PENAKLUKAN KONSTANTINOPEL

September 29, 2017 0 Comments

                                  Benteng kota Konstantinopel di masa sekarang

Nouve Rome, Constantinoupolis, atau Konstantinopel, merupakan salah satu kota terpenting di dunia. Kota yang dikelilingi tembok-tembok besar dan kokoh sebagai benteng ini dibangun pada tahun 330 M oleh Kaisar Byzantium yaitu Constantine I. Konstantinopel memiliki posisi yang sangat penting di mata dunia. Sejak didirikan, pemerintah Byzantuim telah menjadikannya sebagai ibukota pemerintahan.
Sebagai salah satu kota terbesar dan benteng terkuat di dunia saat itu, Konstantinopel dikelilingi lautan dari tiga sisi sekalligus, yaitu Selat Bosphorus, Laut Marmarah dan Tanjung Emas (Golden Horn) yang dijaga dengan rantai sangat besar, hingga tidak memungkinkan  utntuk masuknya kapal musuh ke dalamnya.
Dengan demikian, dari segi kekuatan militer, kota ini dianggap sebagai kota yang paling aman dan terlindungi, karena di dalamnya ada pagar-pagar pengaman, benteng-benteng yang kuat dan perlindungan secara alami. Napoleon Bonaparte pernah mengiluustrasikannya dengan “kalaulah dunia ini sebuah negara, maka Kontsantinopel inilah yang paling layak menjadi ibukotanya”.
Banyak banga mengincar kota ini untuk dikuasai, di antaranya bangsa Gothik, Avars, Persia, Bulgar, Rusia, Khazah, Arab-Muslim dan Pasukan Salib. Meskipun misi awalnya adalah menguasai Yerusalem. Arab-Muslim pun terdorong ingin menguasai Byzantium nilai strateginya.


Kepemimpinan Sultan Muhammad II


Banyak serangan yang dilancarkan para tentara Islam untuk menaklukan Konstantinopel selama 800 tahun. Usaha pertama untuk menaklukan Konstantinopel dilakukan pada tahun 34 H/654 M. Pada masa itu, pemerintahan Utsman bin Affan mengirim Muawiyah bin Abu sofyan dengan pasuka yang besar untuk mengepung dan menaklukannya. Tetapi mereka pulang dengan tangan hampa disebabkan kokohnya pertahanan Konstantinopel.
Demikian juga seterusnya, hingga pada masa pemerintahan Sultan Murad II, beberapa kali usaha dilakukan demi merebut kota yang menurut kepercayaan mereka akan bisa ditaklukannya. Adalah Sultan Muhammad II, putera Sultan Murad II yang melanjutkan penaklukan Konstantinopel. Berbeda dengan usaha-usaha para pendahulunya, ia memperkuat kekuatan militer dari segi kuantitas hingga mencapai 250.000 personil. Selain itu, Sultan juga memperkuat armada laut Utsmani sebanyak 400 unit, mengingat Konstantinopel adalah sebuah kota laut, yang tidak mungkin bisa dikepung kecuali dengan menggunakan armada laut.
Tak ingin mengulangi kesalahan para pendahulunya, Sultan mempersiapkan strategi perangnya lebih matang. Salah satunya membangun Benteng Romali Hisyar di wilayah Selatan Eropa di Selat Bosphorus, tepatnya pada sebuah titik paling strategis yang berhadapan dengan benteng yang pernah dibangun pendahulunya yaitu Sultan Bayazid di daratan Asia. Ia juga menyiapkan meriam-meriam berukuran  sangat besar dalam penaklukan kali ini.
Sebelum serangan dilancarkan, Sultan Muhammad II mengadakan perjanjian dengan kerajaan Konstantinopel, di antaranya ialah perjanjian yang dibuat dengan kerajaan Galata yang bersebelahan dengan Byzantium. Ini merupakan strategi yang penting supaya seluruh tenaga dapat difokuskan kepada musuh yang satu tanpa ada ancaman lain yang tidak terduga.
Pada tanggal 6 April 1453 M, Sultan Muhammad II sampai di pintu gerbang Konstantinopel. Bersama gurunya, Syaikh Aaq Syamsudin dan tangan kanannya, Halil Pasha dan Zaghanos Pasha, mereka mulai menelusup dari berbagai penjuru kota. Sebagai ahli perang, Muhammad II membagi angkatan daratnya menjadi tiga lapis. Garda depan adalah pasukan infanteri dan yanisari. Sedangkan lapisan dua dan tiga adalah pendukung. Sebagian mereka adalah pasuka artileri. Sementara Angkatan Laut disiagakan sebanyak 400 kapal perang, dengan meriam orbannya.
Pertempuran akhirnya dimulai, tapi pertahanan Konstantinopel terlalu kuat untuk ditembus. Di Tanjung Emas, kapal-kapal perang Turki Ottoman mulai karam menabrak rantai-rantai besi yang dipasang mengelilingi Konstantinopel. Angkatan laut Ottoman berusaha keras mematahkan rantai-rantai tersebut, namun tidak berhasil. Situasi semakin buruk dengan datangnya bala bantuan Byzantium dari angkatan laut negara-negara Eropa Barat. Angkatan laut Turki Ottoman semakin terdesak. Dalam kondisi pelik itu, Muhammad II mengganti panglima lautnya, Palita Oglu diganti oleh Laksamana Hamzah Pasha.
Dengan segala kekuatan, pasukan Turki Ottoman berhasil menghancurkan  benteng pertahanan Konstantinopel yang berada di Lembah Lycos. Kaisar Konstantin melakukan penawaran dengan memberikan daerah-daerah jajahan lain kepada Ottoman sebagai ganti Konstantinopel, tapi Muhammad menolak, sebaliknya ia menawarkan perlindungan bagi seluruh warga Byzantium, termasuk kepada Konstantin sendiri.

Selama satu bulan penyerangan belum ada hasil yang dicapai. Namun, memnjelang berakhirnya bulan purnama, Sultan mendapat ide untuk menarik kapal-kapal perangnya ke daratan. Awalnya, ide ini dijalankan setengah hati oleh para prajurit, mereka menganggap Sultan telah gila karena tidak berhasil melakukan serangan laut.
Namun Sultan menjelaskan, selama ini kekuatan prajuri Konstantinopel berasal dari keyakinan akan adanya kekuatan bulan purnama dan saat itu, bulan purnama telah lewat. Kapal-kapal mulai ditarik dengan menggunakan kayu gelendongan. Malam harinya, dengan diterangi bintang-bintang, kapal-kapal itu belayar di daratan mellintasi lembah dan bukit. Pagi harinya, 70 kapal perang yang tersisa telah berpindah lokasi melintasi Tanjung Emas, Besiktas dan Galata. Rakyat Byzantium yang menyaksikan kapal-kapal berlayar di daratan begitu terkejut. Mereka mengira itu karena bantuan jin atau setan, sebagian dari mereka menggosok-gosok mata, mencubit pipi, untuk memastikan bahwa ini bukan mimpi.
Tepat pada tanggal 29 Mei 1453 M. Konstantinopel jatuh dan berhasil ditaklukan para tentara Islam. Pada hari itu, mayoritas penduduk Konstantinopel bersembunyi di gereja-gereja sekitar kota. Sultan Muhammad II berpesan kepada tentaranya supaya berbuat baik kepada penduduk Konstantinopel. Sultan Muhammad menuju gereja Aya Sofya yang ketika itu menjadi tempat perlindungan sejumlah besar penduduk kota. Ketakutan jelas tebayang di wajah masing-masing penduduk ketika Sultan menghampiri pintu gereja. Salah seorang pendeta telah membuka pintu gereja dan Sultan meminta beliau supaya menenangkan penduduk.
                                           Peta garis pertahanan Konstantinopel

Pada hari Jumat itu, Sultan Muhammad II bersama para muslimin tengah mendirikan sholat Jumat di Masjid Aya Sofya. Khutbah yang pertama di Aya Sofya itu disampaikan oleh Asy Syeikh Ak Semsettin. Nama Konstantinopel kemudian diganti “islam Bol/islambul’. Yang berarti “kota islam” dan kemudian dijadikan sebagai ibukota ketiga Khilafah Utmaniyyah setelah Bursa dan Edirne. Atas jasanya Sultan Muhammad II diberi gelar Al-Fatih (penakluk), sehingga ia sering dipanggil Sultan Muhammad al-Fath. Pertempuran merebut kota Konstantinopel berlangsung dari tanggal 6 April hingga 29 Mei 1453 atau hampir dua bulan.
Sultan Muhammad al-Fatih memasuki gerbang charisius pada penaklukan Konstantinopel

Kesultanan Utsmaniyah

Kesultanan Utsmaniyah (1299-1923), atau dikenal juga dengan sebutan kekaisaran Turki Ottoman merupakan negara multi-etnis dan multi-religi. Dalam perkembangan negara ini diteruskan oleh Republik Turki yang diproklamirkan pada 29 Oktober 1923. Negara ini didirikan oleh Bani Utsman, yang selama lebih dari 6 abad kekuasaannya (1299-1923) dipimpin oleh 36 orang sultan, sebelum akhirnya runtuh dan terpecah menjadi beberapa negara kecil.
Kesultanan ini menjadi pusat interaksi antara barat dengan timur selama 6 abad. Pada puncak kekuasaannya, Kesultanan Utsmaniyah terbagi menjadi 29 provinsi. Dengan Konstantinopel (sekarang Istambul) sebagai ibukotanya, kesultanan ini dianggap sebagai penerus dari kerajaan-kerajaan sebelumnya, seperti Kekaisaran Romawi dan Byzantium. Pada abad 16 dan 17, Kesultanan Utsmaniyah menjadi salah satu kekuatan utama dunia dengan angkatan lautnya yang kuat.

Kekuatan Kesultanan Utsmaniyah terkikis secara perlahan pada abad ke -19, sampai akhirnya benar-benar runtuh pada abad 20. Setelah Perang Dunia I berakhir, pemerintahan Utsmaniyah yang menerima kekalahan dalam perang tersebut, mengalami kemunduran di bidang ekonomi.

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 Comments: