LAHIRNYA NEGARA-NEGARA FASIS
Negara fasis adalah negara yang
menjalankan kekuasaan pemerintah dengan cara diktator. Rakyat tidak bebas
mengeluarkan pendapat. Negara-negara itu mengembangkan perasaan nasionalisme
yang berlebih-lebihan. Paham fasis lahir dan berkembang di Italia dan Jerman.
Di Jepang berkembang paham yang mirip dengan fasisme, yakni militerisme.
A.
Fasisme Italia
Dalam Perang Dunia I, Italia
memihak Blok Sekutu. Negara ini banyak mengalami kerusakan akibat perang. Akan tetapi,
pampasan perang yang diterimanya sangat sedikit dan tidak cukup untuk
memperbaiki kerusakan-kerusakan itu. Ekonomi hancur sehingga kemiskinan dan
pengangguran merajalela. Akibatnya, kerusuhan terjadi di berbagai tempat.
Pemerintah tidak sanggup mengatasinya.
Dalam keadaan kacau itu, muncul
Partai Fasis di bawah pimpinan Benito
Mussolini. Anggotanya sebagian besar
adalah para veteran Perang Dunia I. Pada tahun 1922, partai ini berhasil
menguasai pemerintahan. Musollini diangkat menjadi perdana menteri dan diberi
gelar II Duce (Sang Pemimpin).
Mussolini membangkitkan patriotisme dan kebanggan rakyat Italia terhadap
negaranya. Kebesaran dan kejayaan Italia pada masa lalu diagung-agungkan.
Benito Mussolini
Partai Fasis menjalankan kekuasaan
dengan tangan besi. Golongan penentang ditindas. Semua kegiatan masyarakat
harus ditujukan untuk kepentingan partai. Rakyat harus rela mengorbankan
segala-galanya untuk kepentingan bangsa dan tanah air. Dibawah pimpinan
Mussolini, Italia berkembang pesat. Angkatan perang diperbesar dan diperkuat.
Italia menjalin kerja sama dengan Jerman yang juga berpaham Fasis.
Italia berambisi menguasai Laut
Tengah, seperti yang dilakukan Imperium Romawi pada masa lalu. Dalam rangka
itulah, pada tahun 1935 pasukan Itali menduduki Ethiopia. Empat tahun kemudian,
Albania pun diduduki. Bersama dengan Jerman, Italia juga membantu Jenderal
Franco merebut kekuasaan di Spanyol
Sebelum Perang Dunia I, Italia bersekutu
dengan Jerman. Pada waktu terjadi Perang Dunia I, Italia bermusuhan dengan
Jerman. Setelah Perang Dunia I berakhir, kedua negara ini bersekutu lagi.
B.
Fasisme Jerman
Akibat Perang Dunia I, Jerman
sangat menderita. Negara ini harus membayar pampasan perang dalam jumlah yang
sangat besar, sedangkan sumbersumber ekonominya hancur. Perekonomian
morat-morit dan inflasi mengganas. Rakyat Jerman menuduh pemerintahnya terlalu
lemah menghadapi Serikat. Oleh karena itu, di beberapa tempat timbul gerakan
menentang pemerintah. Di Munchen meletus pemberontakan di bawah pimpinan Adolf Hitler, tetapi gagal. Hitler
ditangkap dan dipenjarakan. Dalam penjara, ia menulis buku Mein Kampf (Perjuanganku).
Adolf Hitler
Setelah keluar dari penjara,
Hitler mendirikan partai, yaitu Partei
National Sozialistische, disingkat NAZI. Pada tahun 1933, NAZI memperoleh
kemenangan dalam pemilihan umum. Hitler diangkat menjadi perdana menteri.
Setelah Presiden Jerman meninggal dunia, kekuasaan Hitler bertambah besar
sehingga seluruh kekuasaan terpusat di tangannya. Ia disebut Fuhrer (Pemimpin).
Hitler membangkitkan rasa bangga
rakyat Jerman sebagai ras Aria yang disebutnya bangsa berdarah murni, bangsa
yang dipertuan. Ras Aria harus menguasai bangsa-bangsa lain. Ia mengobarkan
pula perasaan anti-Yahudi sehingga orang Yahudi banyak yang dibunuh dan diusir
dari Jerman.
Hitler mampu membangkitkan semangat militerisme di Jerman
Semangat militerisme Jerman pun
dikobarkannya. Para pemuda dan pelajar dipersatukan dalam organisasi Hitler Jugend (Pemuda Hitler). Mereka
diberi pelatihan kemiliteran. Untuk menindas lawan-lawannya, NAZI mempunyai
polisi rahasia yang disebut Gestapo. Mereka menangkapi orang-orang yang
dicurigai menentang partai, walaupun orang tersebut adalah keluarga sendiri.
Sesudah merasa kuat, Hitler pun
membatalkan Perjanjian Versailles secara sepihak. Jerman tidak mau lagi
membayar pampasan perang. Uang yang seharusnya dibayarkan untuk pampasan
perang, digunakan untuk membangun angkatan perang. Tindakan tersebut dikecam
oleh LBB sehingga Jerman keluar dari LBB.
Hitler menghasut orang-orang yang
tersebar di berbagai negara supaya memberontak terhadap pemerintah yang
menguasai mereka. Orang-orang Jerman di Danzig dihasut agar memberontak
terhadap pemerintah Polandia dan penduduk Sudeten terhadap pemerintah
Cekoslowakia. Pada tahun 1934 daerah Saar digabungkan dengan Jerman dan empat
tahun kemudian Austria dijadikan salah satu Provinsi Jerman.
C.
Militerisme Jepang
Sesudah Perag Dunia I, industri
Jepang semakin berkembang. Industri memerlukan bahan baku seperti minyak,
karet, besi dan timah. Jepang harus mendatangkan bahan-bahan itu dari negara
lain. Hasil industri dipasarkan di luar negeri. Kebutuhan akan bahan baku dan pasar
untuk menjual hasil industri mendorong Jepang untuk menguasai negara-negara
lain. Untuk itu, kekuatan militer diperbesar.
Sejalan dengan semakin besarnya
kekuatan militer, pengaruh kalangan militer pun semakin besar, lebih-lebih
setelah Kaisar Hirohito naik Takhta pada tahun 1926. Ia tidak menyenangi
golongan politik yang dianggapnya sering menggangu jalan pemerintahan.
Tokoh-tokoh politik disingkirkan dari pemerintahan dan diganti dengan
tokoh-tokoh militer. Sejak itu, Jepang menjadi negara militer dan bersifat
imperialis.
Kaisar Hirohito
Jepang membanggakan dirinya sebagai
bangsa yang harus memimpin bangsa-bangsa Asia. Bangsa-bangsa Asia akan
dibebaskan dari penjajahan bangsa Barat dan dipersatukan dalam Kemakmuran
Bersama Asia Timur Raya. Untuk mencapai tujuannya, Jepang berusaha menduduki
negara-negara itu melalui perang. Pada tahun 1933, Jepang menduduki Manchuria
dan 6 tahun kemudian menyerang Cina.
0 Comments: