Masa-Masa Awal Kehidupan Gajah Mada
Berdasarkan pada kisah
“ Tutur Tinular” dari daerah Ngimbang, Lamongan, diketahui bahwa Gajah Mada
adalah putra dari Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit, dari salah satu
selirnya yang bernama Dewi Andong Sari. Adapun kisah selengkapnya adalah
sebagai berikut :
“alkisah,
tersebutlah salah satu Istri Raden Wijaya bernama Dana Petak yang memiliki
seorang putra bernama Kalagemet (kelak
menjadi Raja Majapahit dengan gelar Prabu Jayanegara). Dara Petak merasa yakin
jika kelak putranya akan menjadi penerus tahta Majapahit. Sebab, kedua anak
Raden Wijaya dari Istri yang lain berjenis kelamin perempuan. Mereka adalah
Tribbuwana Tanga Dewi dan Wiyat Sri Raja Dewi.
“namun,
tatkala ia mendengar kabar bahwa selir Raden wijaya yang bernama Dewi Andong
Sari sedang mengandung, muncullah kekhawatiran dalam diri Dara Petak
kalau-kalau Dewi Andong Sari akan melahirkan seorang anak laki-laki. Maka, ia
pun memerintahkan sejumlah prajurit Majapahit agar menyingkirkan Dewi Andong
Sari dari istana.
“selanjutnya,
para prajurit Majapahit yang ditugaskan untuk menyingkirkan Dewi Andong Sari
menyembunyikan sang selir di sebuah desa di daerah Ngimbang. Desa ini berjarak
sekitar 35 km dari Triwulan. Dalam pengasingan tersebut, Dewi Andong Sari
melahirkan seorang bayi laki-laki. Tak lama setelah ia melahirkan bayi itu,
Dewi Andong Sari dikisahkan meninggal dunia.
“Kemudian,
ia dikebumikan oleh masyarakat di puncak bukit tempat pengasingannya (yang
kelak dikenal dengan nama Bukit Ratu). Sementara itu, bayi laki-lakinya
dipungut sebagai anak angkat oleh kepala desa setempat yang bernama Ki Gede
Sidowayah. Karena ia tidak memiliki istri, maka Ki Gede Sidowayah pun
menitipkan bayi ini kepada adik perempuannya, seorang janda bernama Wara Wuri.
Lalu, bayi tersebut diberi nama Joko Modo dan selanjutnya diyakini sebagai
Gajah Mada.”
Selain hikayat dari
Lamongan tersebut, terdapat pula sebuah kisah yang mengklaim bahwa Gajah Mada
merupakan putra sang Brahma yang lahir dari rahim seorang perempuan bernama
Patni Nari Ratih. Kisah ini tercantum dalam Babad Gajah Mada. Adapun kisah
selengkapnya adalah sebagai berikut :
“Di
Wilatikta, ada sepasang suami istri bernama Cura Dharma Wysa dan Nari Ratih,
yang disucikan menjadi pendeta oleh Mpu Ragarunting di Lemah Surat.
Selanjutnya, pasangan ini menerima nama baru, yaitu Mpu Cura Dharma Yogi dan
Patni Nari Ratih. Lalu, mereka melakukan bharata kependetaan sewala-brabmacari
yang artinya keduanya tak lagi diperbolehkan untuk melakukan hubungan suami
istri.
“selanjutnya,
Mpu Cura Dharma Yogi menetap di sebuah asrama di Gili Madri, yang terletak di
sebelah selatan Lemah Surat. Sementara itu, Patni Nari Ratih tetap tinggal di
Wilatikta. Namun, Patni Nari Ratih selalu mengunjungi suaminya di Gili Madri
untuk mengantarkan makanan.
“Suatu
hari, ketika Patni Nari Ratih sedang mengantarkan santapan ke asrama suaminya
di Gili Madri, yakni saat mereka hendak menikmati makanan tersebut, air minum
yang juga dibawanya tumpah. Akhirnya, Mpu Cura Dharma Yogi harus mencari air
untuk minum di sebuah tempat ke arah barat.
“Pada
waktu Patni Nari Ratih sedang menyendiri inilah disebutkan bahwa sang Hyang
Brahma tergoda pada kecantikannya. Sehingga, muncullah hasrat ingin bersenggama
dlam dirinya. Untuk memuluskan usahanya, sang Hyang Brahma pun menyamar sebagai
Mpu Cura Dharma Yogi. Karena penyamarannya nyaris sempurna, Patni Nari Ratih
pun yakin bahwa laki-laki yang berada di depannya itu adalah suaminya.
“Lalu,
sang Hyang Brahmma dalam wujud Mpu Cura Dharma Yogi merayu Patni Nari Ratih
untuk melakukan senggama. Akan tetapi, Patni Nari Ratih menolak ajakan tersebut
karena sebagai pendeta yang menjalani bbarata sewala-brahmacari, mereka tidak
diperbolehkan untuk berhubungan intim layaknya suami istri, oleh karena itu,
sang Hyang Brahma memaksa dan memperkosa Patni Nari Ratih.”
Demikianlah kisah awal
kehidupan seorang Gajah Mada, pada artikel berikutnya saya akan menceritakan
pada anda saat Gajah Mada mulai meniti karier Militer hingga bisa menjadikan
dirinya sebagai bagian dari jajaran elite penguasa.
0 Comments: