USAHA SHALAHUDDIN AL AYYUBI DALAM MEMPERSATUKAN ISLAM

August 11, 2019 1 Comments



Setelah Shalahuddin al ayyubi mengklaim kekuasaan terhadap Syria pada tahun 1174, banyak tantangan dan bambatan serius yang menghadang langkahnya. Sebab, sanak famili Nuruddin masih menguasai kota-kota penting di Syria seperti Mosul dan Aleppo. Di Mosul, keponakan Nuruddin, Saifuddin Ghazi, menduduki posisi terpenting, sedangkan keponakan Nuruddin yang lain, Imaduddin, menguasai kota strategis Sinjar. Selain itu, Nuruddin telah mewariskan benteng krusial di Aleppo ke tangan putranya yang masih muda, Al Malik al-Salih Ismail.
Oleh karena itu, Shalahuddin harus “merebut Hati” para pemimpin ini agar berpihak dan tunduk kepada dirinya. Setelah ia dapat menduduki kota Homs, ada sebuah benteng penting yang menolak mengakui kekuasaannya secara terang-terangan. Maka, ia pun memperbolehkan pasukannya untuk membunuh sesama muslim jika mereka benar-benar menghalang-halangi jihad untuk melawan orang-orang Kristen. Namun, ia juga menyampaikan penyesalannya karena harus ada pertumpahan darah antara sesama umat Islam. Namun, hal ini ia lakukan karena ia tidak memiliki pilihan lain.
Sementara itu, Shalahuddin ditolak dan diolok-olok oleh masyarakat Mosul dan Aleppo. Maka, ia pun berinisiatif untuk menyerang Aleppo. Karena merasa terancam, orang-orang Mosul dan Aleppo bersatu untuk menghadapi Shalahuddin.
                                                                shalahuddin al ayyubi
Pada 13 April 1175, kedua pihak yang bermusuhan ini bertemu di medan laga. Di medan pertempuran itu, Shalahuddin mampu tampil sebagai seorang komandan militer yang piawai. Akhirnya, pasukan gabungan Mosul dan Aleppo bertekuk lutut kepada Shalahuddin. Sebagai Sultan Mesir dan Syria, Shalahuddin berhasil menunjukkan kepribadian yang sangat mengesankan bagi kawan maupun lawannya. Sebab, ia bisa menunjukkan pengendalian diri yang luar biasa. Ia memerintahkan pasukannya untuk tidak melukai apalagi membunuh tawanan mereka.
Bahkan, ia juga melarang pasukannya melakukan pengejaran terhadap prajurit musuh yang melarikan diri dari medan pertempuran. Selain itu, ia memerintahkan pasukannya untuk membebaskan para tawanan yang kondisinya sehat. Pada intinya, ia meminimalkan jatuhnya korban. sehingga, ia pun berhasil mempersatukan Islam tanpa meninggalkan rasa benci dan dendam akibat pembantaian.
Walaupun Shalahuddin telah berhasil mempersatukan Islam, masih ada bahaya yang siap menikamnya kapan saja. sebab, Al-Malik al-Salih, pemimpin Mosul yang memiliki banyak pendukung menginginkan kematiannya. Maka ia pun menyewa para pembunuh bayaran (yang biasa disebut Assassin) untuk membunuh Shalahuddin.
Assassin adalah sebuah kelompok radikal Syi’ah yang menentang para Sultan Sunni. Di bawah pimpinan Rashiduddin Sinan yang jahat, kelompok ini menguasai wilayah di sepanjang Pesisir Timur Mediterania serta sebagian kawasan pedalaman. Kelompok itu menyambut tugas yang ditawarkan oleh pemimpin Mosul dengan senang hati.
Namun, terlebih dahulu Sinan ingin mengenal seluk-beluk sultan muda yang berdarah Kurdi tersebut. Apabila, ia mampu membujuk Shalahuddin untuk tidak menghukum Assassin, ia tidak akan membunuhnya. Maka, Sinan pun mengirim seorang utusan untuk berbicara empat mata dengan Shalahuddin. Untuk menjaga norma kesopanan, Shalahuddin pun mengistirahatkan pasukan pengawal pribadinya, kecuali dua tentara mamluk yang kesetiannya tak diragukan lagi.
Sebab, Shalahuddin merasa aman dan sangat mempercayakan keselamatan nyawanya kepada tentara ini. Di tengah-tengah perbincangan, utusan Sinan mengalihkan perhatiannya kepada kedua prajurit mamluk yang mengawal Shalahuddin. Maka, ia bertanya, “Jika saya memerintahkan kalian untuk membunuh Sultan ini, apakah kalian bersedia melakukannya?”
Kedua pengawal itu pun menjawab, “ Keinginan anda adalah perintah bagi kami”.
Shalahuddin pun sangat terkejut karena ia tidak pernah menyangka jika Assassin mampu menyusupkan orang-orang mereka menjadi pengawal kepercayaannya. Sehingga, ia pun berkesimpulan bahwa Assassin merupakan kelompok yang perlu diatasi dengan lebih hati-hati. Maka, ia pun meyakinkan utusan tersebut bahwa ia akan menghentikan tekanannya terhadap Sinan dan para pengikutnya.
Dari peristiwa ini, Shalahuddin menyerap pelajaran yang teramat penting. Ia menjadi sadar bahwa persoalan domestik di dalam kekuasannya membutuhkan perhatian yang sama porsinya dengan perhatiannya terhadap orang-orang Frank. Sejak saat itu, kekuasaannya sama sekali tidak bisa dianggap remeh. Terlepas dari persoalan para pemberontak, Assassin dan hambatan lain yang ia hadapi, Shalahuddin merasa saat itu merupakan waktu yang cukup aman baginya untuk menghadapai lawan sejatinya, yaitu orang-orang Kristen Eropa.


PERANG MELAWAN ORANG-ORANG FRANK JALAN MENUJU HATTIN
Pada usianya yang ke-45 tahun, Shalahuddin menguasai wilayah luas yang membentang dari barat sampai timur, Mesir-sungai Euphrates dan dari utara sampai selatan, Turki-Teluk Persia. Dengan begitu, kekuasaannya meliputi kota-kota besar dan kaya sebagai pusat perdagangan, pelabuhan terbaik dan tanah pertanian yang paling subur. Sehingga, pada masa itu, Shalahuddin memimpin populasi muslim terbesar di dunia.
Karena ketaatan dalam menjaga Islam, Shalahuddin pun mengandikan dirinya untuk memerangi sikap orang-orang Kristen. Maka, mau tidak mau, ia harus berhadapan dengan orang-orang Frank. Sementara itu, orang-orang Kristen telah memainkan peran mereka dengan sangat baik. Mereka tidak pernah puas dengan kedudukan mereka di Tanah Suci sehingga orang-orang Kristen Eropa ini mengganggu dan melakukan penjarahan terhadap tetangga-tetangga mereka, kaum muslim. Bahkan, mereka merampok dengan cara menyerang karavan kaum muslim.
Selain itu, para prajurit Perang Salib Eropa telah melancarkan gangguan di perbatasan barat Kerajaan Islam. Padahal, umat Islam telah berusaha menjauh dari mereka. Maka, Shalahuddin pun ingin menyelesaikan masalah ini dengan tuntas. Pada saat yang bersamaan, orang-orang Frank dengan tolol dan sombong justru ingin melakukan provokasi terhadap dirinya.
Salah satu provokator dari pasukan Perang Salib bernama Reginald of Chatillon. Tokoh ini berusaha memancing kemarahan Shalahuddin secara brutal dan ambisius. Bahkan, di kalangan teman-temannya sendiri, ia memiliki reputasi sebagai biang kerok. Sebab, ia suka membuat ulah.
Reginald pun mengajak Shalahuddin untuk berperang dengan cara menempati sebuah kastil di kerak. Dari ketinggian Kerak ini, Reginald menjarah karavan orang-orang muslim yang melintas dan merampas kargo berharga milik mereka. Selain itu, ia juga mencemoh Shalahuddin sebagai pimpinan yang tidak bica menjaga wilayah kekuasaannya.
Reginald pun berusaha mencari-cari kesempatan untuk mempermalukan dan memprovokasi umat muslm. Maka, ia pun melakukan tindak yang nekat, yakni menjarah kota Madinah. Bahkan, ia berniat untuk mencuri jenazah Nabi Muhammad Saw., sebagai sebuah penistaan terhadap seluruh dunia.
Shalahuddin tidak bisa menoleransi tindakan Reginald yang impulsif dan gegabah itu. Saat berita tentang upaya penjarahan kota Madinah tersebut sampai telinga Shalahuddin, Sultan Syria dan Mesir ini sangat murka. Meskipun ia dikenal sebagai orang yang penuh pertimbangan dan pengendalian diri yang baik, ia tetap tidak bisa membiarkan hinaan keji terhadap agamanya. Sebab, baginya agama merupakan telah menjadi substansi yang mendorong eksistensi Shalahuddin.
Reginald berhasil lolos dari tangan Shalahuddin, namun kaki tangannya berhasil ditangkap oleh pasukan Shalahuddin. Oleh karena itu, ia melampiaskan kemarahannya kepada mereka. Kemudian, ia memerintahkan pasukannya untuk menangkap seluruh pelaku penjarahan kota Madinah.
Pasukan Shalahuddin pun berhasil menangkap para pelaku penjarahan kota Madinah yang seluruhnya berjumlah 170 orang. Selanjutnya, mereka didudukkan di atas unta dan menghadap ke belakang. Kemudian, mereka diarak melalui jalan-jalan di Alexandria, Makkah, Madinah dan Kairo. Selanjutnya, Shalahuddin memerintahkan agar para tawanan tersebut menebus harga final penistaan yang mereka lakukan dengan dihukum pancung.
Karena perintah ini sangat jauh dari karakteristik Shalahuddin, sampai-sampai bawahannya menolak untuk melaksanakan perintah tersebut. Bahkan, saudaranya, Saifuddin al-Adil, meragukan keputusan Shalahuddin ini. Maka, ia pun memaksa Shalahuddin untuk menuliskan sebuah surat untuk menjelaskan keputusannya itu.
Kemudian, Shalahuddin menuliskan surat yang berisi penjelasan keputusan hukuman mati tersebut. Menurutnya, para pelaku penjarahan kota Madinah harus dihukum mati karena dua alasan. Pertama, mereka nyaris berhasil menjejakkan kaki di salah satu kota suci umat Islam tanpa terdeteksi. Maka, apabila mereka dibiarkan untuk tetap hidup, tentu saja mereka akan kembali melewati rute yang sama dengan membawa pasukan yang lebih besar dan nekat. Kedua, cara itu dilakukan untuk membela dan menjaga kehormatan islam.
Bagi Shalahuddin, serangan umat Kristiani ini merupakan tindakan yang paling keji dalam sejarah Islam. Oleh sebab itu, ia tidak bisa membiarkan orang-orang kafir mengolok-olok Islam dan lolos tanpa balasan. Bahkan, sejak masih remaja, ia telah berikrar untuk mengabdi dan menjadi tentara Allah. ia pun berpedoman bahwa kesejahteraan Islam merupakan bagian dari tanggung jawabnya. Oleh karena itu, ia menyikapi hal ini dengan sangat serius.
Setelah orang-orang Frank dieksekusi, pada tahun 1183, Shalahuddin melancarkan serangan ke Kerak. Namun, usahanya itu belum berhasil karena Reginald mampu mempertahankan diri di Kerak. Sementara itu, beragam persoalan di Jerusalem mengarah pada kondisi terburuk.
Pada tahun 1183, Raja Jerusalem yang maasih muda, Baldwin V, meninggal dunia secara mendadak. Kerajaan  utama pasukan Perang Salib berada dalam kekosongan kepemimpinan. Maka, para bangsawan yang serakah pun mulai berdatangan ke Jerusalem dan berebut untuk menggantikan posisi Baldwin.
Diantara para bangsawan yang memperebutkan kekuasaan di Jerusalem, ada dua orang tokoh yang paling berpengaruh di kalangan bangsa Frank, yaitu Guy of Lusignan dan Raymond of Tripoli. Guy mampu mengakali Raymond dengan cara menikahi ibunda Baldwin dan mengklaim kepemilikan Jerusalem.
Tentu saja, Raymond merasa dicurangi oleh Guy. Sebab, ia merasa telah lama mengabdi menjadi wali Baldwin. Bahkan, ia juga bertindak sebagai raja atas nama Baldwin. Oleh karena itu, setelah kematian sang raja muda, seharusnya singgasana itu diserahkan kepadanya. Karena merasa dipermalukan, ia pun marah dan menarik diri menuju kastilnya di Tiberias yang berada di dekat Laut Galilee.
Sementara itu, Guy tidak memikirkan apapun selain kebenciannya kepada Islam. Sehingga, Shalahuddin pun membaca isyarat ini dan memprediksikan bahwa perang semakin dekat. Lalu, ia segera mempersiapkan pasukannya untuk menghadapi orang-orang kristen. Di sisi lain, Reginald, justru berasumsi bahwa Shalahuddin akan melakukan manuver militer saat perebutan kekuasaan di Jerusalem menyita perhatian semua orang. Maka, ia pun menyerang umat Islam. Pada awal tahun 1187, Reginald menjarah sebuah kafilah Arab yang bertolak dari Mesir menuju Damaskus.
Pasukan prajurit Perang Salib didikan Reginald yang bengal merompak barang-barang dagangan  kafilah yang diangkut dengan unta. Bahkan, mereka menemukan adik perempuan Shalahuddin di antara para musafir tersebut. Ketika adik perempuan Shalahuddin dan para musafir menuntut agar dibebaskan, Reginald hanya menertawakan permintaan mereka secara blak-blakan.
Ketika Shalahuddin mendengar kabar tentang perampokan ini, Reginald pun kembali murka. Bahkan, Shalahuddin bersumpah akan membunuh Reginald dengan tangannya sendiri. Maka, ia pun memerintahkan untuk mengibarkan bendera perang. Dengan demikian, ia meyakini bahwa perang melawan orang-orang Kristen merupakan bagian dari suratan takdirnya.
Selanjutnya, Shalahuddin meminta bantuan kepada kawan lama yang juga orang Frank, yakni Raymond of Tripoli yang merupakan saingan Guy of Lusignan. Tidak seperti Guy, Raymond justru menjalani seluruh hidupnya di Palestina. Sehingga, ia mampu berbahasa Arab dengan fasih dan mengagumi prinsip serta ajaran Islam. Selain itu, ia juga memiliki penghormatan yang tinggi  kepada Shalahuddin.
Pada tahun 1184, raymond dan Shalahuddin telah berdamai dengan menandatangani sebuah gencatan senjata. Sejak saat itu, mereka berdua menjalin hubungan baik dan harmonis. Bahkan, Raymond pernah meminta bantuan Shalahuddin saat ia terlibat dalam pertikaian dengan sesama orang Frank.
Dengan pertimbangan tersebut, Shalahuddin sangat yakin bahwa sang penguasa Tiberias akan memberikan bantuan kepadanya untuk menjatuhkan Guy dan Reginald. Dengan bantuan Raymond, Shalahuddin berharap mampu menaklukkan Palestina kembali. Maka, Shalahuddin pun meminta izin kepada Raymond untuk meewati kekuasaannya. Raymond pun memberikan izin tersebut, namun ia menetapkan beberapa syarat antara lain Shalahuddin dan pasukannya hanya diberi waktu sehari untuk melintasi daerah kekuasaan (yaitu pada siang hari). Dan ia pun harus berjanji untuk tidak melakukan penjarahan terhadap perkampungan Frank di sepanjang jalur aman itu. Shalahuddin pun menerima Syarat-syarat yang diajukan oleh Raymond dengan senang hati. Maka, di bawah pimpinan putranya, Al-Afdal, pasukan Shalahuddin bergerak untuk menaklukkan Palestina.
Tetntu saja, para pengikut Raymond menvonis penguasa Tiberias ini sebagai pengkhianat bagi rakyatnya dan Kristus. Maka, pasukan Hospitaller dan Templat, kelompok biarawan tentara yang mengabdi pada Raymond, segera melakukan pemberontakan. Sebab, mereka telah menghabiskan waktu di sepanjang hidup mereka untuk membela para pengikut Kristiani guna melawan umat Islam.
Namun, mereka seolah-olah dipaksa untuk diam ketika harus menyaksikan pasukan Islam berlalu di depan mereka dengan aman. Mereka menganggap hal itu sebagai sebiah hinaan. Oleh karena itu, tanpa meminta izin atasannya, pasukan Hospitaller dan Templar menyerang pasukan Shalahuddin di Cresson, sebuah tempat yang berada  sekitar dua mil di sebelah utara Nazareth.
Meskipun Kesatria Hospitaller dan Templar merupakan prajurit-prajurit yang penuh keberanian, mereka hanya  memiliki peluang kecil untuk mengusir pasukan Shalahuddin. Dalam waktu singkat, mereka pun dapat dikalahkan oleh pasukan Shalahuddin, kekalahan orang-orang Kristen di Cresson ini memkasa raymond untuk turun tangan.
Di satu sisi, ia telah berjanji untuk melindungi Shalahuddin, namun disisi lain, ia ingin membantu saudaranya sesama umat Kristiani. Maka Raymond menyelinap keluar dari Tiberias secara diam-diam. Lalu, ia mengumumkan keputusannya untuk berangkat ke Jerusalem dan memberikan dukungannya kepada Guy of Lusignan.
Pembelotan Raymond itu membuat Shalahuddin merasa sangat terluka. Selanjutnya, ia membawa pasukan yang berjumlah 24 ribu orang tentara menuju Kastil Raymond di Tiberias. Ia ingin menghukum Raymond sekaligus memancing Guy agar bertindak “prematur”.
Kemudian, ia mulai menyusun rencana untuk menarik pasukan Franks ke sebuah medan pertempuran yang sudah ditentukan. Sehingga, ia berharap mampu mengatasi pasukan Kristen dan mengalahkan mereka secara menyakitkan. Dengan begitu, Gerbang Palestina pun akan terbuka bagi pasukan Islam dan kemenangan umat Islam pun berada di depan mata.

KEMENANGAN SHALAHUDDIN

Pada pagi hari di awal musim panas tahun 1187, saat Shalahuddin masih berada di Tiberias, ia mendengar kabar bahwa pasukan Frank telah bergerak meninggalkan Jerusalem. Maka, ia segera mengatur strategi dan mempersiapkan pasukannya untuk menghadang pasukan lawan dari okasi yang menguntungkan bagi pasukannya.
Shalahuddin pun menemukan sebuah daratan terpencil dan sunyi yang bernama Lubiya. Tempat ini terletak beberapa mil di sebelah selatan Tiberias. Tempat ini berupa dataran yang luas dan terbuka sehingga memberi keuntungan tersendiri bagi pasukan Shalahuddin. Sebab, pasukan pemanah berkuda yang ia miliki mobilitaas tinggi.
Selain itu, kawasan ini merupakan daerah yang kering kerontang sehingga pasukan musuh akan kehausan. Sebab, mereka tidak menemukan sumber air yang bisa digunakan untuk mengobati dahaga mereka. Dengan demikian, Lubiya menawarkan sebuah pemandangan suram bagi pertempuran yang sebentar lagi akan terjadi. Hanya ada dua tempat yang menghiasi dataran sepi tersebut, yaitu desa Hattin dan serangkaian bukit rendah yang dikenal dengan nama perbukitan Horns.
Sementara itu, Guy merespon langkah Shalahuddin ke Palestina dengan karakteristiknya yang khas, yakni sembrono dan gegabah. Sehingga, ia memilih jalur yang melewati hamparan pasir dan kerikil dataran Lubiya yang panas. Walaupun ia menyadari bahwa pasukannya akan terpanggang dalam baju zirah mereka. Ia tetap menggiring mereka menuju sebuah tempat yang sama sekali tidak cocok untuk taktik pertempuran khas Eropa. Bahkan, jalur tersebut jauh dari sumber air yang melimpah, yakni Laut Galilee.
Rute yang ditempuh oleh Guy bukan hanya menguntungkan pihak Shalahuddin, melainkan juga mendatangkan kesalahan fatal yang tak bisa diperbaiki lagi oleh pasukannya. Pasukan Frank dilengkapi dengan pasukan kavaleri yang sangat disegani. Pasukan ini berkonvoi dalam penjagaan “tembok hidup” pasukan infanteri. Sehingga, mereka dapat menampilkan sebuah pemandangan yang sangat mengesankan.
Akan tetapi, mereka terkesan sangat lamban dan kikuk dalam barisan konvoi mereka. Baju zirah yang berat, pedang besar, topi baja dan lembing besi yang mereka kenakan benar-benar menguras tenaga mereka. Selain itu, teriknya sinar matahari semakin terasa sangat menyengat karena mereka mengenakan berbagai macam atribut yang terbuat dari benda logam.
Sementara itu, pasukan Guy dapat dilacak oleh pasukan pengintai shalahuddin dengan mudah. Sehingga, pasukan ini dapat dihadang dan dikepung oleh pasukan shalahuddin dengan mudah. Kemudian, pasukan pemanah berkuda Shalahuddin yang gesit dan lincah menghujanu mereka dengan anak-anak panah. Pasukan Guy menjadi semakin menderita sehingga mereka tidak memiliki pilihan lain kecuali melanjutkan perjalanan dengan susah payah.
Shalahuddin mengetahui bahwa pasukan Guy salah dalam menerapkan strategi. Maka, ia pun segera menempatkan pasukan yang membawa air di antara pasukan Kristen. Selanjutnya, ia mengirim pasukan sayap, yang terdiri atas pasukan pemanah berkuda menuju kedua sisi pasukan Guy. Pasukan ini seolah-olah akan memandu para prajurit Frank menuju sebuah lokasi yang menguntungkan.
Selain itu, Shalahuddin juga menugaskan sekelompok pasukan infanteri untuk menguntit di belakang pasukan pemanah berkuda. Pasukan ini bertugas memproteksi barang bawaan dan suplai logistik sekaligus menjadi titik awal dan akhir serangan pasukan Islam. Pasukan infanteri yang bersenjatakan tombak dan busur itu diberi mandat untuk menghabisi pasukan musuh.
Setelah Shalahuddin mengatur posisi dan komposisi pasukannya, para komandan perangnya mulai membentang bendera yang beraneka warna. Bendera-bendera tersebut berkibar diterpa angin. Selain itu, genderang pun mulai bergema, bunyi terompet mulai bersahut-sahutan dan simbal-simbal mulai bergemerincing mengisyaratkan keberadaan pasukan Shalahuddin kepada pasukan guy.
Guy merasa terusik oleh pasukan pemanah musuh dan terik matahari yang sangat menyengat. Maka, ia pun memerintahkan pasukannya untuk berhenti dan mendirikan kemah. Keesokan harinya, Guy menyadari bahwa hari itu akan menjadi hari yang melelahkan bagi diri dan pasukannya.
Lalu, ia mulai mengumpulkan pasukannya untuk menemukan mata air dan bersiap menghadapi musuh. Sementara itu, pasukan pemanah berkuda Shalahuddin yang telah mendeteksi pergerakan pasukan Guy, mulai merangsek maju. pasukan saya ini mulai menghujani pasukan Franks dengan anak panah. serangan Mereka pun semakin meningkat, baik dari segi frekuensi maupun tingkat keganasannya.
Kemudian, Shalahuddin memerintahkan pasukannya untuk menyalakan api guna menghambat pergerakan pasukan Guy. Kobaran api itu menaikkan suhu yang sudah sedemikian panas akibat teriknya sinar matahari. Selain itu, kobaran api tersebut juga menghasilkan kabut asap tebal yang membutakan pandangan akan menyengat mata pasukan Frank.
Kebingungan segera menyelimuti pasukan Perang Salib Kristen. Para kesatria mereka tak mampu melihat arena pertempuran dan pihak lawan dengan jelas. Kuda-kuda mereka pun mundur dan hany berputar-putar di tempat. Anak panah beterbangan dari segala arah. Seiring dengan kian berkorbarnya api yang mengelilingi mereka, pasukan Kristen pun semakin cemas.
Para prajurit Kristen pun terjebak dalam kepanikan akibat teror yang sanagt mencekam itu. Barisan mereka terpecah-pecah dan para prajurit mulai berhamburan ke semua penjuru. Sehingga, setiap orang hanya memikirkan dirinya sendiri. Maka, Shalahuddin pun menggunakan kesempatan ini untuk melancarkn serangan kepada pihak musuh. Pasukan lembing dan pemanahnya berhasil memojokkan pasukan Franks hingga tak berdaya. Pasukan itu berjuang keras untuk keluar dari perangkap tersebut, namun usaha mereka hanya berakhir sia-sia. Akhirnya, mereka pun menyerah kepada Shalahuddin.
Setelah itu Shalahuddin segera memerintahkan pasukannya untuk mengumpulkan para tawanan. Kemudian, para prajuritnya menyematkan kalung di leher yang menyatu dengan borgol di tangan para tawanan tersebut. Selanjutnya, mereka di giring menuju pasar-pasar di Damasskus dan dijual sebagai budak.
Karena jumlah tawanan di ibu kota Syria sangat banyak, harga budak pun menurun secara drastis. Maka, orang-orang Frank pun tidak bisa mendapatkan harga yang layak. Bahkan, dikisahkan seorang pembeli bisa mendapatkan seorang prajurit Frank hanya dengan menukarkan sepasang sandal usangnya. Dengan demikian, nasib buruk siap menyapa setiap prajurit Kristen yang tertangkap di Pertempuran hattin.
Tak lama setelah pertempuran usai, Shalahuddin memerintahkan agar Guy dan Reginald dihadapkan kepadanya. Guy tidak mampu menyembunyikan kegugupannya, ia pun mempertanyakan nasibnya kepada Shalahuddin. Shalahuddin merespons pertnyaan tersebut dengan menyerahkan semangkuk air mawar sejuk yang telah dibubuhi bubuk serbat. Menurut tradisi yagn berkembang di kalangan masyarakat Arab, jika seorang pemenang memberikan semangkuk air penyegar kepada pihak yang dikalahkan, berarti ia masih mengampuni nyawa musuhnya.
Maka, Guy pun menyerahkan mangkuk yang ditawarkan oleh shalahuddin kepada Reginald, namun Sultan Syria dan Mesir ini menghalangi tindakan Guy ini dengan tangannya. Sebab, Shalahuddin menuntut permintaan maaf dari Reginald atas perbuatannya yang sudah melampaui batas.
Akan tetapi, Reginald justru menjawab tuntutan Shalahuddin dengan sinis. Menurutnya, ia tidak memiliki alasan apa pun untuk meminta maaf kepada Shalahuddin.
“Para raja selalu melakukan tindakan seperti yang telah aku lakukan, “ jelasnya.
Shalahuddin berhenti sejenak sebelum kemarahannya meledak. Kemudian ia pun berkata, “Kau adalah tawananku, tetapi kau menjawab permintaanku dengan penuh kesombongan.”
Seorang pengawal segera menggiring kedua pemimpin bangsa Frank supaya menyingkir dari hadapan Shalahuddin. Namun, tak lama kemudian, Reginald diminta untuk kembali menghadap Shalahuddin. Lalu, Shalahuddin mengundang Guy ke tendanya. Tepat pada saat raja Jerussalem tersebut masuk ke tenda Shalahuddin, seorang budak menyeret jenazah Reginald dalam keadaan tanpa kepala.
Dengan lutut yang bergetar, Guy menatap Shalahuddin. Tiba-tiba, Sultan Syria dan Mesir tersebut berbicara dengan suara yang menyejukkan, “Raja sejati tidak saling membunuh.”
“ia bukan raja dan ia pun sudah melampaui batas,” lanjut Shalahuddin.
Sebelum dikirim ke tenda khusus bagi para tahanan, Guy kembali merasakan aura kesopansantunan Shalahuddin. Lagi-lagi, Shalahuddin memberinya semangkuk air mawar sejuk yang telah dibubuhi bubuk serbat.

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

1 comment: