KONVOI PASUKAN RICHARD DI PESISIR PALESTINA
Bencana
di Acre itu membuat kekuasaan Shalahuddin al ayyubi melemah dan kepercayaan
dunia Islam kepada dirinya pun kian memudar. Orang-orang mulai meragukan
kemampuannya. Bahkan, ia pun mulai meragukan diri sendiri sehingga ia terombang
ambing di antara rasa optimis dan pesimis. Maka, Shalahuddin al ayyubi pun
tidak punya pilihan lain, kecuali bertempur mati-matian melawan Richard.
Maka,
Richard pun memberi peluang kepada Shalahuddin al ayyubi untuk mewujudkan
pilihan tersebut. Pada akhir Agustus 1191, pasukan Eropa mulai bergerak dengan
melakukan konvoi menyusuri Pesisir Palestina. Pasukan yang bersenjata lengkap
dan kereta mereka yang penuh dengan muatan menapaki jalur pantai yang
memisahkan antara laut dan rawa.
Richard
memilih rute ini supaya ia tetap dapat menjalin komunikasi dengan kapal-kapal
perang yang menyuplai semua kebutuhan dan menjaga pasukannya dari sisi sebelah
kanan. Meskipun pasir dan rumput rawa mempersulit perjalanan mereka, pasukan
Richard tetap mengadopsi formasi konvoi standar.
Seperti
konvoi pasukan Guy di hattin, konvoi pasukan Richard juga dilengkapi dengan
pasukan kavaleri yang berbaris dalam penjagaan “ tembok hidup” pasukan
infanteri. Pasukan ini menyusuri pesisir palestina dengan perlahan-lahan menuju
Ascalon atau Jerusalem. Sehingga, Shalahuddin al ayyubi tidak dapat menentukan
tujuan serangan pasukn Richard.
Maka,
Shalahuddin al ayyubi pun memosisikan pasukannya berada di sebelah sisi kiri
musuh. Tujuannya adalah untuk mengganggu dan mengalihkan perhatian pasukan
Richard. Lalu, ia akan menggiring mereka ke sebuah tempat tertentu dan
pasukannya pun akan menyerang mereka secara mendadak. Namun, Richard tidak
menanggapi umpan yang diberikan oleh Shalahuddin al ayyubi. Ia tetap memerintahkan
pasukannya untuk bergerak maju walaupun pasukan pemanah berkuda Shalahuddin al
ayyubi menyerang mereka dari arah kiri.
Selain
gangguan pasukan pemanah Shalahuddin al ayyubi, pasukan Richard pun harus
berhadapan dengan ular dan kalajengking penghuni pesisir pantai. Maka, untuk
mempermudah langkah mereka, beberapa prajurit berusaha menyibak rumput-rumput
rawa yang tinggi. Namun, mereka justru menemukan tarantula dan buaya.
Richard
memang tidak mampu melindungi pasukannya dari gangguan alam liar di Palestian.
Namun, taktiknya tersebut berhasil mengurangi dampak cuaca yang panas sehingga
pasukannya tetap merasa segar. Di sela-sela gangguan pasukan Shalahuddin al
ayyubi, ia mengistirahatkan pasukannya dan mempertahankan kecepatan koncoi
pasukannya.
Sehingga,
beberapa orang prajuritnya mulai tergoda untuk menghentikan langkah mereka
untuk menghadapi serangan musuh. Namun, Richard memerintahkan pasukannya untuk
terus bergerak maju dan mengabaikan pancingan dari pihak Shalahuddin al ayyubi.
Hal ini membuat Sultan Syria dan Mesir itu semakin frustasi dan marah.
Sejak
peristiwa Acre, emosi Shalahuddin cenderung memburuk dan sulit ditebak. Selain
itu, ia menjadi ringan tangan pada para tawanan. Sehingga, prajurit musuh yang
tertangkap tak bisa lagi berharap belas kasihan kepadanya.
ARSUF, SEPTEMBER 1191
Target
pasukan Richard mulai terbaca oleh Shalahuddin al ayyubi. Mereka berkonvoi
menuju Ascalon. Pasukan Inggris itu terus berjalan menembus pasir pantai, rawa
dan hutan pohon . bahkan mereka berhasil menahan serangan pasukan Shalahuddin
al ayyubi yang datang dari arah kiri dan belakang. Namun, para ksatria Richard
mulai bosan dengan formasi bertahan. Serangan hit dan run yang dilancarkan oleh
pasukan pemanah berkuda Shalahuddin al ayyubi telah memancing kemarahan mereka.
Para
ksatria Inggris ini adalah orang-orang pemberani. Selain itu, mereka juga
terkenal sangat kejam. Sehingga, mereka menganggap tindakan Richard yang tidak
membalas serangan dari pasukan Shalahuddin al ayyubi merupakan sikap seorang
pengecut. Akhirnya, mereka mulai kehabisan kesabaran dan ingin segera
bertempur.
Sehingga,
pada bulan September 1191, saat mereka tiba di dekat Arsuf, sekelompok kecil
ksatria tersebut berniat melakukan serangan balik terhadap pasukan Shalahuddin.
Maka, ketika pasukan Shalahuddin al ayyubi menghujani mereka dengan anak panah
dari arah belakang, pasukan berkuda Richard berbalik arah dan melakukan
serangan secara tiba-tiba.
Kemudian,
mereka pun mengejar pasukan Shalahuddin yang tidak menduga langkah balasan
mereka. Sehingga, pasukan pemanah berkuda Shalahuddin al ayyubi pun lari
kocar-kacir. Saat kekacauan mulai mereda, Shalahuddin menyaksikan sekitar 7ribu
prajuritnya tewas. Sehingga, ia
melakukan mogok makan dan menolak berbicara dengan siapa saja selama beberapa
hari.
Akhirnya,
Shalahuddin al ayyubi berhasil mengesampingkan sisi melankolisnya dan mulai
mengumpulkan kembali sisa-sisa pasukannya. Selanjutnya, ia merancang strategi
baru untuk menghentikan Richard. Namun, musuh lama kembali muncul dalam
dirinya, yaitu tidak mampu untuk menjatuhkan keputusan dengan cepat dan tepat.
Ia
tidak bisa memfokuskan perhatiannya karena pikirannya hanya tertuju pada
Ascalon dan Jerusalem yang ia perkirakan sebagai target serangan Richard.
Sehingga, ia luput memperhatikan kondisi di hadapannya dengan menindaklanjuti
kekalahannya di Arsuf. Sebenarnya, ia memiliki peluang untuk melakukan serangan
frontal kepada pasukan Kristen sebelum mereka kembali konsolidasi ulang.
Selain
itu, Shalahuddin juga mempunyai peluang untuk menggoyahkan pasukan Richard
dengan cara memutus jalur suplai logistik pasukan Kristen tersebut atau
melakukan serangan mendadak ke Acre. Akan tetapi, Shalahuddin al ayyubi tidak
bisa mengambil keputusan secara cepat sehingga ia tersudut dalam sebuah posisi
yang defensif. Akhirnya, ia justru memilih untuk menghapuskan peluang Richard
dalam menaklukkan Ascalon dan Jerusalem.
Maka,
Shalahuddin dan pasukannya mulai menarik diri mampu Jerusalem sekaligus
memerintahkan pasukannya untuk membumihanguskan Ascalon. Sebab, ia sadar bahwa
pasukannya tidak akan mampu mempertahankan kedua tempat itu pada waktu yang
bersamaan. Selain itu, ia juga beranggapan bahwa Jerusalem jauh lebih penting
bagi kelangsungan proses jihad daripada Ascalon.
Oleh
karena itu, ia memilih untuk mengorbankan gerbang Mesir tersebut. Hal ini
dilakukannya untuk mencegah Richard menggunakan kota itu sebagai markas operasi
militernya. Dengan demikian, ia akan memaksa Raja Inggirs tersebut untuk
melakukan pertempuran di Jerusalem.
Selanjutnya,
pasukan Shalahuddin al ayyubi pun segera mengevakuasi warga dan meruntuhkan
tembok Ascalon. Namun, hal ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Terlebih dahulu,
mereka harus membakar tembok dan menara batu harus dibakar dengan api unggun
yang besar supaya rapuh. Selanjutnya, mereka harus meruntuhkan tembok dan
menara itu dengan palu dan gada.
Kemudian,
mereka meruntuhkan tembok Ascalon batu demi batu dan menumbangkan menara-menara
pengintai sehingga menimbulkan suara gemuruh dan menggelegar. Berbagai
fasilitas publik dan rumah-rumah warga kota pun diratakan dengan tanah.
Sementara itu, warga kota yang diungsikan hanya bisa menyaksikan rumah mereka
ambruk di tengah-tengah kepulauan debu di udara.
Setelah
berhasil meluluhlantakkan Ascalon, pasukan Shalahuddin segera mengumpulkan
peralatan mereka dan bergerak untuk kembali bergabung dengan pemimpin mereka di
Jerusalem. Ascalon benar-benar menjadi kota mati yang tak bisa dihuni. Sembari
melakukan perjalanan ke Jerusalem, pasukan ini juga menyempatkan diri untuk
menghancurkan semua fasilitas sekitar kota tersebut, termasuk desa-desa
satelit, ladang dan hasil panen. Bahkan, mereka juga meracuni sumur-sumur yang
berada di sekitar tempat itu.
Pasukan
Shalahuddin al ayyubi juga melakukan serangan dadakan terhadap pasukan Richard
yang sedang berpatroli. Tentu saja, perlawanan yang dilakukan oleh pasukan
Shalahuddin al ayyubi ini sangat mengganggu dan mengejutkan Richard. Sehingga,
ia pun berpikir bahwa misi untuk merebut kembali Jerusalem tidaklah semudah
yang ia bayangkan sebelumnya.
Kini,
kedua tokoh penting yang terlibat perang itu mulai berpikir untuk melakukan
sebuah pembicaraan. Maka, Richard pun mengambil langkah inisiatif, untuk
membuka negosiasi dengan Shalahuddin al ayyubi secara hati-hati. Ia mulai
memberi hadiah kepada duta dari pihak Shalahuddin al ayyubi. Bahkan, Richard
menganugerahkan gelar kebangsawasan kepada cucu Shalahuddin al Ayyubi.
Shalahuddin
al ayyubi merespos langkah Richard dengan baik. Ia memperlakukan utusan Richard
dengan jamuan makan yang meriah dan memberikan hadiah kepada duta tersebut.
Akan tetapi, terlepas dari basa-basi tersebut, mereka gagal melakukan negosiasi
karena keduanya belum bersedia untuk berkompromi.
Setelah
melihat reruntuhan di Ascalon, Richard dan pasukannya pun mulai bergerak ke
arah Jerusalem. Namun, pasukan ini berada jauh sekali dari kapal suplai dan
posisi mereka pun terlalu terbuka. Mereka tidak ingin mundur, namun mereka sdar
bahwa setiap langkah maju yang ayunkan bisa jadi justru akan membawa mereka
pada sebuah kekalahan yang mengerikan.
Sebab,
pasukan Shalahuddin pasti akan mempertahankan Jerusalem mati-matian. Kenyataan
ini membuat Richard berpikir keras. Ia berlogika bahwa menyerang Jerusalem
secara langsung sama halnya dengan bunuh diri. Namun, kondisi logistik dan
psikis pasukannya tidak cocok untuk melakukan serangan yang berlarut-larut.
Sementara
itu, Shalahuddin al ayyubi pun tak kalah risaunya dengan Richard. Ia mulai
meratapi hilangnya Ascalon. Bahkan, ia mulai pesimis dan kehilangan semangat.
Sehingga, berbagai pertanyaan pun muncul di dalam benaknya.
Siapa
yang akan mengikutinya setelah berbagai kekalahan ia alami? Apa yang bisa ia
perbuat guna memperbaiki reputasinya? Dan mungkinkah ia bisa memenangkan
pertempuran melawan Richard yang akan mencapluk Jerusalem?
Keadaan
Shalahuddin al ayyubi semakin buruk karena para petinggi militernya mengkritisi
setiap keputusan yang ia ambil, terutama keputusan untuk mempertahankan
Jerusalem. Kekalahan menyakitkan di Acre membuat komandan-komandan Shalahuddin
al ayyubi tidak ingin berlama-lama di Benteng Jerusalem.
Sementara
itu, Shalahuddin al ayyubi telah meneguhkan hati untuk mempertahankan
Jerusalem. Dalam pasukan Perang Salib Eropa kecuali, orang-orang Kristen telah
mendapatkan semua yang mereka inginkan, kecuali Kota Suci. Oleh karena itu,
Shalahuddin al ayyubi sadar bahwa ia harus memperkuat posisinya di ibu kota
Palestina.
Lalu,
Sultan Syria dan Mesir ini pun memerintahkan pasukannya untuk memperkukuh
tembok kota. Selain itu, ia juga memerintahkan pasukannya untuk meracuni semua
mata air yang berada di luar radius dua mil dari tembok kota tersebut. Sebab,
apabila desa-desa satelit Jerusalem ditinggalkan dan hasil panen dihancurkan,
serta jika sumber mata air tak bisa diminum, pasukan Richard yang menuju ke
arahnya tidak akan mampu bertahan lama.
Untuk
menghambat langkah pasukan Perang Salib Eropa, Shalahuddin al ayyubi tidak
hanya mengandalkan usaha secara manusiawi. Sebab, ia juga melakukan refleksi
terhadap berbagai kesalahan dan kegagalannya. Shalahuddin al ayyubi menyadari
bahwa ia telah kehilangan pengendalian diri dan tidak bisa menentukan nasib
pasukannya. Sehingga, kebijakan yang diambilnya justru terpancang pada agenda
Richard.
Oleh
karena itu, ia harus segera membentengi dan memperkuat pertahanan Jerusalem.
Namun, tidak semua prajurit dalam pasukannya sependapat dengan pikirannya.
Beberapa petingginya justru berpendapat bahwa daripada mereka membentengi
Jerusalem lebih baik mereka meninggalkan kota dan menghancurkan pasukan musuh
di arena pertempuran.
Kritik
paling tajam dan penolakan paling kuat yang diterima Shalahuddin al ayyubi
datang dari pasukan mamluk yang selama ini menjadi tentara kepercayaannya.
Mereka mengeluhkan kebijakan Shalahuddin al ayyubi yang memutuskan untuk
bertahan. Sebab, menurut pendapat mereka, kebijakan ini hanya akan memenjarakan
mereka di dalam tembok kota. Selain itu, mereka juga mengkhawatirkan nasib
mereka akan seperti nasib para prajurit di Acre. Sehingga, seluruh kekuasaan
Islam akan jatuh ke tangan musuh dan akhirnya, merea pun menyimpulkan bahwa
mereka lebih baik kehilangan Jerusalem daripada kehilangan semangat jihad.
Ketika
Shalahuddin al ayyubi sedang menghadapi kritik dari para pengikutnya, Richard
memosikan pasukannya di Beit Nuba, suatu tempat yang berada tidak jauh dari
Jerusalem. Garda depan pasukannya semakin mendekati ibu kota Palestina dan
terlibat pertarungan dengan pasukan patroli pengintai Shalahuddin al ayyubi.
Pertempuran di daerah perbatasan tersebut semakin sulit. Sehingga, shalahuddin
pun mengharapkan adanya sebuah keajaiban seperti yang terjadi beberapa kali
sebelumnya.
Maka,
tiba-tiba, Richard menghentikan pasukannya. Ternyata, ia juga merasa
mengkhawatirkan pertempuran yang berlarut-larut. Walaupun ia memiliki kekuatan
yang memadai untuk menyerang dan merebut Jerusalem, ia tidak memiliki pasukan
yang cukup untuk mendirikan kemah selama pertempuran berlangsung (yang
kemungkinan akan memakan waktu selama beberapa bulan hingga beberapa tahun).
Selain itu, air yang bisa diminum sulit ditemui, suplai bahan pangan terbatas
dan moral prajurit-prajuritnya sengat rendah.
Sehingga,
pasukan Richard juga aka terancam oleh bahaya penyakit, kelaparan kehausan,
ketidaknyamanan dan kebosanan. Serangan berlarut-larut hanya akan waktu untuk
berada jauh dari rumah dan keluarga sehingga akan mengendurkan semangat para
prajuritnya untuk mengalahkan musuh. Selain itu pasukan Richard juga sadar
bahwa pasukan Shalahuddin al ayyubi mempertahankan Jerusalem sampai titik darah
penghabisan.
Dengan
demikian, Shalahuddin telah mampu menunjukkan sebagai musuh yang cerdik dan
banyak akal. Sehingga, Richard tidak mampu mengalahkannya secara mutlak.
Sementara itu ia juga khawatir tahta Inggris akan jatuh ke tangan John. Maka,
ia pun mulai putus asa. Raja Inggris yang selalu memancarkan sinar kepercayaan
diri itu, kini terkungkung dalam ambivalensi.
Hal
ini membuat pasukan Prancis naik pitam. Mereka menurut Richard the Lionheart
segera menjatuhkan keputusannya. “Kami meninggalkan negara kami demi merebut
tanah Suci dan kami tidak akan kembali sebelum kami dapat mewujudkan tujuan
tersebut, kata mereka.
Namun,
Richard tetap memilih pulang ke negaranya daripada menaklukkan Jerusalem.
Sehingga, percekokan intern oun tak terhindarkan lagi. Para ksatria saling
menuduh ksatria lainnya bahwa mereka adalah para pengecut. Selain itu, para
komandan Ricahrd justru mencari kambing hitam dan mulai mempertanyakan alasan
mereka jauh-jauh datang ke Palestina.
Sementara
itu, bagi Shalahuddin al ayyubi dan Ricahrd, keletihan yang mereka rasakn lebih
berat daripada baju baja . akan tetapi, kedua pemimpin ini harus tetap
mempertahankan wibawa dan harga diri mereka sebgai seorang raja dan sultan.
Walaupun mereka sangat merindukan perdamaian, mereka tidak bersedia membayarnya
dengan kehormatan diri mereka.
Akhirnya,
Richard mencanangkan gencatan senjata. Ia membuka negosiasi dengan Shalahuddin
al ayyubi. Ia menyatakan keinginannya untuk membangun dan menguasai Ascalon
kembali. Selain itu, ia juga meminta supaya umat Kristiani diizinkan dan
dijamin keamanannya saat mengunjungi tempat-tempat suci mereka di Jerusalem,
meskipun kepemilikan kota suci tersebut tetap berada di tangan umat Islam.
Maka,
Shalahuddin al ayyubi menyatakan bahwa Ascalon tetap akan dijadikan wilayah
yang netral dan ia pun setuju untuk membuka gerbang Jerusalem bagi para
peziarah Kristen. Namun, Richard kembali mementahkan negosiasi ini. Ia sadar
bahwa Shalahuddin al ayyubi merupakan lawan negosiasi yang ulet dan Richard pun
tidak akan pernah bisa menghadapinya. Sehingga, ia menarik pasukannya mundur
dan membiarkan keadaan berkembang seiring dengan perputaran waktu.
0 Comments: