SANDI TELUR DI SUKAMISKIN
Dua
tahun lamanya Bung Karno mendekam di Penjara Sukamiskin. “Rumah”-nya yang beru,
setelah ia diputus bersalah dalam suatu sidang monumental di jalan Landraad,
Kota Kembang. Dalam, persidangan amar putusan tahun 1930, sejatinya majelis
hakim mengganjar Bung Karno dengan hukuman selama 4 tahun penjara. Putusan
majelis hakim itu sekaligus memindahkan Bung Karno dari Banceuy ke Sukamiskin.
Beda nama, sama penjara.
Akan
tetapi, berkat pembelaan politiknya yang kesohor berjudul “Indonesia
Menggugat”, kasus yang menikam Bung Karno menjadi cepat tersebar hingga ke
negeri Belanda, bahkan hingga ke sejumlah negara di Eropa lainnya. Disana,
banyak ahli hukum memprotes dan mengkritik hukuman atas Bung Karno, yang
notabene tidak berdasar. Terlebih, semua tuduhan jaksa penuntut yang mewakili
pemerintah Hindia Belanda, tak pernah bisa dibuktikan dalam persidangan.
Atas
berbagai protes itulah, Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu, Andries
Cornelies Dirk de Graeff mengubah masa hukuman Bung Karo menjadi dua tahun.
Alhasil, 31 Desember 1931, ia dibebaskan. Pembebasan Soekarno melegakan satu
pihak, tetapi menyesakkan dada pihak yang lain. Kondisi itu tidak hanya terjadi
di dalam negeri, tetapi juga di Belanda sana. Apakah keputusan de Graeff murni
atas pertimbangan keadilan, atau kritik para pengamat hukum di Belanda, tak
pernah terungkap.
Andries Cornelies Dirk de Graeff
Memang
tidak ada konfirmasi yang pasti. Akan tetapi, tidak lama setelah mengubah masa
kurungan Soekarno dari 4 tahun menjadi 2 tahun, jabatan de Graeff yang
disandang sejak tahun 1926 sebagai penguasa tertinggi Hindia Belanda menjadi
goyah. Tak lama kemudian, ia di copot dan sang Ratu menggantinya dengan pejabat
baru, Bonifacius Cornelis de Jonge. Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang baru
dan akrab disapa de Jong ini kemudian melancarkan aksi memperketat gerakan
menuju kemerdekaan. Salah satu yang paling terasa adalah gunting sensor pers
yang makin tajam.
Cornelis de Jonge
Singkatnya,
sebelum Bung Karno dipersilahkan menghirup udara bebas, telah tersebar sebuah
tulisan dengan judul “Saya memulai Kehidupan Baru”. Entah siapa yang melansir
tulisan tadi, tetapi dikesankan seolah-olah Soekarno telah “bertobat” dan tidak
akan melanjutkan aktivitas politiknya.
Sipir
penjara yang melepas Bung Karno hingga ke pintu gerbang Penjara Sukamiskin pun
sempat bertanya, Soekarno, dapatkah tuan menerima kebenaran kata-kata ini?
Apakah tuan betul-betul akan memulai kehidupan baru? Jelas yang dimaksud kepala
sipir itu adalah publikasi tentang “Saya Memulai Kehidupan Baru” tadi.
Atas
pertanyaan sipir penjara, sesaat sebelum mengayun langkah kebebasan, Bung Karno
menghentikan kaki, lalu memegang tiang pintu kebebasan dengan tangan kanan.
Sejenak ia tatap kedua bola mata kepala sipir bule itu dan menjawab, “Seorang
pemimpin tidak berubah karena hukuman. Saya masuk penjara untuk memperjuangkan
kemerdekaan dan saya meninggalkan penjara dengan pikiran yang sama.” Tentulah,
masam muka si sipir penjara tadi.
Begitulah,
seorang Soekarno memegang teguh prinsipnya, sekalipun selama dua tahun, ia
telah melewati siksaan dahsyat, yang terutama adalah pengasingan dirinya di
sebuah sel yang begitu lembap. Kisah heroik selama dalam penjara, terus
terpupuk. Sandi-sandi komunikasi antara dirinya dengan elemen pejuang di luar
penjara, senantiasa terjalin.
Sebagai
ilustrasi, setiap butir telur yang dikirim istrinya, Inggit garnasih, selalu
diraba oleh Bung Karno sebelum dikupas untuk dimakan. Jika ia mendapati satu
lubang jarum pada permukaan kulit telur itu, artinya keadaan lancar, tak ada
yang perlu dirisaukan. Jika ditemukan dua titik lubang jarum, artinya ada kawan
pejuang yang tertangkap. Jika ia mendapati tiga titik, artinya terjadi
penyergapan ke markas aktivis secara besar-besaran.
Sebelum
menghirup udara bebas, Soekarno memang menjadi narapidana politik paling
diwaspadai. Karenanya, ia diisolasi sedemikian rupa. Termasuk dibatasi benar
semua informasi yang datangnya dari luar. Semua yang asalnya dari luar, pasti
digeledah, diperiksa dengan sangat teliti, termasuk semua antaran makanan yang
diawa Inggit.
Bukan
hanya itu. Bahkan dalam urusan bekerja di dalam penjara misalnya, Bung Karno
ditempatkan di pekerjaan yang letaknya dekat dengan ruangan Direktur Penjara
Sukamiskin. Dengan demikian, penjagaan terhadapnya ketat dengan sendirinya.
Pekerjaan
apa yang sempat dilakukan Soekarno sebagai narapidana Sukamiskin? Ia
dipekerjakan di tempat percetakan. Tugas Soekarno sungguh berat. Ia menarik dan
mengangkat puluhan tim kertas, kemudiaan memotong-motongnya menjadi buku
catatan. Sebelum memotong kertas, ada satu pekerjaan yang paling dibenci
Soekarno, yakni pekerjaan membuat garis-garis potong lembar demi lembar.
Ratusan lembar ribuan lembar.
Bayangkan,
pekerjaan membuat garis potong itu bisa berlangsung berhari-hari dan yang
selama itu pula, setiap hari, sejak matahari terbit hingga terbenam, yang
dilakukan Soekarno hanya menggaris dan membuat garis.
Pada
saat jam istirahat makan siang, Soekarno sama sekali tidak diizinkan
sebangku-semeja dengan para narapidana pribumi. Soekarno dicampakkan di
tengah-tengah narapidana bangsa Belanda. Apa pula yang bisa diperbincangkan
dengan narapidan Belanda? Tentu saja bukan soal politik. Bukan karena omongan
politik dilarang, tetapi memang Soekarno tidak punya lawan bicara politik di
dalam Sukamiskin. Alhasil, tidak ada topik yang dibicarakan antara narapidana
Soekarno dengan narapidana-narapidana Belanda, kecuali soal makanan dan cuaca.
Beosoknya lagi, soal cuaca dan makanan. Lusa, soal makanan dan makanan. Hari
setelah lusa, soal cuaca dan cuaca. Tidak ada politik.
Karena
itulah, Soekarno mengatur siasat komunikasi politik dengan dunia luar dengan
sandi tadi. Selain lewat sebutir telur, sandi juga dikirim lewat berbagai cara.
Suatu ketika, Inggit mengirimkan kitab Al-Quran. Bung Karno segera mengingat
tanggal Quran itu dikirim, kemudian membuka pada surah di halaman yang sesuai
tanggal dikirimnya Al-Quran tadi. Nah, tangannya akan meraba di bagian bawah
halaman yang dimaksud. Maka pada abjad yang dititik menggunakan jarum jahit,
akan ia rangkai menjadi kata. Kata dirangkai menjadi kalimat, sehingga
tersusunlah informasi.
0 Comments: