Masa-Masa Awal Kehidupan Gajah Mada

July 29, 2019 0 Comments


Berdasarkan pada kisah “ Tutur Tinular” dari daerah Ngimbang, Lamongan, diketahui bahwa Gajah Mada adalah putra dari Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit, dari salah satu selirnya yang bernama Dewi Andong Sari. Adapun kisah selengkapnya adalah sebagai berikut :
“alkisah, tersebutlah salah satu Istri Raden Wijaya bernama Dana Petak yang memiliki seorang putra bernama  Kalagemet (kelak menjadi Raja Majapahit dengan gelar Prabu Jayanegara). Dara Petak merasa yakin jika kelak putranya akan menjadi penerus tahta Majapahit. Sebab, kedua anak Raden Wijaya dari Istri yang lain berjenis kelamin perempuan. Mereka adalah Tribbuwana Tanga Dewi dan Wiyat Sri Raja Dewi.
“namun, tatkala ia mendengar kabar bahwa selir Raden wijaya yang bernama Dewi Andong Sari sedang mengandung, muncullah kekhawatiran dalam diri Dara Petak kalau-kalau Dewi Andong Sari akan melahirkan seorang anak laki-laki. Maka, ia pun memerintahkan sejumlah prajurit Majapahit agar menyingkirkan Dewi Andong Sari dari istana.
“selanjutnya, para prajurit Majapahit yang ditugaskan untuk menyingkirkan Dewi Andong Sari menyembunyikan sang selir di sebuah desa di daerah Ngimbang. Desa ini berjarak sekitar 35 km dari Triwulan. Dalam pengasingan tersebut, Dewi Andong Sari melahirkan seorang bayi laki-laki. Tak lama setelah ia melahirkan bayi itu, Dewi Andong Sari dikisahkan meninggal dunia.
“Kemudian, ia dikebumikan oleh masyarakat di puncak bukit tempat pengasingannya (yang kelak dikenal dengan nama Bukit Ratu). Sementara itu, bayi laki-lakinya dipungut sebagai anak angkat oleh kepala desa setempat yang bernama Ki Gede Sidowayah. Karena ia tidak memiliki istri, maka Ki Gede Sidowayah pun menitipkan bayi ini kepada adik perempuannya, seorang janda bernama Wara Wuri. Lalu, bayi tersebut diberi nama Joko Modo dan selanjutnya diyakini sebagai Gajah Mada.”


Selain hikayat dari Lamongan tersebut, terdapat pula sebuah kisah yang mengklaim bahwa Gajah Mada merupakan putra sang Brahma yang lahir dari rahim seorang perempuan bernama Patni Nari Ratih. Kisah ini tercantum dalam Babad Gajah Mada. Adapun kisah selengkapnya adalah sebagai berikut :
“Di Wilatikta, ada sepasang suami istri bernama Cura Dharma Wysa dan Nari Ratih, yang disucikan menjadi pendeta oleh Mpu Ragarunting di Lemah Surat. Selanjutnya, pasangan ini menerima nama baru, yaitu Mpu Cura Dharma Yogi dan Patni Nari Ratih. Lalu, mereka melakukan bharata kependetaan sewala-brabmacari yang artinya keduanya tak lagi diperbolehkan untuk melakukan hubungan suami istri.
“selanjutnya, Mpu Cura Dharma Yogi menetap di sebuah asrama di Gili Madri, yang terletak di sebelah selatan Lemah Surat. Sementara itu, Patni Nari Ratih tetap tinggal di Wilatikta. Namun, Patni Nari Ratih selalu mengunjungi suaminya di Gili Madri untuk mengantarkan makanan.
“Suatu hari, ketika Patni Nari Ratih sedang mengantarkan santapan ke asrama suaminya di Gili Madri, yakni saat mereka hendak menikmati makanan tersebut, air minum yang juga dibawanya tumpah. Akhirnya, Mpu Cura Dharma Yogi harus mencari air untuk minum di sebuah tempat ke arah barat.
“Pada waktu Patni Nari Ratih sedang menyendiri inilah disebutkan bahwa sang Hyang Brahma tergoda pada kecantikannya. Sehingga, muncullah hasrat ingin bersenggama dlam dirinya. Untuk memuluskan usahanya, sang Hyang Brahma pun menyamar sebagai Mpu Cura Dharma Yogi. Karena penyamarannya nyaris sempurna, Patni Nari Ratih pun yakin bahwa laki-laki yang berada di depannya itu adalah suaminya.
“Lalu, sang Hyang Brahmma dalam wujud Mpu Cura Dharma Yogi merayu Patni Nari Ratih untuk melakukan senggama. Akan tetapi, Patni Nari Ratih menolak ajakan tersebut karena sebagai pendeta yang menjalani bbarata sewala-brahmacari, mereka tidak diperbolehkan untuk berhubungan intim layaknya suami istri, oleh karena itu, sang Hyang Brahma memaksa dan memperkosa Patni Nari Ratih.”
Demikianlah kisah awal kehidupan seorang Gajah Mada, pada artikel berikutnya saya akan menceritakan pada anda saat Gajah Mada mulai meniti karier Militer hingga bisa menjadikan dirinya sebagai bagian dari jajaran elite penguasa.

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 Comments: