SHALAHUDDIN AL AYYUBI DALAM MENAKLUKKAN JERUSALEM

August 18, 2019 4 Comments


Agara para pembaca bisa nyambung tentang kisah di artikel ini, ada baiknya para pembaca membaca artikel sebelumnya tentang artikel shalahuddin al ayyubi, karena artikel ini merupakan lanjutan tulisan dari artikel sebelumnya.



Untuk menindaklanjuti kemenangannya yang mengagumkan ini, Shalahuddin bergerak cepat. Setelah mengatur taktik dan strategi, ia memimpin sebagian pasukannya menuju Trye, benteng yang paling berbahaya dan penting bagi umat Kristiani di Palestina. Kota Tyre memiliki barak Kristen terbesar dan terkuat, serta dikelilingi oleh tembok raksasa yang sangat kukuh. Selain itu, kota tersebut juga dipimpin oleh salah seorang Komandan Frank yang paling mumpuni, yaitu Conrad of Monferrat.
Conrad menghormati Shalahuddin namun ia tidak merasa gentar kepadanya. Sehingga, ia bertekad untuk menyangkal kekuasaan Sultan Syria dan Mesir tersebut terhadap Benteng Tyre. Shalahuddin mengetahui bahwa serbuan terhadap kota tersebut secara langsung hanya akan menemui kegagalan. Jadi, ia menggunakan cara-cara persuasi. Namun, Conrad sama sekali tidak terkesan dengan upaya tersebut.
Shalahuddin pun menangkap ayah Conrad di Pertempuran Hattin. Lalu, ia membawa orang tersebut ke tembok kota dengan keadaan terborgol. Selanjutnya, ia mengancam akan membunuh orang tua ini jika Conrad tidak mau menyerahkan diri. Akan tetapi, jawaban penguasa Tyre justru membuat Shalahuddin terkejut dan kecewa.
“Ikat saja orang tua itu di kayu sula! Aku tidak perduli karena aku akan menjadi orang pertama yang menembaknya. Sebab, ia sudah ta dan tak berguna,” kata Conrad. Kemudian, ia mengambil sebuah crossbow (busur panah yang berbentuk pistol) dan melepaskan anak panah ke arah ayahnya. Shalahuddin pun hanya dapat menggeleng-geleng kepala. Karena membutuhkan waktu lama dan pertumpahan darah yang tidak sedikit untuk menunfukkan Tyre, ia pun mulai mengumpulkan pasukannya. Selanjutnya, ia memutuskan untuk meninggalkan Tyre di tangan orang-orang Kristen.
Shalahuddin mulai menaklukkan kota-kota di Palsetina seperti Caesarea, Jaffa dan Arsuf, satu persatu. Akhirnya, Shalahuddin pun sampai di Ascalon. Kota ini memang hanya sebuah kota tua, namun kota tersebut merupakan pintu gerbang menuju Mesir.
Oleh karena itu, Shalahuddin ingin menguasai kota itu untuk membuka jalur perdagangan dan komunikasi antara Mesir dan Syria. Namun Ascalon memilih untuk mempertahankan diri. Ascalon tidak mau tunuk kepada Shalahuddin. Maka, Shalahuddin pun menyeret Guy of Lusignan keluar dari penjara dan memaksanya untuk memerintahkan pasukan Ascalon untuk membuka gerbang kota. Namun usaha ini tidak membuahkan hasil.
Bahkan, pasukan pertahanan Ascalon justru menertawakan permohonan Guy tersebut. Lebih-lebih, saat mereka mengetahui bahwa penyerahan diri mereka hanya untuk menebus kebebasan pemimpin Frank tersebut. Karena pasukan pertahanan Ascalon tidak mau menyerah, Shalahuddin pun memerintahkan pasukannya untuk mulai meruntuhkan tembok Ascalon.
Namun, kenangan di Alexandria menghantui pikirannya. Meskipun di Ascalon ia bertindak sebagai pihak penyerang, shalahuddin tetap tidak suka terhadap peperangan yang berlarut-larut. Di sisi lain, para pemimpin Ascalon juga berpikir bahwa serangan dari Shalahuddin akan menyebabkan bahaya kelaparan dan pertumpahan darah yang tidak mungkin bisa mereka atasi.
Maka, ketika pasukan Shalahuddin mulai berupaya merobohkan tembok kota, para sesepuh Ascalon membuka gerbang kota dan memohon belas kasihan kepada shalahuddin. Dengan begitu, Ascalon telah menyerah kepada Shalahuddin dan membukakan gerbang menuju mesir.
Shalahuddin telah berhasil menyelesaikan masalah besar tersebut, namun masih ada satu lagi kesulitan yang menghadang langkahnya. Sebab, pasukan pertahanan Jerusalem tentu saja akan berjung lebih mati-matian daripada pasukan pertahanan Ascalon. Sebab, bagi umat Kristiani, jerusalem adalah “kota yang suci”. Sehingga, bila mereka menyerahkan Jerusalem tanpa perlawanan berarti mereka menyerahkan inti ajaran Kristiani.
Shalahuddin pun sangat memahami hal ini. Sehingga, ia menawarkan syarat-syarat penyerahan diri secara liberal kepada para penguasa kota tersebut. Maka, ketika para utusan dari Jerusalem datang ke kemahnya di luar kota Ascalon, Shalahuddin menyambutnya dengan ramah.
Shalahuddin mengatakan kepada para utusan ini bahwa pasukannya akan menyerang Jerusalem dari sekeliling Jerusalem. Namun, kegiatan sehari-hari di dalam tembok kota akan tetap dibiarkan berlangsung tanpa gangguan. Sehingga, para petani yang menyuplai kebutuhan pangan warga kota masih bisa beraktivitas tanpa rasa cemas. Shalahuddin pun meyakinkan kepada mereka bahwa penduduk Jerusalem tidak akan disakiti.
Sementara itu, apabila sampai musim semi berikutnya pasukan Frank tidak menyelamatkan mereka, penguasa jerusalem ahrus menyerahkan diri. Akan tetapi, para utusan dari jerusalem menolak tawaran tersebut. Mereka bersedia mati demi mempertahankan Jerusalem dari pada membiarkan jerusalem tunduk pada kekuasaan orang-orang Islam.
Mendengar jawaban itu, tetntu saja shalahuddin terkejut dan kecewa. Maka, tidak ada pilihan lain baginya, kecuali memerintahkan pasukannya untuk menyerang Jerusalem yang hanya berjarak satu hari perjalanan dari Ascalon. Pasukan shalahuddin pun bergerak menuju kota ini.
Setelah pasukan Shalahuddin tiba di depan tembok kota jerusalem, mereka segera mempersiapkan serbuan mereka untuk menggempur tembok kota. Sementara itu, sektar 6ribu orang prajurit yang dipimpin oleh Balian of Ibelin menunggu dalam fromasi bertahan di dalam benteng tersebut. Serangan yang dilakukan Shalahuddin berlangsung singkat, namun memakan banyak korban. Sehingga ia berhasil memaksa Balian untuk menyerahkan diri.
Maka, menurut kebiasaan masyarakat pada masa itu, mereka memiliki hak untuk mengumpulkan harta rampasan perang di sepanjang jalan kota yang telah ditaklukkan ini. Namun, Shalahuddin telah memutuskan untuk tidak melakukan pengrusakan dan hura-hura. Sebab, ia tidak ingin memperberat beban umat Kristiani pascaperang tersebut.
Shalahuddin memang telah membunuh musuh-musuhnya, namun ia tidak menikmati pembunuhan tersebut. Bahkan, ia selalu memerintahkan para prajuritnya untuk tidak membunuh orang-orang awam yang tidak bersalah sekalipun mereka adalah orang-orang kafir. Setelah ia menduduki Jerusalem dengan kekuatan bersenjata, ia kembali menunjukkan sikap belas kasihan yang tinggi tanpa kehilangan wewenang dan wibawa di hadapan para prajuritnya. Sementara itu, para petinggi dan prajuritnya menuntut agar Shalahuddin kekejaman orang-orang Kristen Eropa terhadap umat muslim pada waktu Perang Salib (1099). Selain itu, mereka juga menuntut supaya orang-orang Kristen dihukum dengan hukuman yang setimpal. Akhirnya, Shalahuddin menemukan jalan keluar untuk memuaskan keinginan para prajuritnya. Lalu, ia menetapkan kebijakan kepada penduduk Jerusalem untuk membayar uang tebusan. Kebijakan ini berlaku untuk seluruh populasi kota didasarkan pada skala naik turun. Artinya, orang-orang yang memiliki nilai lebih (status sosial tinggi) harus membayar lebih banyak daripada orang-orang yang berstatus sosial rendah. Sedangkan, orang-orang yang berstatus sosial rendah hanya diwajibkan membayar sesuai dengan kemampuan mereka.
Namun, terlepas dari status sosial mereka, semua warga kota yang mampu mengumpulkan uang tebusan tetap akan dibebaskan oleh Shalahuddin. Sementara itu, orang-orang yang tdak mampu membayar uang tebusan akan diborgol dan dijual di pasar sebagai budak. Dengan begiyu, Jerusalem bisa dikuasai oleh Shalahuddin secara penuh.
Selanjutnya, ia akan membangun kota tersebut dan menyembalikannya kepada kejayaan Islam. Ia pun berencana untuk merestorasi seluruh tempat suci dan memperbaiki sarana-sarana publik. Selain itu, ia juga akan membangun kembali benteng kota tersebut.
Pada 2 Oktober 1187, Shalahuddin memasuki Jerusalem. Saat itu, proses evakuasi di kota tersebut masih terus berlangsung. Maka, Shalahuddin pun tidak mengumbar suka-cita karena ia justru ikut larut dalam kesedihan.
Kemurahan hati Shalahuddin, dimanfaatkan oleh elit politik dan emuka agama Kristiani untuk menimbun kekayaan. Mereka tidak membayarkan uang tebusan untuk masyarakat miskin. Dengan demikian, pihak gereja lebih memilih memperkaya diri daripada membebaskan orang-orang yang lemah dari penderitaan mereka.
Melihat keadaan ini, para petinggi pasukan shalahuddin memaksa shalahuddin untuk melanggar kebijakan yang telah ia tetapkan. Mereka mengusulkan supaya Shalahuddin menghukum para pelaku penyalahgunaan tersebut dan membebaskan orang-orang miskin Jerusalem.
Di satu sisi, tindakan para pemuka gereja yang mengabaikan umatnya memang sangat mengganggu dan mengusik kehormatan Shalahuddin. Sebab, ia merasa sangat kasihan kepada para janda dan anak-anak dari para pejuang Kristen yang gugur di medan pertempuran. Sehingga, ia ingin membebaskan mereka tanpa uang tebusan. Bahkan, ia juga akan membebaskan warga miskin lainnya tanpa uang tebusan.
Namun, di sisi lain, shalahuddin adalah seorang sultan yang harus menepati janjinya. Maka, Shalahuddin pun menjelaskan kepada para petinggi pasukannya bahwa ia harus menaati kesepakatan yang sudah ia capai dengan pihak Balian. Oleh karena itu, ketika warga kota sudah tidak ada yang bisa mengumpulkan uang tebusan, Shalahuddin harus menyaksikan pasukannya menggiring 8ribu masyarakat miskin Jerusalem menuju perbudakan dengan penuh rasa penyesalan.
Pendudukan Shalahuddin terhadap Jerusalem membuktikan sifat sejati. Yaitu, sifat yang penuh perhatian, welas asih dan pengabdian terhadap Islam. Ia menentang keinginan para prajuritnya untuk mengancurkan Gereja Makam Agung maupun tempat peribadatan Kristiani lainnya. Bahkan, ketika orang-orang Yahudi dianiaya dan diusir oleh orang-orang Frank, ia mempersilahkan mereka kembali ke Jerusalem dengan ramah.
Kemudian. Shalahuddin merestorasi dan memperbarui masjid Al-Aqsa. Tentu saja, hal ini merupakan berita yang menggembirakan umat muslim di seluruh dunia. Akan tetapi, tidak semua niat baik akan mendatangkan hasil yang baik pula. Karena semasa evakuasi warga kota, ia tidak mencegah aliran kekayaan Jerusalem ke luar kota, Shalahuddin telah kehilangan sejumlah uang yang justru ia butuhkan untuk membangun Jerusalem yang baru.
Selain itu, keputusannya untuk melepaskan Balian merupakan sebuah kesalahan yang berakibat fatal. Sebab, sang musuh justru menjadi bebas berkeliaran dan menciptakan huru-hara. Bahkan sebuah pertanda buruk yang lain juga sedang menggelayuti kemenangan Shaalahuddin di Jerusalem.
Saat Shalahuddin sibuk merestorasi Jerusalem, benteng pertahanan orang-orang Kristen di Tyre semakin hari semakin kuat. Para pengungsi banyak berdatangan sehingga suplai logistik pun masuk ke sana. Bahkan, Tyre mulai menjadi titik sentral dari perlawanan dan serangan balik pasukan Frank.
Dengan begitu, kota-kota lain pun menjadi terinspirasi untuk memperkukuh dan mempersiapkan pertahanan mereka secara maksimal. Selain itu, strategi Shalahuddin semakin transparan sehingga musuh-musuhnya dapat mempersiapkan langkah untuk mengantisipasinya. Shalahuddin memang telah memenangkan Jerusalem, namun ia justru kehilangan inisiatifnya.

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

4 comments:

  1. Mantab sekali gan artikel-artikelnya. Nambah pengetahuan saya

    ReplyDelete
    Replies
    1. sip om terima kasih sudah mampir di blog sederhana saya hehe

      Delete
  2. Semangat gan bikin artikelnya.

    ReplyDelete