IBNU BAJAH (Sang Ilmuwan Serba Bisa)
Nama Lengkap
Ibnu Bajah adalah Abu Bakar Muhammad bin Yahya bin ash-Shayigh. Ia merupakan
filsuf dan dokter muslim Andalusia yang dikenal di Barat dengan nama Avempace.
Ia lahir di Saragossa tempat yang kini bernama Spanyol dan meninggal di Fez
(Maroko) pada tahun 1138. Pemikiran Ibnu Bajah memiliki pengaruh yang jelas
terhadap Ibnu Rusyd. Sayangnya, kebanyakan buku dan tulisannya tidak lengkap
dan teratur, karena kematiannya yang terasa begitu cepat. Ia memiliki
pengetahuan yang luas dalam bidang kedokteran, matematika dan astronomi.
Sumbangan
utama Ibnu Bajah bagi filsafat Islam ialah gagasannya terhadap fenomenologi jiwa.
Sayangnya, gagasan ini tidak lengkap pula, sebagaimana yang tertuang dalam
bukunya yang berjudul Gharih dan Motivathhed; ekspresi yang diakui dan
terkenal sebagai Gnostik Islam.
A. Si Anak Emas
Avempace, begitulah ilmuwan Barat
biasa menyebut Ibnu Bajah, ilmuwan muslim terkemuka pada era kejayaan Islam
Spanyol. Ziauddin Sardar dalam bukunya, Science
in Islamic Philosophy, menobatkan Ibnu Bajah sebagai sarjana muslim
multitalenta. Ibnu Bajah dikenal sebagai seorang astronom, musisi, dokter,
fisikawan, psikolog, pujangga, filsuf, ahli logika serta matematikus.
Sejatinya, Ibnu Bajah bernama Abu
Bakar Muhammad ibnu Yahya ibnu Asy-Sayigh. Namun, ia lebih populer dengan
panggilan Ibnu Bajah yang berarti “anak emas”. Sang ilmuwan agung ini terlahir
di Saragosa, Spanyol pada tahun 1082 M. Ibnu bajah mengembangkan beragam ilmu
pengetahuan pada zaman kekuasaan Dinasti Murabbitun.
Ibnu Bajah dikenal sebagai penyair
yang hebat. Pamornya sebagai sorang sastrawan dan ahli bahasa begitu mengilap.
Salah satu bukti kehebatannya dalam bidang sastra dibuktikanya dengan meraih
kemenangan dalam kompetisi puisi bergengsi pada zamannya. Emilio Gracia Gomes
dalam esainya yang bertajuk Moorish Spain mencatat Ibnu Bajah sebagai seorang
sastrawan hebat.
Menurut seorang penulis kontemporer,
Ibnu Khaqan, selain dikenal sebagai seorang penyair, Ibnu bajah juga dikenal
sebagai musisi. Ia piawai bermain musik, terutama gambus dan yang lebih
mengesankan lagi, Ibnu Bajah adalah ilmuwan yang hafal al-Qur’an. Selain
menguasai beragam ilmu, Ibnu Bajah pun dikenal pula sebagai politikus ulung.
Kehebatan Ibnu Bajah dalam
berpolitik mendapat perhatian dari Abu Bakar Ibrahim, Gubernur Saragosa. Ia pun
diangkat sebagai menteri semasa Abu Bakar Ibrahim berkuasa di Saragosa. Setelah
itu, selama 20 tahun, Ibnu bajah pun diangkat menjadi menteri oleh Yahya ibu
Yusuf ibnu Tashufin, saudara Sultan Dinasti Murrabitun, Yusuf ibnu Tashufin.
Kehebatan Ibnu Bajah dalam
filsafat setara dengan Al-Farabi ataupun Aristoteles. Pemikirannya tentang
filsafat sangat mempengaruhi Ibnu Rusyd dan Albertus Magnus. Ibnu Bajah
menemukan gagasan filsafat ketuhanan. Ia menetapkan manusia bisa berhubungan
dengan akal fa’al melalui perantara ilmu pengetahuan dan pembangunan potensi
manusia.
Menurut Ibnu Bajah, manusia bisa
mendekati Tuhan melalui amalan berpikir, tidak semestinya melalui amalan
tasawuf yang dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali. Dengan ilmu dan amalan berpikir
tersebut, segala keutamaan dan perbuatan moral dapat diarahkan untuk memimpin
dan menguasai jiwa. Ia meyakini usaha ini bisa menumpas sifat hewan yang
bersarang di dalam hati dan diri manusia.
Pandangan filsuf multitalenta itu
dipengaruhi oleh ide-ide Al-Farabi. Ia menuangkannya dalam risalah Al-Wida dan kitab Tadbir al-Muttawwahid. Di dalam risalah dan kitab tersebut,
terlihat jelas pembelaanya terhadap karya-karya Al-Farabi dan Ibnu Sina.
Sebagian pemikir mengatakan bahwa kitab Tadbir
al-Mutawwahid sama dengan buku Al-Madinah
al-Fadhilah yang ditulis oleh Al-Farabi.
Al-Farabi dan Ibnu Bajah
meletakkan imu untuk mengatasi segala-galanya. Mereka hampir sependapat bahwa
akal dan wahyu merupakan satu hakikat yang padu. Upaya untuk memisahka keduanya
hanya akan melahirkan sebuah masyarakat dan negara yang pincang. Oleh sebab
itu, akal dan wahyu harus menjadi dasar dan asas pembinaan sebuah negara, serta
masyarakat yang bahagia.
Ibnu Bajah pun sangat menguasai
logika. Menurutnya, sesuatu yang dianggap ada, baik ada atau tidak ada,
bergantung pada keyakinan keberadaannya atau tegasnya menjurus pada sebuah
kemungkinan. Justru, sesuatu yang diyakini itulah yang menjadi satu kebenaran
dan sesuatu kemungkinan itu boleh jadi mungkin benar dan tidak benar.
Kenyataannya, banyak perkara di
dunia yang tidak dapat diuraikan menggunakan logika. Jadi, Ibnu Bajah belajar
ilmu-ilmu lain untuk membantunya memahami hal-hal yag berkaitan dengan
metafisika, seperti ilmu sains dan fisika.
Ibnu Bajah juga terkenal dengan
ungkapan yang menyebut manusia sebagai “makhluk sosial”. Pendapat itu
dilontarkan jauh sebelum sarjana Barat mencetuskannya. Ia pun telah menguraikan
konsep masyarakat madani dalam tulisannya pada abad ke-11 M. Kehebatannya dalam
berbagai ilmu membuat banyak kalangan benci dan iri. Ia pun akhirnya meninggal
dunia akibat diracun pada tahun 1138.
B.
Karya Besar
Sebagai ilmuwan agung, Ibnu Bajah
sangat produktif dan menghasilkan beragam karya. Karya-karya Ibnu Bajah yang
ditulis dalam bahasa Arab banyak mempengaruhi peradaban Barat. Betapa tidak,
buah pikirnya banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Yahudi dan Latin. Kini,
manuskrip asli dan terjemahannya masih tersimpan di Perpustakaan Bodlein,
Perpustakaa Berlin dan Perpustakaan Escurial (Spanyol).
Buah pikir Ibnu Bajah yang paling
populer adalah risalah Al-Wida. Di
dalamnya, Ibnu Bajah menceritakan tentang ketuhanan, kewujudan manusia dan
alam, serta uraian mengenai bidang pengobatan. Karya Ibnu Bajah lainnya yang
berpengaruh adalah kitab Tadbir al-Mutawahhid. Kitab itu mengungkap
pandangannya dalam bidang politik dan filsafat. Ia lebih menekankan kehidupan
indidvidu dalam masyarakat yang disebut mutawahhid.
Tadbir al-Mutawahhid itu diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol.
Karya lain Ibnu Bajah adalah risalah Al-Ittisal
al-Aql bi al-Iman. Karya yang satu ini mengupas secara detail tentang
hubungan akal dengan manusia. Ibnu Bajah juga menulis sebuah kitab yang
berjudul An-Nafs, yang membicarakan persoalan jiwa. Kitab itu juga menerangkan
persoalan yang berkaitan dengan jiwa manusia dan Tuhan, serta pencapaian
manusia yang tertinggi daripada kewujudan manusia, yaitu kebahagiaan.
Pembicaraan itu banyak dipengaruhi oleh gagasan pemikiran filsafat Yunani,
seperti Aristoteles, Galenos, Al-Farabi dan Ar-Razi.
“Perpustakaan Berlin menyimpan 24
risalah manuskrip karangan Ibnu Bajah. Di antaranya ialah tardiyyah (syair-syair), risalah Al-Akhlaq, kitab An-Nabat
dan risalah Al-Ghayah al Insaniyyah,”
ujar Carra de vaux.
Ibnu bajah merupakan ilmuwan yang
hebat dan sangat dihormati sepanjang sejarah. “Kedudukan Ibnu bajah setara
dengan Ibnu Rusyd, Ibnu Sina dan Al-Farabi,” ungkap Ibnu Khaldun.
C. Kontribusi Ibnu Bajah di Bidang Sains dan
Filsafat
1.
Astronomi
Ibnu Bajah amat berperan dalam
mengembangkan ilmu astronomi Islam. Seorang ilmuwan Yahudi dari Andalusia,
Moses Maimonides, menyatakan bahwa Ibnu Bajah telah mencetuskan sebuah model
planet. “Saya pernah mendengar Ibnu Bajah menemukan sebuah sistem yang tak
menyebut terjadinya epicycles. Saya
belum pernah mendengar itu dari muridnya,” ungkap Maimonides.
Selain itu, Ibnu Bajah pun telah
mengkritisi pendapat Aristoteles tentang meteorologi. Bahkan, ia telah
mengungkapkan sendiri teorinya tentang galaksi Bimasakti. Ibnu Bajah menegaskan
galaksi Bimasakti sebagai sebuah fenomena luar angkasa yang terjadi di atas
bulan dan wilayah subbulan.
Pendapat Ibnu Bajah itu dicatat
dalam Ensiklopedia Filsafat Stanford sebagai berikut:
“Bimasakti adalah cahaya
bintang-bintang yang sangat banyak yang nyaris berdekatan stu dengan yang
lainnya. Cahaya kumpulan bintang itu membentuk sebuah ‘khayal muttasil (gambar
yang berkelanjutan). Khayal muttasil ini sebagai hasil dari pembiasaan
(refraksi).”
Guna mendukung penjelasannya
tersebut, Ibnu Bajah pun melakukan pengamatan terhadap hubungan dua planet,
yakni Jupiter dan Mars, pada tahun 500 H atau 1106 M.
2.
Fisika
Dalam bidang fisika Islam, Ibnu
Bajah mengungkapkan hukum gerakan. Prinsip-prinsip yang dikemukakannya itu
menjadi dasar bagi pengembangan ilmu mekanik modern. Pemikirannya dalam bidang
fisika banyak mempengaruhi fisikawan Barat pada Abad Pertengahan, seperti
Galileo Galilei. Tak heran, jika hukum kecepatan yang dikemukakannya sangat
mirip dengan yang dipaparkan oleh Galilei.
Menurut Ibnu Bajah, kecepatan =
gaya gerak – resistensi materi. Ibnu Bajah juga fisikawan pertama yang
mengatakan bahwa selalu ada gaya reaksi untuk setiap gaya yang mempengaruhi. Kebanyakan
pikiran Ibnu Bajah mempengaruhi pemikiran Thomas Aquinas mengenai analisis
gerakan. Inilah salah satu bukti betapa peradaban Barat banyak terpengaruh oleh
sains yang dikembangkan oleh ilmuwan muslim.
3.
Psikologi
Ibnu Bajah pun juga sangat berjasa
dalam mengembangkan psikologi Islam. Pemikirannya tentang studi psikologi
didasarkan pada ilmu fisika. Dalam risalah yang ditulisnya berjudul Recognition of the Active Intelligence,
Ibnu Bajah menerangkan bahwa inteligensia aktif adalah kemampuan yang paling
penting bagi manusia. Ia juga menulis banyak hal tentang sensasi dan imajinasi.
“Pengetahuan tidak dapat diperoleh
dengan pikiran sehat saja, tetapi juga dengan inteligensia aktif yang mengatur
inteligensia alamai,” ungkap Ibnu Bajah. Ibnua Bajah juga mengupas tentang
jiwa. Bahkan, secara khusus, ia menulis kitab berjudul An-Nafs atau Jiwa. Ia juga
membahas tentang kebebasan. Menurutnya, seseorang dikatakan bebas ketika dapat
bertindak dan berpikir secara rasional.
4.
Epistemologi
Manusia mampu berhubungan dan
meleburkan diri dengan akal fa’al atas bantuan ilmu dan pertumbuhan kekuasaan
insaniah, bila ia telah bersih dari kerendahan dan keburukan masyarakat. Masyarakat
bisa melumpuhkan daya kemampuan berpikir perseorangan dan menghalanginya untuk
mencapai kesempurnaan.
Pengetahuan yang didapatkan lewat
akal akan membangun kepribadian seseorang. Akal mendapatkan objek-objek
pengetahuan yang disebut hal-hal yang bisa diserap dari unsur imajinatif, serta
memberikan sejumlah objek pengetahuan lain kepada unsur imajinatif. Hal yang
paling mencengangkan dalam unsur imajinatif adalah hubungan antara wahyu dan
ramalan.
Ibnu bajah juga menandaskan bahwa
Tuhan memanifestasikan pengetahuan dan perbuatan kepada makhluk-makhluk-Nya.
Metode yang diajukan oleh Ibnu Bajah adalah perpaduan perasaan dan akal. Dalam masalah
pengetahuan fakta, ia mempergunakan metode rasional empiris. Tetapi, mengenai
kebenaran keberadaan Tuhan, ia mempergunakan filsafat. Kebenaran itu sendiri
dapat diperoleh manusia apabila menyendiri (uzlah).
Menurut Ibnu Bajah, akal memiliki
dua fungsi, yaitu memberikan imaji objek yang akan diciptakan kepada unsur
imajinasi, serta ,menggerakkan organ-organ tubuh untuk membuat objek di luar
ruh.
5.
Moral
Ibnu Bajah mengelompokkan
perbuatan manusia menjadi perbuatan hewani dan manusiawi. Perbuatan hewani
adalah perbuatan yang didorong oleh motif naluri atau hal-hal lain yang
berhubungan dengannya. Sedangkan pebuatan manusiawi adalah perbuatan yang
didasarkan pada akal budi dan yang timbul karena adaya pemikiran yang lurus.
Dalam upaya mencari klasifikasi;
penentuan suatu perbuatan itu bersifat hewani atau manusiawi; diperlukan
spekulasi dan kemauan. Dari spekulasi dan kemauan ini, Ibnu Bajah membagi
kebajikan menjadi dua jenis, yakni kebajikan formal dan spekulatif. Kebajikan formal
merupakan sifat yang dibawa sejak lahir tanpa adanya pengaruh kemauan ataupun
spekulasi. Sedangkan kebajikan spekulatif didasarkan pada kemauan bebasa dan
spekulasi.
Menurut Ibnu Bajah, hanya orang
yang bekerja di bawah pengaruh pikiran dan keadilan semata-mata, serta tidak
ada hubungannya dengan segi hewani padanya, itulah yang bisa dihargai
perbuatannya dan dapat disebut orang langit. Jika segi hewani tunduk pada ketinggian
segi kemanusiaan maka seseorang menjadi manusia dengan tidak ada kekurangannya,
karena kekurangan ini timbul karena ketundukannya pada naluri.
Ibnu Bajah beranggapan bahwa
sesuatu yang wujud terbagi dua, yaitu bergerak dan tidak bergerak. Sesuatu yang
bergerak adalah materi yang sifatnya terbatas dan sebab gerakannya berasal dari
kekuatan yang tidak terbatas, yaitu akal. Sedangkan sesuatu yang tidak bergerak
ialah materi yang sifatnya tidak terbatas dan sebab gerakannya berasal dari
kekuatan yang terbatas.
Untuk mencapai kedekatannya dengan
Tuhan, Ibnu Bajah menganjurkan untuk melakukan tiga hal berikut:
a.
Membuat lidah kita selalu mengingat Tuhan dan
memuliakan-Nya.
b.
Membuat organ-organ tubuh kita bertindak sesuai
dengan wawasa hati
c.
Menghindari segala sesuatu yang membuat kita
lalai mengingat Tuhan
6.
Kondisi kejiwaan
Ketika membahas tentang jiwa, Ibnu
Bajah mendasarkan pada fisika. Jiwa dianggap sebagai pernyataan pertama dalam
tubuh alamiah dan teratur yang bersifat nutritif (mengandung za-zat untuk
badan), sensitif (kepekaan) dan imajinatif (rasional). Jiwa yang berhasrat itu
terdiri atas tiga unsur, yaitu hasrat imajinatif, hasrat menengah dan hasrat
berbicara.
Jiwa yang berhasrat menghendaki
suatu objek yang kekal. Kehendak ini disebut kesenangan dan tiadanya kehendak
merupakan kejemuan dan kesakitan. Kehendak merupakan kejemuan dan kesakitan. Kehendak
bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh manusia. Siapa pun yang bertindak sesuatu
atas dasar kehendak dianggap telah bertindak atas dasar gagasan-gagasan.
7.
Politik
Ibnua Bajah menerima pendapat
Al-Farabi yang membagi negara menjadi negara sempurna dan negara tidak
sempurna. Ia juga sependapat dengan Al-Farabi yang beranggapan bahwa individu
yang berbeda dari sebuah bangsa memiliki watak yang berbeda pula; sebagian
mereka lebih suka memerintah dan sebagian lainnya lebih suka diperintah.
Tetapi, Ibnu Bajah memberikan
tambahan bahwasanya seorang mutawahhid sekalipun harus senantiasa berhubungan
dengan masyarakat dan hendaknya seorang mampu menguasai diri dan sanggup
mengendalikan hawa nafsu, tidak terseret ke dalam arus perbuatan rendah
masyarakat.
Dalam risalah Al-Wada’, Ibnu Bajah
memberikan dua fungsi alternatif negara berikut :
a. Menilai perbuatan rakyat guna membimbing mereka
mencapai tujuan yang mereka inginkan.
b. Merancang cara-cara mencapai tujuan-tujuan
tertentu; dalam sistem Al-Farabi dan Inu bajah, Konstitusi harus disusun oleh
kepala negara.
8.
Tasawuf
Ibnu bajah mengagumi Al-Ghazali
dan menyatakan bahwa metode Al-Ghazali memampukan seseorang memperoleh
pengetahuan tentang Tuhan dan metode ini didasarkan pada ajaran-ajaran nabi
yang suci. Sehingga, sang sufi dapat menerima cahay di dalam hatinya.
Ibnu bajah menjunjung tinggi para aulia’
Allah dan menempatkan mereka di bawah para nabi. Menurutnya, sebagian orang
dikuasai oleh keinginan jasmaniah belaka. Mereka berada di tingkat paling bawah
dan sebagain lagi dikuasai oleh spiritualitas. Kelompok inilah yang sangat
langkah.
0 Comments: