EKSPANSI MONGOL
Pad awal
hingga pertengahan abad ke-13, bangsa Mongol di bawah kepemimpinan Jengis Khan
melakukan ekspansi besar-besaran di lebih separuh daratan Asia dan Eropa Timur.
Hampir lebih dari satu dasawarsa, Jengis Khan bersama pasukannya menebarkan
teror mengerikan. Tanpa pandang bulu, mereka menyerbu, merusak, menghancurkan,
membunuh, memperkosa wanita muda dan tua, menjarah harta dan akhirnya pergi
meninggalkan korban begitu saja.
Jengis Khan
berhasil menguasai Tiongkok, mengalahka Rusia, menghancurkan kekaisaran Persia,
mencaplok Polandia dan Hongaria, serta meluluh-lantakkan Baghdad sebagai pusat
kekhalifahan Islam pada masa itu.
Penyebab Ekspansi
Awalnya bangsa
Mongol menyerbu Cina Utara yang dikuasai bangsa Kin. Alasan penyerbuan cukup
kuat, bangsa Kin sering menyerang Mongol (Tartar) karena menganggap mereka
bangsa biadab. Dalam serangan itu sudah banyak pemimpin Mongol diibunuh dengan
kejam. Ratusan tahun orang Mongol menyimpan dendam itu.
Pasukan Jengis Khan berusha menerobos tembok raksasa China
Dalam serbuan
yang dipimpin Jengis Khan, tentara Mongol dengan mudah dapat menundukkan Cina
Utara. Penduduk dan pemimpin mereka dibunuh kecuali orang cerdik pandai,
seniman, perajin, sastrawan, guru, ahli bahasa, rohaniawan, dokter, ahli
sejarah dan pakar strategi perang. Keberadaan mereka sangat penting untuk
melatih dan mendidik orang Mongol sehingga menjadi bangsa yang beradab.
Setelah itu
mereka ke Selatan, yaitu Tiongkok dan Beijing. Setelah menaklukan sebagian
besar wilayah bangsa tersebut, pada tahun 1214 mereka mendirikan Dinasti Yuan,
sebagai simbol keberhasilan ekspansinya menundukkan kawasan Asia Timur Laut.
Belum cukup sampai di situ, pada tahun 1219, denga angkuh Jengis Khan beserta
pasukannya melebarkan daerah jajahannya menerjang bangsa-bangsa barat Eropa.
Tepatnya ke wilayah-wilayah yang belum pernah mendengar tentang penaklukan-penaklukan
yang dilakukannya.
Jengis Khan sedang berpidato kepada pasukannya
Dunia pun
gempar. Setelah melewati tahap-tahap penaklukan tersebut, Jengis Khan dan
pasukannya telah mencapai kekuatan tak tertandingi. Mereka berhasil menciptakan
kekaisaran berdampingan terbesar yang belum pernah disaksikan dunia. Hal inilah
yang membuatnya ditakuti di seluruh Eurasia.
Pada tahun
1277 Jengis Khan meninggal dunia, sebelum seluruh wilayah Khwarizmi dan Asia
Tengah, termasuk Afghanistan dan India Utara, berhasil ditaklukan. Dia
digantikan putranya Ogatai (1229-1241). Di bawah kepemimpinan Ogatai, pasukan
Mongol meneruskan penyerbuannya di Cina, sepenuhnya menguasai Rusia dan
menyerbu maju Eropa.
Di tahun 1241
gabungan tentara Polandia, Jerman, Hongaria sepenuhnya dipukul oleh orang-orang
Mongol yang maju pesat menuju Budapest. Tetapi, tahun itu Ogatai meninggal
dunia. Pasukan Mongol mundur dari Eropa dan tak pernah kembali lagi.
Selanjutnya, di bawah dua Khan berikutnya (Mangu Khan dan Kunilai Khan, kedua
cucu Jengis Khan), orang-orang Mongol meneruskan maju mendesak di Asia. Tahun
1279, orang-orang Mongol sudah menguasai sebuah imperium yang terluas dalam
sejarah. Penguasaan daerahnya meliputi Cina, Rusia, Asia Tengah, juga Persia
dan Asia Tenggara.
kehebatan pasukan Mongol telah terbukti di medan perang di bawah komando Jengis Khan
Tentaranya
melakukan gerakan maju yang penuh keberhasilan menambah daerah jajahan.
Wilayahnya membentang dari Polandia hingga belahan utara India dan kekuasaan
Kubilai Khan diakhiri di Korea, Tibet dan beberapa bagian Asia Tenggara. Suatu
imperium yang demikian luas dengan sendirinya sukar diatasi lewat sistem transportasi
yang masih primitif. Akibatnya adalah musykil memelihara keutuhan daerah
kekuasaan,sehingga pada akhirnya imperium itu terpecah belah.
Meski begitu,
kenyataan bahwa seluruh wilayah jajahan Mongol dapat ditundukkan dan dikuasai
dalam kurun waktu kurang lebih 40 tahun, adalah suatu hal yang patut menjadi
perhatian. Bagaimana pun, ini merupakan sebuah ekspansi besar yang sulit
dilakukan bagi bangsa-bangsa lain di dunia.
Riwayat Jengis Khan
Untuk mengenal
watak suatu bangsa dan kekuatan bangsa tersebut dalam kurun sejarah tertentu,
kita dapat bercermin pada pemimpinnya. Kita perlua belajar cara pemimpin
tersebut menempa serta mengorganisasi bangsanya. Tokoh sentral bangsa Mongol pada abad ke-13 M
adalah Jengis Khan serta anak cucunya yang perkasa seperti Ogatai, Batu, Hulagu
dan dan Kubilai Khan. Jengis telah berhasil memimpin bangsa Mongol menaklukan
daratan Asia. Keturunannya memerintah
dan menguasai negeri-negeri yang ditaklukannya itu selama berabad-abad. Dialah
yang menempa bangsa Mongol menjadi bangsa yang tangguh, bberani dan nekad.
Namanya ketika
kecil adalah Temujin. Ayahnya Yasugei, adalah seorang Khan (raja) yang
mengepalai 13 kelompok suku Borjigin, salah satu suku utama Mongol-Turki yang
paling berapi-api dan gagah perkasa. Sebagai Khan kecil, Yasugei tunduk kepada
Khan yang leih tinggi, Utaq Khan. Ketika Temujin berusia 13 tahun, terjadi
perebutan kekuasaan dalam suku Borjigin. Ayahnya mati terbunuh disebabkan panah
beracun Dario, salah seorang lawan politiknya. Karena masih muda, Temujin tidak
diakui sebagai penggantinya. Malahan keselamatan dirinya serta ibu dan
adik-adiknya terancam. Keluarga Yasugei melarikan diri dan mendapat
perlindungan dari salah seorang saudaranya dari suku Nainan.
Pada tahun
1182 Temujin menjadi remaja yang tangkas serta berani. Ia berhasil
mempersunting Bortai, salah seorang putri keluarga terkemuka suku Nainan. Bortai
mendampingi Temujin sampai akhir hayat dan setia mengikuti suaminya ke
daerah-daerah peperangan. Bakat Temujin sebagai pemimpin telah terlihat ketika
ia berusia 20 tahun. Seluk-beluk ilmu perang dia pelajari, begitu pula ketangkasan
menunggang kuda dan penggunaan segala jenis senjata perang. Secara diam-diam ia
mengumpulkan para pengikut ayahnya dan melatih mereka dengan disiplin keras.
Di waktu yang
tepat, dia pun menyerang bekas lawan politik ayahnya dan berhasil merebut
kembali kedudukannya sebagai Khan suku Borjigin. Tidak berapa lama setelah itu
dia berhasil pula menyatukan suku-suku Mongol dan Turki yang terpencar-pencar di
wilayah luas antara sungai Dzungaria dan Irtish.
Pada tahun
1202, Huraltai, majelis besar suku-suku Mongol, memberi pengakuan kepada
Temujin sebagai Khan seluruh orang Mongol dengan gelar Jengis Khan. Artinya “raja
diraja dan dalam bahasa Arab disebut Sayyid al-Mutlaq.
Salah satu
faktor keberhasilan Jengis Khan ialah kebengisan dan kekejamannya dalam
memperlakukan lawan-lawan politik yang dikalahkannya. Apabila pihak lawan telah
ditundukkan, para pemimpinnya lantas ditangkap dan kemudian direbus hidup-hidup
dalam air panas yang sedang mendidih dalam belanga besar.
Pengangkatannya
sebagai Khan besar seluruh orang Mongol semakin memperkuat keyakinan dirinya
dan keyakinan bahwa pasukan tentaranya sangat kuat. Inilah yang mendorong
Jengis mulai berpikir bagaimana menaklukan negeri-negeri sekitar yang memiliki
wilayah luas dan makmur. Sebut saja Cina, Khwarizmi di Asia Tengah, Persia,
India, India Utara, serta Eropa Timur.
Jengis mulai
melatih lebih keras pasukan tentaranya. Dia merekrut sebanyak-banyaknya orang
Mongol dari berbagai suku dan mengorganisasikannya menjadi kekuatan militer
yang besar. Tentaranya dilatih dengan disiplin keras. Teknik-teknik teros dan
kekejaman yang canggih juga diajarkan kepada mereka. Percobaan pertama untuk
menguji keunggulan tentaranya ialah dengan menyerbu Cina Utara yang dikuasai
bangsa Kin.
Sebagai tokoh
besar lain, Jengis Khan mempunyai idola yang ikut membentuk kepribadian dan
arah cita-citanya. Idolanya ialah tokoh utama sebuah cerita rakyat Mongol yang
populer bernama Kutula Khan. Menurut cerita tersebut Kutula Khan bertubuh
besar. Suaranya bagaikan bunyi guruh dan guntur menyambar puncak gunung.
Tangannya yang
kuat bagaikan beruang yang dengan mudah
dapat mematahkan anak panah. Walau udara dingin pada musim gugur dia
dapt tidur dengan nyenyak dekat api pendiangan tanpa pakai pakaian. Percikan api
yang melukai tuuhnya tidak dia pedulikan, seolah-olah gigitan nyamuk saja. Dalam
sehari ia makan seekor domba dan satu
guci susu.
Kepada seorang
jenderalnya Jengis pernah bertanya, “Apakah kebahagiaan terbesar dalam hidup
ini, menurut pendapatmu?” Jenderalnya menjawab. “Berburu di musim semi
mengendarai seekor kuda yang tangkas dan bagus”.
“Bukan!” jawab
Jengis Khan. “kebahagiaan terbesar ialah menaklikan musuh, mengejar mereka
sampai tertangkap, kemudian merampas harta milik mereka, memandangi kerabat
dekat mereka meratap dan menjerit-jerit, menunggangi kuda-kuda mereka, memeluk
istri dan anak-anak gadis mereka serta memperkosa mereka”.
Ogatai, salah
seorang putranya, mempraktikan betul-betul apa yang dikatakan ayahnya. Apabila Ogatai
dan tentaranya berhasil menduduki kota, dia akan memerintahkan ratusan gadis
berbaris dan kemudian beberapa gadis paling cantik dipilihnya untuk dirinya. Yang
agak cantik untuk jenderal-jenderalnya dan selebihnya untuk prajurit-prajurit
yang lebih rendah pangkatnya.
Amir Khusraw
penyair Persia abad ke-13 yang melarikan diri dan tinggal di India, memberi
gambaran seperti berikut tentang orang-orang Mongol itu. “mereka mengendarai
unta dan kuda dengan tangkas, tubuh mereka bagaikan besi, wajah membara,
tatapan muka garang, leher pendek, telinga lebar berburu dan memakai
anting-anting, kulit kasar penuh kutu dan abunya amat tidak sedap”.
Penulis lain
mengatakan bahwa mereka seperti keturunan anjing saja, wajah rajanya seperti
binatang buas dan berkaya bahwa Tuhan menciptakan mereka dari api neraka. Sejarawan
Ibn ‘Atir melaporkan ketika Bukhara diserbu 30ribu tentara kerajaan Khwarizmi
tidak berkutik menghadapi keganasan dan kebengisan mereka. Juwayni sejarawan
abad ke-13 yang lain, menulis dalam bukunya Tarikh-I Jehan Gusan, “Jengis Khan
naik ke atas mimbar masjid dan mengaku sebagai cemeti Tuhan yang diutus untuk
menghukum orang-orang yang penuh dosa”.
Bagi rakyat Mongolia, Jengis Khan adalah Pahlawan
tak heran di kota Ulanbator didirikan monumen Jengis Khan yang megah
keren banget
ReplyDelete