara Indonesia Merdeka. Dalam
pemberontakan. Peta Gumilir itu seorang kopral jepang tewas.
0 Comments: