Gajah Mada Mulai Meniti Karier Militer

August 01, 2019 0 Comments


Pada artikel sebelumnya saya telah mengupas sedikit tentang masa-masa awal kehidupan Gajah Mada. pada artikel ini saya akan sedikit mengupas sedikit perjalanan karier seorang Mahapatih bernama gajah Mada

Terlepas dari misteri mengenai asal-usulnya, Gajah Mada tetap diakui oleh para sejarawan sebagai toko yang memiliki kemampuan luar biasa. Ia diyakini tampil di ranah kekuasaan berkat kecerdikan, keberanian dan kesetiaannya terhadap Prabu Jayanegara. Pada tahun 1319, ia menjabat sebagai begelen atau kepala pasukan bhayangkara (pasukan pengawal raja dan keluarga istana), dalam mengatasi pemberontakan yang dilakukan oleh Ra Kuti.
Saat Ra Kuti berhasil menduduki ibu kota Majapahit, Gajah Mada segera mengambil langkah pengamanan terhadap Prabu Jayanegara dan keluarga istana dengan mengungsikan mereka ke Bedander. Setelah menemukan tempat persembunyian yang aman bagi sang Raja dan keluarga istana, Gajah Mada kembali ke ibu kota dan menyebarkan rumor bahwa Jayanegara telah terbunuh.
Berkat isu yang ia sebarkan, gajah Mada berhasil menyelidiki bahwa petinggi istana yang terkejut dengan kabar yang dibawanya. Maka, Ra Kuti pun serta merta menjadi tokoh yang tidak populer di mata teman sejawatnya dan masyarakat. Selain itu, gajah Mada juga berhasil menyingkap fakta bahwa sesungguhnya Raja Jayanegara masih memiliki banyak pengikut setia. Oleh karena itu, Gajah Mada merencanakan sebuah upaya untuk menumpas pemberontakkan Ra Kuti secara diam-diam. Akhirnya, ia berhasil membunuh Ra Kuti dan mendudukkan Raja Jayanegara pada posisinya semula. Karena jasanya tersebut, ia diangkat sebagai Patih Daha sekaligus merangkap sebagai Patih Jenggala (posisi ini kelak akan menjadikan dirinya sebagai bagian dari jajaran elit penguasa). Peristiwa ini menegaskan pendapat Empu Prapanca, seorang pujangga dan sejarawan istana, yang menggambarkan bahwa Gajah Mada sebagai orang yang cerdik, piawai dalam berbicara, jujur dan berpikiran bijak.
Namun, kesetiaan Gajah Mada kepada Prabu Jayanegara memudar setelah sang raja merebut istrinya untuk dijadikan sebagai selir. Maka, pada tahun 1328, ketika Jayanegara jatuh sakit, Gajah Mada memerintahkan Ra Tancha, tabib istana, untuk membunuh sang raja melalui tindakan operasi. menyusul mangkatnya sang raja, Ra Tancha pun dipersalahkan dan dieksekusi oleh Gajah Mada secara langsung.
Selanjutnya, posisi Prabu Jayanegara pun digantikan oleh adik tirinya yang bernama Tribhuwana Tungga Dewi Jayawisnu Wardhani. Terkait dengan pengangkatan Tribhuwana Tungga Dewi sebagai Ratu Majapahit, ada sebagian kalangan yang menyebutkan bahwa Gajah Mada adalah toko penting di balik peristiwa tersebut.
Dalam perspektif ini, setidaknya ada dua alasan Gajah Mada untuk menjadikan saudara tiri Prabu Jayanegara tersebut sebagai Ratu Majapahit. Pertama, ia khawatir jika tahta Majapahit akan jatuh ke tangan Arya Damar, keturunan Raden Wijaya dari istri yang berasal dari Jambi. Kedua, bisa jadi, ia berpikiran bahwa dengan kekuasaan tertinggi di Majapahit berada di tangan seorang ratu, maka akan semakin besar peluangnya, selaku Patih Daha dan Jenggala, untuk memiliki kendali yang lebih luas dalam menetapkan kebijakan-kebijakan Majapahit. Namun, tidak ditemukan banyak bukti yang menguatkan adanya campur tangan Gajah Mada dalam hal ini.
Akan tetapi terlepas dari adanya keterlibatan Gajah Mada dalam pengangkatan Tribhuwana Tungga Dewi ataupun tidak, sejarah telah mencatat bahwa pada masa pemerintahan Ratu Tribhuwana Tungga Dewi (1328-1350), Gajah Mada muncul sebagai tokoh paling berpengaruh dan berkuasa di Majapahit. Karena Aryo Tadah (Empu Krewes) menderita sakit, ia mengundurkan diri sebagai Patih Majapahit. Kemudian, Gajah Mada pun dipromosikan oleh Aryo Tadah untuk menggantikan posisinya.
Namun, Gajah Mada tidak menyetujui permintaan Aryo Tadah tersebut secara langsung. Sebab, terlebih dahulu, ia ingin memberikan sebuah pengabdian kepada Majapahit (sebagai semacam ujian kelayakan untuk membuktikan bahwa ia memang pantas menduduki tersebut) dengan cara menumpas pemberontakan yang telah meletus di Sadeng dan Keta. Oleh karena itu, ia segera mengirimkan pasukan militer ke daerah di kawasan timur Pulau Jawa tersebut.
Akan tetapi, salah seorang menteri Majapahit bernama Ra Kembar berusaha menghalangi usahanya untuk masuk ke Sadeng. Selanjutnya, berkat kegigihan pasukan Gajah Mada, blokade ini dapat dipatahkan. Kemudian, ia beserta pasukannya menumpas pemberontakan sehingga Sadeng dan Keta pun kembali berada di bawah kekuaaan Majapahit.
Keberhasilan Gajah Mada dalam menumpas pemberontakan di Sadeng dan Keta tersebut seperti sebuah de javu yang menjadikan Majapahit kembali berutang budi padanya sebagaimana keberhasilannya dalam memadamkan pemberontakan Ra Kuti pada masa lalu. Dari kedua peristiwa tersebut, dapat dilihat kepiawaian taktik dan strategi gajah Mada. Saat menumpas pemberontakan Ra Kuti, ia menerapkan taktik politik, sedangkan untuk memadamkan pemberontakan yang terjadi di Sadeng dan Keta, ia menerapkan strategi militer.

Sumpah Palapa

Pada waktu Gajah Mada kembali ke ibu kota Majapahit, ia pun langsung ditunjuk sebagai Mahapatih Majapahit. Saat inilah, ia diriwayatkan mengangkat sumpah di hadapan Dewan Menteri Kerajaan Majapahit bahwa ia tidak akan menikmati palapa atau rempah-rempah dan bumbu (yang juga diartikan sebagai kenikmatan duniawi), sebelum ia berhasil menaklukkan seluruh kepulauan nusantara di bawah panji Majapahit. Selanjutnya, sumpah itu dikenal dengan nama “Sumpah Palapa” yang tercantum dalam kitab Negarakertagama. Adapun bunyi sumpah tersebut adalah sebagai berikut:
“Sira Gajah Mada, pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada, lamun buwas kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompu, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik samana ingsun amukti palapa”.
Medengar sumpah ini, Ra Kembar dan para menteri lainnya, seperti Ra Banyak, jabang Terawas, dan Lembu Peteng justru mengolok-olok Gajah mada. Sebagai orang yang “besar mulut”. Maka, setelah meminta persetujuan sang ratu, Gajah Mada pun melengserkan Ra Kembar dan para pengikutnya dari jabatannya di istana. Bahkan, beberapa cacatan sejarah menyebutkan bahwa peengseran tersebut juga ditindaklanjuti dengan tindakan eksekusi terhadap Ra kembar dan Ra Banyak oleh Gaja Mada.

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 Comments: