Al-Zarqali (Astronom Andal Andalus)

October 09, 2017 1 Comments


Arzachel, begitulah masyarakat Barat biasa menyebut Al-Zarqali, seorang astronom muslim legendaris dari andalusia. Kontribusinya bagi pengembangan astronomi modern sungguh sangat besar. Ia tak hanya menciptakan peralatan astronomi berteknologi, namun juga sederet teori penting. Tak heran, jika masyarakat astronomi modern mengabdikan namanya di salah satu kawah bulan. Ia tercatat sebagai salah satu dari 24 ilmuwan muslim yang diakui dunia sains modern. Al-Zarqali merupakan salah satu ilmuwan yang lahir dari era kejayaan Islam di Spanyol alias Andalusia.
Sejatinya, Al-Zarqali bernama lengkap Abu Ishaq Ibrahim Ibnu Yahya al-Zarqali. Di dunia Islam, ia juga dikenal dengan nama Al-Zarqalluh atau Al-Zarqallah. Ia dilahirkan di Toledo, Andalusia, pada tahun 1029 M. Al-Zarqali tumbuh besar ketika kejayaan peradaban Islam di Andalusia berada di tebing kehancuran.
Saat itu, Andalusia diserang oleh pasukan Kristen dari berbagai penjuru. Pada akhir abad ke-11 M, pusat peradaban Islam di Eropa itu nyaris jatuh dikuasai oleh pasukan Kristen. Untungnya, pasukan tentara Dinasty Murabbitun dari Maroko berhasil mematahkan serangan musuh.
Setelah kekuasaan Dinasti Murabbitun berakhir, peradaban Islam di Andalusia masih sempat bersinar selama 2 abad hingga pertengahan abad ke-13 M. Jauh sebelum Al-Zarqali menjelma menjadi seorang ilmuwan terpandang di Andalusia, peradaban Islam di wilayah itu telah memiliki sederet saintis fenomenal, seperti Ibnu Firnas (yang wafat pada tahun 887 M), penemu pesawat terbang; Az-Zahrawi (pada tahun 936-1013 M), seorang dokter bedah; Ad-Dinawari, seorang ahli botani; serta Al-Majriti (yang wafat pada tahun 1007 M), yang sekaligus sebagai seorang ilmuwan serba bisa.
Ilmu pengetahuan berkembang pesat di Andalusia karena mendapatkan dukungan dari penguasa. Pada masa kekuasaan Khalifah Al-Hakam II, Andalusia memiliki sekitar 70 perpustakaan umum. Tak hanya Sains yang berkembang, kota-kota di Andalusia pun menjelma menjadi metropolitan terkemuka. “saat itu, Andalusia merupakan kota paling berperadaban di Eropa,” ujar T. Burckhardt (pada tahun 1972) dalam bukunya Moorish Culture in Spain.
Perkembangan ilmu astronomi pada era Kekhalifahan Umayyah Spanyol mencapai ppuncaknya pada abad ke-11 dan 12 M. Ibnu Haitham menjadi salah seorang astronom asal Andalusia yang pertama kali mengubah konfigurasi Ptolemeus.
Pada akhir abad ke-11M, Al-Zarqali alias Arzachel menjadi astronom kebanggaan peradaban muslim di Andalusia. Ia menemukan bahwa orbit planet itu adalah edaran eliptik, bukan edaran sirkular. Selain itu, ada pula astronom lainya, seperti Ibu Bajjah dan Nur ad-Din al-Betrugi alias Alpetragius, yang mengusulkan model-model planet baru.
A.   Kehidupan Al-Zarqali
Barron Carra de vaux (pada tahun 1921 ) dalam bukunya bertajuk Les Penseurs de I’Islam menyebut Al-Zarqali dengan panggilan An-Nekkach atau pemahat logam. Sebelum dikenal sebagai seorang astronom, Al-Zarqali memulai kariernya sebagai seorang mekanik dan pembuat kerajinan dari logam. Kemahirannya sebagai seorang mekanik membuatnya dipercaya untuk menjadi pegawai Ibnu Said di Toledo.
Pada tahun 1060 M, Al-Zarqali membuat peralatan observatorium astronom yang didedikasikan untuk Yahya ibnu Abi Mansur. Awalnya, Al-Zarqali memang menciptakan peralatan untuk para ilmuwan lain. Karya ciptanya yang luar biasa akhirnya mengundang ketertarikan dari ilmuwan lainnya.
“Para ilmuwan lain akhirnya mengakui kehebatan intelektualitas Al-Zarqali. Al-Zarqali terbilang unik. Ia adalah seorang saintis muslim legendaris yang tak pernah belajar secara formal. Bahkan, pada awalnya, Al-Zarqali nyari tak pernah membaca buku, bahkan memegang buku sekalipun.
“Kalangan ilmuwan yang kagum terhadap karya-karya Al-Zarqali kemudian mendorongnya untuk belajar. Mereka memberinya banyak buku. Al-Zarqali pun belajar secara otodidak,” papar Barron Carra de Vaux. Dua tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1062 M, Al-Zarqali menjadi anggota kumpulan para ilmuwan di Andalusia,” ungkap Juan Vernet dalam Dictionary of Scientific Biography.
Setelah mengajarkan dirinya dengan para ilmuwan lainnya, Al-Zarqali tak lagi menciptakan peralatan untuk saintis lain. Sang saintis mulai menciptakan penemuannya sendiri. Bahkan, Al-Zarqali pun mengajarkan ilmu otodidak yang dikuasainya. Sejak saat itulah, ia dikenal sebagai ilmuwan terkemuka di Andalusia.
Salah satu penemuan Al-Zarqali yang paling fenomenal adalah pembuatan jam di Toledo. Jam yang diciptakannya itu masih bisa digunakan hingga tahun 1135 M. Penemuannya ini menarik perhatian Raja Alphonso IV. Secara khusus, Raja Alphonso IV mencari tahu mengenai cara kerja jam yang diciptakan oleh Al-Zarqali tersebut.
Selain berhasil menciptakan jam air yang sangat mengagumkan, Al-Zarqali juga mampu membuat astrolab paling canggih dan akurat. Astrolab yang diciptakannya tergolong paling bagus di antara astrolab lain yang dibuat sebelumnya dan pada masa itu, astrolab tersebut bisa digunakan untuk beragam keperluan. Astrolab ciptaan Al-Zarqali dapat digunakan untuk mengamati siklus zodiak. Selain itu, astrolab ini juga bisa didesain secara khusus untuk mengukur garis lintang dan memproyeksikan letak ekuator. Teknologi astrolab yang dibuatnya juga mampu menentukan jam atau waktu.
Al-Zarqali begitu populer di dunia Barat. Selama berabad-abad, karyanya yang fenomenal, yakni Tabel Toledo, sangat dikagumi oleh masyarakat Kristen Barat. Hasil buah pikiranya itu amat berpengaruh bagi masyarakat Barat. Kemudian, karyanya ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard of Cremona. Karya tersebut mampu bertahan selama lebih dari dua abad.
Pengaruh Al-Zarqali yang begitu kuat itu membuat tabel-tabel astronomi lainnya di Eropa didasarkan pada hasil pengukuran Al-Zarqali. Tabel Marseilles yang didasarkan pada Tabel Toledo buatan Al-Zarqali juga diadaptasi ke Meridian London, Paris dan Pisa.
Raymond dari Marseilles merupakan salah seorang yang pertama kali mengadaptasi tabel Al-Zarqali di Eropa, yakni kota Marseilles. Leopold dari Austria juga tercatat sebagai astronom Austria yang juga terpengaruh oleh pemikiran Al-Zarqali. Tak Cuma itu, Tablas Alfonsinas yang dibuat oleh Alfonso juga didasarkan pada hasil kerja Al-Zarqali.
AL-Zarqali tutup usia pada tahun 1087 M. Meskipun begitu, buah pikir dan karya-karyanya telah memberi inspirasi kepada ilmuwan lainnya, terutama di Eropa. Peradaban Islam masa kini sudah seharusnya menumbuhkan kembali semangat dan perjuangan hidup Al-Zarqali.
B.    Kontribusi sang Astronom
Selain berhasil menemukan fakta bahwa orbit planet itu adalah edaran eliptik, bukan edaran sirkular, Al-Zarqali juga mampu mengoreksi data geografis yang dibuat oleh Ptolemeus. Secara khusus, ia mengoreksi panjang Laut Mediterania. Al-Zarqali juga dapat menemukan sejumlah fakta penting terkait rahasia langit, seperti planet, bintang, bulan dan matahari.
Penemuan-penemuan yang diciptakan oleh Al-Zarqali ditulis dalam kitab berjudul As-Safiha al-Zarqaliya alias Azafea. Dalam risalah itu tercatat sejumlah penemuannya, seperti astrolab universal, tabel 29 bintang dan lain-lain. Al-Zarqali dikenal sebagai seorang ilmuwan yang mampu menggabungkan kemampuan teknik dengan teoretis.
Dalam catatannya, Al-Zarqali mengungkapkan adanya observatorium yang dibangun oleh peradaban Islam di Toledo dan Kordoba. Observatorium yang dibangun di bawah kekuasaan Dinasti Umayyah Spanyol itu diyakini telah menggunakan peralatan astronomi yang tercanggih pada zamannya. Beberapa di antaranya merupakan ciptaan Al-Zarqali.
Al-Zarqali juga tercatat telah menemukan salah satu peralatan komputer analog pada era kejayaan Islam. Arzachel, demikian orang Barat biasa menyebut Al-Zarqali, berhasil menemukan equatorium; alat penghitung bintang. Peralatan komputer analog lainnya yang dikembangkan oleh Al-Zarqali bernama saphaea. Inilah astrolab pertama universal latitude-independent. Astrolab itu tak bergantung pada garis lintang pengamatnya dan bisa digunakan dimana pun di seluruh dunia


Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

1 comment: