REVOLUSI AMERIKA

September 26, 2017 0 Comments

A.      Latar Belakang
Saat ini Amerika Serikat disebut negara adikuasa. Pegaruhnya tersebar diberbagai pelosok duia. Dapat dikataka bahwa dalam setiap persoalan dunia, Amerika Serikat turut berperan. Indonesia pun pernah merasakannya.
Negara Amerika Serikat berdiri pada tahun 1776. Pada waktu itu, wilayahnya belum seluas yang sekarang. Sebelum berdiri sebagai negara merdeka, daerah itu merupakan kolono-koloni di bawah kekuasaan Inggris. Jumlah koloninya tiga belas buah. Koloni-koloni yang terletak antara pantai timur Amerika Utara sampai Pegunungan Allagheny. Koloni yang pertama berdiri ialah Virginia. Tiga belas koloni itu merupakan wilayah awal Amerika Serikat yang sekarang. Ketiga belas koloni itu adalah New Hampshire, Massachusetts, Rhode Island, Connectuct, New York, New Jersey, Pensylvania, Delaware, Maryland, Virginia, North Carolina, South Carolina dan Georgia.

                                                           Koloni Amerika

Penduduk koloni itu sebagian besar keturunan imigran Inggris. Mereka berimgrasi ke Amerika pada abad ke-17 untuk mencari kehidupan yang lebih baik dan mencari kebabasan dalam menjalankan agama dan berpolitik. Pada masa itu, di Inggris sering terjadi pertentangan agama.
Penduduk tiap-tiap koloni mengatur kehidupan masyarakatnya masing-masing. Mereka membentuk pemerintahan, mendririkan dewan perwakilan dan memilih orang yang akan memimpin. Mereka menanamkan diri Orang Amerika. Hubungan mereka dengan Inggris semakin lama semakin renggang.
Inggris memberlakukan daerah koloni itu sebagai daerah jajahan. Di tiap-tiap koloni diangkat seorang gubernur untuk menjalankan pemerintahan atas nama raja Inggris. Parlemen Inggris mengeluarkan berbagai peraturan yang oleh penduduk koloni dianggap membatasi kebebasan mereka. Apalagi, peraturan-peraturan itu dibuat dengan tidak dibicarakan terlebih dahulu dengan dewan-dewan perwakilan koloni.
Salah satu tradisi Amerika adalah kebebasan pers. Sejak tahun 1704, di Massachusetts telah terbit surat kabar yang kemudian diikuti oleh koloni-koloni lainnya. Di New York pada tahun 1733 terbit sebuah surat kabar bernama New York Weekly Journal. Surat kabbar ini bersikap oposisi terhadap pemerintah Inggris. Salah seorang wartawannya yang bernama Peter Zenger melakukan kritik terhadap pemerintah. Pemerintah menangkap dan memenjarakan Zenger dengan tuduhan melakukan fitnah. Akan tetapi, seorang pengacara terkemuka membela Zenger dan menyatakan bahwa kritik yang dilakukan oleh Zenger bukanlah fitnah. Dalam persidangan, juri memutuskan bahwa Zenger tidak bersalah dan dibebaskan. Putusan itu merupakan tradisi penegakan prinsip kebebasan pers di Amerika.
Banyak peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah Inggris tidak dipatuhi. Akibatnya, hubungan koloni dengan Inggris menjadi tegang. Ketegangan antara koloni dengan Inggris semakin memuncak setelah Perang Tujuh Tahun (1756-1763) berakhir. Perang itu terjadi antara Inggris dan Prancis. Selain Inggris, Prancis pun mempunyai daerah jajahan di Amerika Utara. Penduduk kedua daerah itu pun terlibat dalam perang. Perang Tujuh Tahun dimenangkan oleh Inggris sehingga daerah jajahan Prancis jatuh ke tangan mereka. Daerah inilah yang sekrang disebut Kanada.
Dalam perang itu koloni-koloni Amerika tidak bayak menyumbangkan tenaganya untuk kemenangan Inggris. Mereka berpendapat bahwa perang itu hanya merupakan pertandingan memperebutkan wilayah Amerika. Selama perang berlangsung, Inggris mengeluarkan banyak biaya. Akibatnya, Inggris mengalami kesulitan keuangan. Apalagi, uang diperlukan untuk menjalankan pemerintahan di daerah yang baru mereka kuasai. Untuk mengatasi kesulitan keuangan, Inggris mengeluarkan berbagai undang-undag dan peraturan mengenai pajak yang harus dibayar oleh penduduk koloni. Udag-undang itu antara lain Undang-Undang Gula (Sugar Act), Undang-Undang Prangko (Stamp Act) dan Undang-Undang Pelayaran (Navigation Act). Gula yang dimasukka ke daerah koloni dikenakan pajak. Barang cetakan seperti surat kabar, kartu judi, surat nikah dan dokumen-dokumen resmi harus dibubuhi pragko yang dikeluarkan oleh pemerintah Inggris. Semua barag dari Eropa yang dimasukkan ke Amerika harus dikapalkan di pelabuhan-pelabuhan Inggris. Kebijakan itu diambil untuk meningkatkan pendapatannya.
Selain memungut pajak diatas, sejak tahun 1733, pemerintah Inggris memasang bea cukai yang tinggi terhadap impor rum dan gula tetes dari daerah-daerah yang bukan milik Inggris. Pemerintah Inggris juga melarang impor minuman keras dari luar negeri. Untuk mendapatkan hasil yang baik, petugas bea cukai diperintahkan untuk bekerja lebih giat. Kapal-kapal perang Inggris di perairan Amerika diperintahkan untuk menangkap penyelundup. Para petugas kerajaan diberikan kekuasaan untuk menggeledah tempat-tempat yang dicurigai.
Selain mengeluarkan berbagai peraturan tersebut, Inggris mengharuskan pula penduduk koloni untuk menyediakan akomodasi dan membiayai pasukan Inggris yang ditempatkan di Amerika. Penempatan pasukan itu dimaksudkan Inggris untuk mempertahakan daerah koloni dari serangan musuh antara lai dari suku-suku Indian.
Berbagai undang-undang dan peraturan yang dipaksakan Inggris itulah yang merupakan latar belakang Revolusi Amerika. Ketiga belas koloni menentang diberlakukannya undang-undang tersebut. Penentangan tersebut terutama dilakukan oleh kelompok penduduk yang paling berpengaruh, seperti wartawan, ahli hukum, pendeta, saudagar dan usahawan.
Untuk menghadapi berbagai peraturan yang dipaksakan itu, Samuel Adam mengemukakan slogan pemungutan pajak tanpa perwakilan. Slogan itu kemudian menarik perhatian banyak orang untuk turut dalam perjuangan kaum patriot Amerika melawan Inggris. Wakil-wakil koloni mengadakan pertemua di Bosto. Mereka sepakat untuk tidak membayar pajak dan memboikot semua barang buatan Inggris. Mereka bersemboyan no taxation without representation (tidak akan membayar pajak tanpa adanya perwakilan di parlemen Inggris). Mereka menuntut agar wakil-wakil koloni didudukkan di dalam parlemen Inggris.
Pada tahun 1765 tokoh-tokoh terkemuka membentuk organisasi Putera Kemerdekaan dan oposisi politik. Massa yang terbakar semangatnya berarak sepanjag jalan di Boston. Dari Massachusetts sampai South Carolina undang-undang dibatalkan. Ada kelompok yang menghancurkan prangko-prangko yang sangat mereka benci.
Peristiwa-peristiwa ini merupakan benih-benih revolusi. Revolusi itu disebut Perang Kemerdekaan Amerika. Melalui Revolusi itu, orang Amerika berjuang untuk membebaskan diri dari kekuasaan Inggris. Pada tahun 1766, parlemen Inggris mengalah dengan mencabut undang-undang prangko dan mengadakan perubahan undang-undang gula.
B.      Perang Kemerdekaan : Kekerasan di Boston
Di Boston setiap campur tangan pemerintah dalam bidang perdagangan menimbulkan tindak kekeran. Ketika tugas pajak mencoba memungut pajak, mereka dikeroyok oleh penduduk. Sehubungan dengan kejadian itu, pemerintha Inggris menugasi dua resimen utuk melidungi para petugas bea dan cukai. Kehadiran pasukan inggris di Boston berlangsung menimbulkan kerusuhan. Pada tanggal 5 Maret 1770 meletuslah kerusuhuan antara penduduk dan tentara. Markas tentara diserbu oleh penduduk. Dalam serbuan itu tiga orang penduduk mati di atas salju.
Kejadian itu oleh penduduk dijadikan alat untuk membangkitkan kebencian kepada Inggris, mereka menamakannya dengan Pembantaian Boston yang dilukiska sebagai bukti kebengisan dan tirani Inggris. Menyadari hal itu, pemerintah Inggris mencabut kembali semua pajak, kecuali pajak teh. Tujuanya adalah menjaga tetap tegaknya hak mereka.
Meskipun sebagian besar pajak telah dikuragi, masih ada patriot yang menentang pungutan pajak teh. Seorang pemimpin mereka yang sangat berpengaruh dan gigih menentang hal itu adalah Samuel Adams.
Pada bulan Desember 1773 terjadi peristiwa yang disebut Boston Tea Party (pesta Teh Boston). Di pelabuhan Boston berlabuh beberapa kapal Inggris bermuatan teh. Inggirs mengharuskan penduduk Boston membayar bea masuk. Pada tanggal 16 Desember 1773 malam, beberapa orang penduduk Boston memasuki kapal dan membuang ratusan peti teh ke laut.

                                                          Boston Tea Party

Pemerintah Inggris mengutuk Pesta teh Boston. Inggris mengecam perbuatan itu sebagai perbuatan para berandalan. Inggris membalas tindakan itu dengan memblokade pelabuha Boston. Blokade tidak akan dicabut sebelum penduduk Boston membayar harga teh yag mereka buang itu.
Blokade terhadap Boston itu mempersatukan orang-orang Amerika. Mereka membentuk badan yang disebut Kongres Kontinental yang berkedudukan di Philadelpia. Kongres Kontinental inilah yang berfungsi sebagai badan pemerintahan selama Perang kemerdekaan Amerika berlangsung.
Perang meletus ketika pasukan Inggris menyerang Lexington dan Concord (dikenal dengan istilah Lexington-Concord Raid) pada bulan April 1775. Serangan itu berakhir dengan kegagalan. Perang menjalar ke tempat-tempat lain.
Untuk menghadapi perang, Kongres Kontinental bersidang di Philadelphia. Kongres mengangkat George Washinton sebagai panglima pasukan Amerika. Ia sudah berpengalaman sebagai komandan pasukan milisi Virginia dalam Perang tujuh Tahun. Pasukan yang dipimpin Washington itu adalah tentara rakyat yang kurang terlatih dan kurang berpengalaman. Sebaliknya, Inggris memiliki pasukan yang kuat dan berpengalaman dalam berbagai pertempuran. Inggris mempunyai pula angkatan laut yang memblokade pelabuhan-pelabuhan Amerika dan mengirimkan bantuan untuk pasukan yang beroperasi di darat. Akan tetapi, pasukan Amerika lebih mengenal medan. Semangat mereka tinggi karena mereka berjuang untuk mencapai kemerdekaan.
Pertempuran dimenangkan silih berganti oleh pasukan Inggris dan Amerika. Pada bulan Mei 1775, pasukan Inggris mengalamai kekalahan dalam pertempuran di Ticonderoga dan Bunker Hill. Sebagian besar senjata mereka jatuh ke tangan pasukan Amerika. Bahkan, mereka terpaksa meninggalkan Boston. Sebaliknya, pasukan Amerika mendapat pukulan hebat dalam pertempuran di sekitar New York sehingga semangat mereka menurun. Namun, Washington berhasil membangkitkan kembali semangat pasukannya. Di tengah amukan badai pada malam Natal 1776, ia memimpin pasukannya menyeberangi Sungai Delaware yang sedang tertutup salju dan esoknya pasukan itu berhasil mengalahkan pasukan Inggris di Trenton.
Sementara itu, peralatan perang yang dibeli Amerika di Eropa mulai datang. Bersamaan dengan itu, datang pula pasukan Prancis di bawah pimpinan Jenderal Lafayette untuk membantu pasukan Amerika. Prancis mengirim pasukannya karena ingin membalas dendam terhadap Inggris atas kekalahan yang dideritanya dalam Perang tujuh tahun. Selain itu, Prancis ingin pula membuka hubungan dagang dengan Amerika.

                                                     Pengepungan Yorktown

Philadelphia, ibu kota sementara Amerika, jatuh ke tangan Inggris pada bulan September 1777. Namun, pada bulan Oktober 1777, pasukan Amerika memperoleh kemenangan yang cukup berarti di Saratoga. Komandan pasuka Inggris, Jenderal Burgoyne, beserta 5.700 anggota pasukannya menyerah. Sejak kemenanga itu, hubungan antara Amerika dan Prancis semakin erat. Akan tetapi, perang belum berhenti seluruhnya. Di berbagai tempat pertempuran masih berlangsung. Dengan bantuan pasukan Prancis, pasukan Amerika melancarkan serangan besar-besaran. Pada tanggal 19 Oktober 1781, panglima pasukan Inggris, Jenderal Cornwallis, bersama 8.000 anggota pasukannya menyerah kepada Jederal Washington di Yorktown.
Kekalahan di Yorktown sangat mempengaruhi sikap pemerintah Inggris. Sisa-sisa pasukan Inggris diperintahkan meninggalkan Amerika. Pemerintah Inggris mengirim utusan menemui Benjamin Frankli, wakil Amerika di Paris, utuk membicaraka perdamaian. Utusan lain dikirim pula ke Amerika. Sesudah itu, diadakan perundingan yang akhirnya melahirkan Perjanjian Paris. Perjanjian itu ditandatangani pada tanggal 3 September 1783. Isinya yang paling penting ialah pengakuan Inggris terhadap kemerdekaan Amerika.
                                                      Pertempuran Yorktown

C.      Deklarasi Kemerdekaan
Kemerdekaan Amerika sudah diproklamasikan oleh Kongres Kontinental di Philadelphia pada tanggal 4 Juli 1776, pada saat perang masih berlangsung. Naskah pernyataan kemerdekaan (Declaration of Independence) disusun oleh sebuah tim di bawah pimpinan Thomas Jefferson. Dalam deklarasi ini dinyatakan bahwa semua orang dilahirkan sama derajatnya dan memiliki hak asasi yang sama dan tidak dapat diganggu gugat. Hak asasi itu, antara lain adalah hak untuk hidup, hak untuk merdeka dan hak untuk mencari kebahagiaan.

 
Deklarasi Kemerdekaan Amerika diserahkan kepada Kongres Kontinental

Pikiran orang amerika dipengaruhi pula oleh karangan Tomas Paine yang berjudul Common Sense (Pikiran Sehat). Dalam karangan itu, Paine menuduh Raja Inggris bertanggung jawab atat tindakan jahat yang dilakukan oleh Inggris di daerah koloni. Raja seperti itu tidak layak dihormati. Paine mengatakan bahwa sudah tiba waktunya  bagi penduduk koloni membebaskan diri dari kekuasaan Inggris. Bila kemerdekan diperlambat, keadaan akan bertambah sulit. Di bagian lain dikatakannya bahwa tidak masuk akal bila sebuah pulau memerintah sebuah benua.
Dengan Deklarasi Kemerdekaan itu, tiga belas koloni Inggris di Amerika secara tegas memutuskan hubungan dengan Inggris dan mendirikan negara merdeka yang disebut (United States of America (Amerika Serikat). Koloni lain yakni Kanada tetap setia kepada Inggris. Sampai sekarang, Kanada masih terikat dengan sebagai anggota negara-negara persemakmuran.
Pada mulanya, kekuasaan pemerintah dijalankan oleh Kongres Kontinental. Barulah pada tahun 1787 disusun undang-undang dasar (konstitusi). Undang-undang dasar itu disahkan Kongres paada tahun 1788 dan pada bulan Februari 1789 George Washington terpilih sebagai presiden. Dialah presiden pertama Amerika Serikat. Tiga belas koloni yang memberontak terhadap Inggris itu menjadi negara bagian Amerika Serikat. Jumlah negara bagian bertambah. Saat ini, Amerika Serikat terdiri atas lima puluh negara bagian.
                                             George Washington

Pengalaman bangsa Indonesia di bawah penjajahan Belanda tidak jauh berbeda dengan pengalaman bangsa Amerika di bawah kekuasaan Inggris. Pada waktu yang hampir bersamaan dengan Revolusi Amerika, di Indonesia pun terjadi perjuangan untuk melepaskan diri dari penjajahan. Di Jawa tengah muncul perlawanan Mas Said dan Pangeran Mangkubumi da di Maluku berkobar perlawanan yang dipimpin oleh Sultan Nuku.
1.       Catatan :
 Kemerdekaan Amerika diproklamirkan oleh sebuah lembaga, yakni Kongres Kontinental. Kemerdekaan Indoesia dirpoklamasikan oleh dua tokoh nasional yakni Soekarno dan Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia.
2.       Amerika berperang melawan bangsa yang menjajahnya sebelum kemerdekaan diproklamasikan. Indonesia berperang melawan bangsa yang menjajahnya setelah kemerdekaan diproklamasikan.
3.       Undang-Undang Dasar Amerika disusun beberapa tahun sesudah kemerdekaan diproklamasikan. Undang-undang dasar negara kita, Undang-Undang Dasar 1945 disusun sebelum kemerdekaan diproklamasikan.

4.       Revolusi Amerika berpengaruh terhadap bangsa-bangsa yang masih terjajah. Semangat revolusi itu, yakni semangat melepaskan diri dari penjajahan, mengilhami perjuangan bangsa-bangsa terjajah itu. Deklarasi Kemerdekaan Amerika, khususnya mengenai hak-hak asasi manusia, besar pula pengaruhnya. Deklarasi itu antara lain mempengaruhi Revolusi Prancis

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 Comments: