Gajah Mada Mulai Meniti Karier Militer
Pada artikel sebelumnya saya telah mengupas sedikit tentang masa-masa awal kehidupan Gajah Mada. pada artikel ini saya akan sedikit mengupas sedikit perjalanan karier seorang Mahapatih bernama gajah Mada
Terlepas
dari misteri mengenai asal-usulnya, Gajah Mada tetap diakui oleh para sejarawan
sebagai toko yang memiliki kemampuan luar biasa. Ia diyakini tampil di ranah
kekuasaan berkat kecerdikan, keberanian dan kesetiaannya terhadap Prabu
Jayanegara. Pada tahun 1319, ia menjabat sebagai begelen atau kepala pasukan
bhayangkara (pasukan pengawal raja dan keluarga istana), dalam mengatasi
pemberontakan yang dilakukan oleh Ra Kuti.
Saat
Ra Kuti berhasil menduduki ibu kota Majapahit, Gajah Mada segera mengambil
langkah pengamanan terhadap Prabu Jayanegara dan keluarga istana dengan
mengungsikan mereka ke Bedander. Setelah menemukan tempat persembunyian yang
aman bagi sang Raja dan keluarga istana, Gajah Mada kembali ke ibu kota dan
menyebarkan rumor bahwa Jayanegara telah terbunuh.
Berkat
isu yang ia sebarkan, gajah Mada berhasil menyelidiki bahwa petinggi istana
yang terkejut dengan kabar yang dibawanya. Maka, Ra Kuti pun serta merta
menjadi tokoh yang tidak populer di mata teman sejawatnya dan masyarakat.
Selain itu, gajah Mada juga berhasil menyingkap fakta bahwa sesungguhnya Raja
Jayanegara masih memiliki banyak pengikut setia. Oleh karena itu, Gajah Mada
merencanakan sebuah upaya untuk menumpas pemberontakkan Ra Kuti secara
diam-diam. Akhirnya, ia berhasil membunuh Ra Kuti dan mendudukkan Raja
Jayanegara pada posisinya semula. Karena jasanya tersebut, ia diangkat sebagai
Patih Daha sekaligus merangkap sebagai Patih Jenggala (posisi ini kelak akan
menjadikan dirinya sebagai bagian dari jajaran elit penguasa). Peristiwa ini
menegaskan pendapat Empu Prapanca, seorang pujangga dan sejarawan istana, yang
menggambarkan bahwa Gajah Mada sebagai orang yang cerdik, piawai dalam
berbicara, jujur dan berpikiran bijak.
Namun,
kesetiaan Gajah Mada kepada Prabu Jayanegara memudar setelah sang raja merebut
istrinya untuk dijadikan sebagai selir. Maka, pada tahun 1328, ketika
Jayanegara jatuh sakit, Gajah Mada memerintahkan Ra Tancha, tabib istana, untuk
membunuh sang raja melalui tindakan operasi. menyusul mangkatnya sang raja, Ra
Tancha pun dipersalahkan dan dieksekusi oleh Gajah Mada secara langsung.
Selanjutnya,
posisi Prabu Jayanegara pun digantikan oleh adik tirinya yang bernama
Tribhuwana Tungga Dewi Jayawisnu Wardhani. Terkait dengan pengangkatan
Tribhuwana Tungga Dewi sebagai Ratu Majapahit, ada sebagian kalangan yang
menyebutkan bahwa Gajah Mada adalah toko penting di balik peristiwa tersebut.
Dalam
perspektif ini, setidaknya ada dua alasan Gajah Mada untuk menjadikan saudara
tiri Prabu Jayanegara tersebut sebagai Ratu Majapahit. Pertama, ia khawatir
jika tahta Majapahit akan jatuh ke tangan Arya Damar, keturunan Raden Wijaya
dari istri yang berasal dari Jambi. Kedua, bisa jadi, ia berpikiran bahwa
dengan kekuasaan tertinggi di Majapahit berada di tangan seorang ratu, maka
akan semakin besar peluangnya, selaku Patih Daha dan Jenggala, untuk memiliki
kendali yang lebih luas dalam menetapkan kebijakan-kebijakan Majapahit. Namun,
tidak ditemukan banyak bukti yang menguatkan adanya campur tangan Gajah Mada
dalam hal ini.
Akan
tetapi terlepas dari adanya keterlibatan Gajah Mada dalam pengangkatan
Tribhuwana Tungga Dewi ataupun tidak, sejarah telah mencatat bahwa pada masa
pemerintahan Ratu Tribhuwana Tungga Dewi (1328-1350), Gajah Mada muncul sebagai
tokoh paling berpengaruh dan berkuasa di Majapahit. Karena Aryo Tadah (Empu
Krewes) menderita sakit, ia mengundurkan diri sebagai Patih Majapahit.
Kemudian, Gajah Mada pun dipromosikan oleh Aryo Tadah untuk menggantikan
posisinya.
Namun,
Gajah Mada tidak menyetujui permintaan Aryo Tadah tersebut secara langsung.
Sebab, terlebih dahulu, ia ingin memberikan sebuah pengabdian kepada Majapahit
(sebagai semacam ujian kelayakan untuk membuktikan bahwa ia memang pantas
menduduki tersebut) dengan cara menumpas pemberontakan yang telah meletus di
Sadeng dan Keta. Oleh karena itu, ia segera mengirimkan pasukan militer ke
daerah di kawasan timur Pulau Jawa tersebut.
Akan
tetapi, salah seorang menteri Majapahit bernama Ra Kembar berusaha menghalangi
usahanya untuk masuk ke Sadeng. Selanjutnya, berkat kegigihan pasukan Gajah
Mada, blokade ini dapat dipatahkan. Kemudian, ia beserta pasukannya menumpas
pemberontakan sehingga Sadeng dan Keta pun kembali berada di bawah kekuaaan
Majapahit.
Keberhasilan
Gajah Mada dalam menumpas pemberontakan di Sadeng dan Keta tersebut seperti
sebuah de javu yang menjadikan Majapahit kembali berutang budi padanya
sebagaimana keberhasilannya dalam memadamkan pemberontakan Ra Kuti pada masa
lalu. Dari kedua peristiwa tersebut, dapat dilihat kepiawaian taktik dan strategi
gajah Mada. Saat menumpas pemberontakan Ra Kuti, ia menerapkan taktik politik,
sedangkan untuk memadamkan pemberontakan yang terjadi di Sadeng dan Keta, ia
menerapkan strategi militer.
Sumpah Palapa
Pada
waktu Gajah Mada kembali ke ibu kota Majapahit, ia pun langsung ditunjuk
sebagai Mahapatih Majapahit. Saat inilah, ia diriwayatkan mengangkat sumpah di
hadapan Dewan Menteri Kerajaan Majapahit bahwa ia tidak akan menikmati palapa
atau rempah-rempah dan bumbu (yang juga diartikan sebagai kenikmatan duniawi),
sebelum ia berhasil menaklukkan seluruh kepulauan nusantara di bawah panji
Majapahit. Selanjutnya, sumpah itu dikenal dengan nama “Sumpah Palapa” yang
tercantum dalam kitab Negarakertagama. Adapun bunyi sumpah tersebut adalah
sebagai berikut:
“Sira
Gajah Mada, pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada, lamun
buwas kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram,
tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompu, ring Bali, Sunda, Palembang,
Tumasik samana ingsun amukti palapa”.
Medengar
sumpah ini, Ra Kembar dan para menteri lainnya, seperti Ra Banyak, jabang
Terawas, dan Lembu Peteng justru mengolok-olok Gajah mada. Sebagai orang yang
“besar mulut”. Maka, setelah meminta persetujuan sang ratu, Gajah Mada pun
melengserkan Ra Kembar dan para pengikutnya dari jabatannya di istana. Bahkan,
beberapa cacatan sejarah menyebutkan bahwa peengseran tersebut juga
ditindaklanjuti dengan tindakan eksekusi terhadap Ra kembar dan Ra Banyak oleh
Gaja Mada.
0 Comments: