MENAPAK KARIER SEBAGAI PRAJURIT
Setelah agak
lama mengaggur, Soeharto tetap berusaha untuk prihatin dan mendekatkan diri
kepada Sang Mahakuasa. Menunggu dan mencari jalan terbaik bagi kehidupannya di
masa kini dan mendatang. Jawaban dan tirakat Soeharto tampak mulai terbuka saat
ada pendaftaarn tentara kerajaan Hindia Belanda yang saat itu bernama KNIL
(Koninlijk Nederlans-Indisch Leger). Penuh semangat Soeharto muda mendaftarkan
diri dan sangat berharap bisa diterima di sana. Nantinya jalan untuk mendaftar
KNIL ini tak akan pernah disesali karena membuka jalan lainnya bagi karier
keprajurita Soeharto. Di KNIL sebenarnya ada dua macam pendidikan, yaitu
Langverband dan Kortverband. Langverband diperuntukkan bagi lulusan sekolah
lanjutan seperti Soeharto. Akhirnya, Soeharto diterima masuk sekolah militer
Kortverband Gombong Jawa Tengah. Sekolah militer yang dijalaninya selama 3
tahun tersebut menjadikan Soeharto sebagai lulusan terbaik sehingga langsung
ditempatkan sebagai wakil komandan regu Batalyon XIII Rampal, malang, Jawa
Timur. Mulailah Soeharto menapaki diri sebagai prajurit, meskipun waktu itu
masih menjadi prajurit Hindia Belanda.
Saat bertugas
di Rampal, Malang, inilah Soeharto banyak mendapat teman dan cukup bahagia. Hal
ini lantaran ia sekota dengan sepupu yang seringkali disebutkan sebagai
adiknya, yaitu Sulardi yang tengah menempuh sekolah pertanian di kota Malang.
Soeharto seringkali menghabiskan waktu liburnya dengan Sulardi, berjalan-jalan
atau bahkan menonton bioskop. Teman-teman Soeharto sewaktu di Malang juga cukup
banyak, dia akrab dengan Amat Sudano, Kosasih, Suwoto dan yayi Suwondo. Setelah
menjadi presiden bahkan Soeharto masih ingat dengan komandan kompi dan komandan
peletonnya yang asli Belanda. Penah suatu kali komandan kompinya Kapten Dryber
menulis surat menanyakan kebenaran Soeharto yang saat ini menjadi Presiden RI
adalah anak buahnya di KNIL. Soeharto segera memerintahkan untuk membalasnya
dengan mengatakan YA tapi tak ada lagi surat berikutnya, bisa jadi surat
Soeharto sampai ataukah tak sampai ke tangan Kapten Dryber.
Selain di
Rampal, waktu itu Soeharto juga seringkali ditugaskan di Pantai Gresik untuk
menjaga pertahanan garis Pantai Jawa. Di siilah Soeharto terserang penyakit
malaria dan harus beristirahat dalam jangka waktu cukup lama. Setelah sembuh
dari sakit, Soeharto ditugaskan untuk mengikuti sekolah kader di Gombong
sehingga pangkatnya naik menjadi sersan. Kenaikan pangkat ini membuat Soeharto
bertugas ke Bandung dan kemudian menjadi tentara cadangan AD di Cisarua Bogor-Jawa
Barat. Namun, liku-liku kehidupan tampaknya belum berakhir dari langkah
Soeharto muda. Saat tengah bertugas di Cisarua, terdengar kabar bahwa Belanda
menyerah kepada Jepang sehinngga sekali lagi Soeharto harus meninggalkan
pekerjaannya. Tanggal 8 maret 1942, tepatnya Belanda menyerah kepada Jepang dan
sesaat kemudian Jepang mulai memasuki wilayah Hindia Belanda atau Indonesia.
Terbiasa
menjadi seorang prajurit membuat Soeharto sempat jenuh saat harus kembali ke
kampung halaman dalam keadaan terpaksa. Apalagi gaji di tangan tinggal 1 Gulden
yang membuatnya harus mencari akal bersama temannya Amat Sudono kembali ke
Wuryantoro. Sesampai di Wuryantoro dikabarkan Soeharto terbaring sakit karena
malarianya kambuh selama 6 bulan. Di luaran terdengar kabar banyak tentara KNIL
dan bentukan Belanda lainnya dikejar-kejar lalu ditangkap oleh Jepang. Di
sinilah tampak kebesaran Sang Maha Pencipta, Soeharto terlindung dari
penangkapan Jepang karena sedang terbaring sakit sehingga praktis tidak keluar
rumah sama sekali. Rencana manusia pun tak akan dapat menjangkau takdir semacam
itu. Jika Sang Maha pencipta menggariskan Soeharto harus sakit, ternyata ada
hal yang lebih indah di balik sakitnya, yaitu terhindar dari penangkapan
jepang.
Jepang
bergerak cepat dan langsung menampakkan sifat aslinya yang ingin menguasai
Indonesia. Dibentuknya berbagai lembaga pembantu pemerintahan Jepang di
Nusantara. Mulai dari pasukan kaum perempuan yang diberi nama Fujin Kei,
tentara PETA, kelompok kerja Romusha yang kemudian sama seperti kerja paksa
zaman rodi oleh Belanda, sampai pada pengangkatan pejabat setingkat desa sampai
bupati di luar kebiasaan. Tak ada lagi jabatan yang diperoleh dari keturunan,
asalkan setuju dan sesuai dengan cara Jepang, diangkatlah orang tersebut untuk
menjabat.
Sebelum sembuh
benar dari sakit malarianya, Soeharto sudah beranjak ke kota Yogya. Untuk
menambah pengetahuan, diambilnya kursus mengetik di daerah Patuk (saat ini
kompleks pembuatan bakpia). Tak lama ikut kursus mengetik, Soeharto mendengar
kabar bahwa Jepang membuka pendaftaran untuk dijadikan polisi atau Keibuho.
Meskipun sedang dalam proses penyembuhan dari malaria, beruntung dalam tes
kesehatan Soeahrto dinyatakan lulus. Kemampuannya mengikuti latihan
baris-berbaris kemudian membuat opsir polisi Jepang menyarankannya untuk
mendaftar ke PETA.
Terbentur oleh
inginnya kembali bekerja, Soeharto masuk menjadi anggota PETA atau Pasukan
Pembela Tanah Air. Awal bergabung dengan PETA, Soeharto dilatih menjadi seorang
komandan peleton/Shodancho. Didikan jepang untuk tentaranya sangat keras. Di
sinilah Soeahrto mengenal berbagai taktik pertahanan dan penyerangan setingkat
kesatuan kecil/peleton. Tempaan disiplin ala Jepang membuat Soeahrto semakin
tangguh dan memiliki keberanian sebagai seorang prajurit. Setelah dilatih,
Soeharto kemudian ditugaskan di daerah Wates, Yogyakarta. Setelah itu, Soeharto
juga sempat ditempatkan sebagai komandan batalyon di pantai selatan Yogyakarta,
Solo dan Madiun.
Saat berkarier
di PETA inilah mulai tumbuh sifat nasionalisme Soeharto dan keinginan besar
untuk berjuang menegakkan Negara Indoensia. Meskipun demikian, Soeharto tidak
gegabah dan memberontak langsung kepada Jepang. Diteguklah ilmu keprajuritan
sebanyak-banyaknya dari Jepang seperti halnya saat Soeharto bergabung dengan KNIL
dan meneguk ilmu keprajuritan dari Belanda.
Karier
Soeharto di PETA semakin bagus dan segera disekolahkan menjadi Chudancho atau
setingkat komandan kompi. Pemberontakan PETA di Blitar tak memengaruhi Soeharto
karena memang keberadaannya jauh di Solo. Setelah lulus sekolah komandan kompi,
Soeharto ditugaskan di Solo, Jakarta lalu kembali lagi ke Madiun. Kebanyakan
tugas Soeharto adalah melatih pemuda-pemuda Indonesia yang masih berstatus
pelajar untuk menjadi tentara Zeni atau tentara pelajar. Pengalaman hidup yang
selalu berpindah dari asuhan keluarga satu ke keluarga lainnya membuat Soeharto
menikmati tugasnya di PETA. Meskipun seringkali berpindah tempat dan tugas,
justru menjadi bekal baginya kelak saat memimpin AD dan lanjut memimpin seluruh
masyarakat Indonesia. Secara langsung Soeharto memang banyak belajar dari
lingkungan, pengenalan sistem kemiliteran diperolehnya dari keanggotaan sebagai
KNIL untuk Hindia Belanda, dan selanjutnya sebagai PETA untuk Jepang. Strategi
militer kedua negara tersebut secara otomatis telah diketahui oleh Soeharto
yang turut bergabung di dalamnya.
Saat menjadi
tentara PETA, Soeharto bercerita tumbuh rasa nasionalisme dan patriotisme dalam
dirinya. Jutru dalam kekejaman Jepang, rasa setia kawan dan keinginan untuk
membela negara semakin besar. Soeharto mengalami propaganda Jepang yang
menyatakan Asia untuk Asia dan Anti Amerika-Inggris. Awalnya mungkin hal
tersebut masih bisa dipercaya, tetapi lama-kelamaan melihat perlakuan Jepang
yang tak berperikemanusiaan tampak bahwa propaganda tersebut hanya untuk
membela kepentingan Jepang semata. Justru hal-hal tersebut yang membuat anggota
PETA menjadi tumbuh rasa untuk membela negara dan berkeinginan kuat mencapai
kemerdekaan. Di PETA, Soeharto berteman akrab dengan Supio, Pranoto Wiyono dan
berkenalan dengan Singgih yang kemudian terkenal dengan peristiwa Rangas
Dengklok yang menculik Bung Karno agar segera menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Kemampuan
Soeharto dan pengalamannya dalam tempaan militer ala Belanda dan Jepang inilah
nanti yang membuatnya bisa menyusun strategi jitu dalam mengatasi peristiwa di
tahun 1965. Terlepas dari semua kontroversi yang menyatakan tindakan Soeharto
berlebihan atau bahkan sebenarnya Soeharto sendiri yang merencanakan persitiwa
tahun 1965 tersebut, nyatanya Soeharto mampu meredam api. Soeharto mampu
merangkul semua elemen masyarakat untuk kemudian diajak membangun bangsa
Indonesia dan tak perlu banyak berdebat yang justru menghambat pembangunan.
Soeharto is the best from the best..
ReplyDeleteyupz meski banyak kontroversi pembangunan Indonesia tidak terlepas dari peran beliau
Delete