SEJARAH KOREA

September 25, 2017 3 Comments

1.       Korea Dibagi Dua
Korea merupakan wilayah strategis di Asia Timur yang selalu terancam kedudukannya karena baik jepang maupun Rusia selalu berusaha untuk menguasai daerah itu. Bagi Rusia, Korea sangat penting karena wilayahnya berdekatan dengan ujung timur wilayah Rusia. Di samping itu, daerah Korea juga merupakan daerah subur dan berhadapan langsung dengan laut lepas. Sedangkan bagi jepang, Korea tak ubahnya dengan “pistol yang tertuju ke dada” karena letaknya yang berhadapan. Kedua negara asing itu berusaha untuk menguasai Korea yang sangat strategis tersebut.
Pendudukan asing terhadap Korea dilakukan Jepang sejak tahun 1896 dan berakhir dalam tahun 1945. Selama berada di bawah penjajahan jepang, Korea hendak dijepangkan dengan segala upaya dan kekuatan Jepang, akan tetapi upaya Jepang tersebut tidak berhasil.
Setelah Perang dunia II berakhir, wilayah Korea terpaksa dibagi menjadi dua bagian dengan garis batas 38 derajat LU. Korea Utara yang merupakan daerah dukungan Uni Sovyet akhirnya menjelma jadi Republik Demokrasi Korea dengan Ibukotanya Pyongyang sedangkan Korea Selatan dukungan Amerika Serikat menjadi Republik Korea dengan Ibukota Seoul.
Dibagi duanya wilayah Korea menjadi Korea Utara dan Korea Selata dan didukungnya masing-masing negara oleh Amerika Serikat dan Uni Sovyet menyebabkan seringnya terjadi pertikaian diantara kedua negara yang baru merdeka tersebut. Pertikaian-pertikaian antara Korea Utara dengan Korea Selatan mencapai puncaknya dengan Perang Korea (1950-1953). Setelah persetujuan damai dicapai, daerah sekitar garis demarkasi  38  derajat LU disetujui kedua belah pihak sebagai daerah bebas militer.
2.       Korea Selatan Muncul Sebagai Negara Maju
Paham Komunisme tidak dapat tumbuh dan berkembang di negara yang rakyatnya sejahtera. Keadaan ini dipahami benar oleh Amerika Serikat, sehingga negara ini berusaha sekuat tenaga untuk membangun ekonomi Korea Selatan agar kesejahteraan rakyat meningkat. Dengan bantuan keuangan dari Amerika Serikat, Korea Selatan dapat meninggalkan Korea Utara dalam hal pembangunan. Dalam tahun 1950, pendapatan per kapita rakyat Korea Selatan per tahun baru mencapai US$ 60. Dalam tahun 1980 melonjak menjadi US$ 2.000 per kapita per tahun, sesuatu peningkatan yang cukup memberikan tauladan buat negara-negara tetangganya, terutama Indonesia dan negara-negara dunia ketiga lainnya.
3.       Perkembangan Politik Di Semenanjung Korea
Pembagian semenanjung Korea menjadi Korea Utara dan Korea Selatan ternyata membawa perkembangan tersendiri dalam kehidupan kedua negara. Korea Utara tampil sebagai negara komunis yang mendapat dukungan Rusia, sedangkan Korea Selatan tampil sebagai negara Liberal dengan dukungan Amerika Serikat. Kedua negara adikuasa itu berusaha untuk menanamkan pengaruhnya di masing-masing daerah.
a.       Korea Utara
Korea Utara merupakan negara komunis yang berbatasan langsung dengan Rusia (Uni Sovyet) dan RRC, Jepang, Korea Selatan dan Laut Kuning. Negara yang luasnya mencapai 121.929 Km2   ini berpenduduk sekitar 20 juta jiwa dalam tahun 1985.
Persiapan pergantian pimpinan dan kebijaksanaan ekonomi di Korea Utara mendominasi negara tersebut sejak permulaan tahun 1980. Presiden Kim II Sung mengusulkan diadakan penarikan mundur sekitar 30 ribu pasukan Amerika Serikat dari Korea Selatan dan menyerukan diadakannya penggabungan kedua negara yang telah terbagi dua sejak berakhirnya Perang Dunia II itu dalam suatu konfederasi dengan pimpinan Korea Utara. Presiden Kim juga menyerukan diadakannya hubungan dengan negara-negara kapitalis asal negara-negara tersebut tidak memusuhi Korea Utara. Hubungan dagang dengan Jepang diusahakan segera dilaksanakan.
Adanya pergeseran kebijaksanaan pemerintah dalam tahun 80-an ini telah menarik simpati internasional bagi Korea Utara. Sayang, simpati internasional ini dirusak oleh campur tangan Korea Utara dalam masalah dalam negeri negara lain, antara lain dengan menjadi pemasok amunisi dan obat-obatan kepada Iran sehingga menimbulkan kemarahan internasional. Karena Korea utara sering mengutuk kebijaksanaan luar negeri Amerika Serikat dalam hubungannya dengan Korea Selatan, maka hubungan dengan Amerika Serikat buruk sekali. Pyongyang sering mengutuk kebijaksanaan Menlu Haig dari Amerika Serikat yang dianggap provokatif dan sangat membahayakan Korea Utara.
Hubungan dengan negara-negara Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN diusahakan berlangsung lebih baik dengan kunjungan PM Li Jong Ok ke Indonesia, malaysia dan Muang Thai pada permulaan tahun 1982. Hubungan dengan Korea Selatan pun diusahakan berjalan lebih lancar dengan diadakannya reuni organisasi Palang Merah kedua negara dalam bulan Mei 1985. Sebanyak 151 orang Korea Utara mengadakan kunjungan ke Seoul selama tiga hari untuk bertemu dengan sanak keluarganya yang telah berpisah selama 40 tahun sejak berdirinya kedua negara. Sejak itu kedua warna negara yang terpisah itu dapat dikatakan “bebas” untuk saling berkunjung. Gambar dibawah ini menunjukkan pertemuan keluarga di pyongyang pada bulan September.
Perang dan garis politik kedua negara telah memisahkan mereka dari keluarganya selama 40 tahun. Pertemuan warga Korea dengan saudaranya

b.       Korea Selatan
Korea Selatan merupakan negara rupublik liberal yang luas wilayahnya lebih kecil dibandingkan dengan Korea Utara, tetapi penduduknya dua kali lebih banyak (dalam tahun 1984 berjumlah 40.578.000 Jiwa) dan pendapatan per kapita penduduknya pertahun telah mencapai 2000 Dollar Amerika Serikat.

                                                        Presiden Chun Doo Hwan

Dalam bidang pembangunan ekonomi, Korea Selatan melejit meninggalkan Korea Utara. Kemajuan ekonomi Korea Selatan dicapai berkat bantuan keuangan dari negara pendukungnya, Amerika Serikat. Sejak tahun 1968, hubungan Korea Selatan dengan Indonesia baik sekali dan masing masing negara berusaha untuk memelihara hubungan baik tersebut, dalam upayah mencegah menjalarnya pengaruh komunisme.
Kehidupan politik dalam negeri Korea Selatan yang liberal tidak begitu mapan dibandingkan dengan kehidupan politik di Korea Utara yang sosialis. Gelombang protes terus mengalir mewarnai kepemimpinan Presiden Chun Doo hwan sejak ia memangku jabatan presiden menggantikan Presiden Park Chung Hee yang meninggal dalam tahun 1979, dengan munculnya tokoh oposisi Kim dae Jung dan Kim Young Sam. Walaupun demikian, Presiden chun berhasil mengatasi situasi dalam negeri dan berhasil pula membangun Korea Selatan hingga mencapai tarap negara maju. Pembbangunan fisik berjlan lancar sehingga Korea Selatan muncul sebagai negara yang patut ditiru oleh negara-negara lain dalam bidang pembangunan.
Munculnya Chun Doo Hwan sebagai tokoh nasional Korea Selatan ditandai pula oleh munculnya tokoh oposisi seperti Kim dae Jung dan Kim Young Sam. Untuk memperkuat kedudukannya sebagaai Presiden Korea Selatan, Chun sejak terpilihnya sebagai presiden dalam bulan Agustus 1980 mengadakan amnesti terhadap 8.000 tahan politik, termasuk Kim dae Jung sendiri. Kim Dae Jung kemudian diasingkan ke Amerika Serikat.
Hubungan dengan Korea Utara dan Uni Sovyet yang sejak semula tidak berjalan lancar diperburuk dengan peristiwa percobaan pembunuhan atas diri Chun Doo hwan di Rangoon dalam tahun 1983. Pemerintah Seoul menuduh Korea Utara sebagai dalang peristiwa tersebut dan gelombang demonstarsi anti Korea Utara dilancarkan oleh sekitar tujuh ribu penduduk Korea Selatan setelah terjadinya peristiwa tersebut. Gerakan anti Uni Sovyet juga terjadi setelah peristiwa penembakan pesawat Boeing 747 milik Korean Air Lines (KAL) yang menewaskan 269 penumpangnya pada bulan September 1983 disekitar pulau Sakhalin.
Walaupun Presiden Chun dinilai berhasil dalam memimpin negara, tetapi pihak oposisi terus meningkatkan perlawanannya. Dalam bulan Juni 1984 kelompok oposisi mengumumkan terbentuknya koalisi Komite Musyawarah untuk Demokrasi, yang dipimpim oleh dua tokoh oposisi ternama, kim Dae Jung dan Kim Young Sam.

                                            Roh Tae Woo, presiden baru Korea Selatan

Demonstrasi anti pemerintah terus dilancarkan oleh pihak oposisi dengan melibatkan ratusan ribu mahasiswa. Dalam tahun 1985 tidak kurang dari 270 ribu mahasiswa terlibat demonstrasi. Gerakan anti pemerintah menurun dalam tahun 1986 setelah Presiden Chun mengumumkan akan diselenggarakan pemilihan umum paling lambat dalam tahun 1987 dan ia sendiri merencanakan untuk mengundurkan diri dari kegiatan politik. Pemilihan umum 1987 dimenangkan oleh partai pemerintah dan Roh Tae-Woo  menjadi Presiden Korea Selatan setelah bersaing denga Kim Dae Jung



                                          Kim Dae Jung, tokoh Oposisi Yang Mencalonkan Diri
                                                     Sebagai Presiden Dalam Pemilihan Umum 1987



                          Kim Young Sam, Calon Presiden Korea Selatan dari pihak Oposisi


Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

3 comments:

  1. Terimakasih artikelnya.

    Ada yg ingin saya tanyakan.. apa pemerintah seperti chun doo hwan yg diktator tsb bisa disebut fasis?

    Terimakasih


    ReplyDelete
  2. terima kasih sudah membaca artikel saja. kita bisa berbeda pandangan tentang apa itu fasis. menurut saya fasis itu selain menjalankan roda pemerintahan dengan diktator dan menjadikan para pengikutnya seragam, inti utama dari pemerintahan negara fasis adalah Gerakan militerisme sebab fasisme selalu berpikir bahwasannya musuh berada dimana-mana di luar negara maupun di dalam negara, sehingga menurut mereka negara selalu dalam keadaan bahaya. jd kalo menurun saya korea selatan pada masa kepemimpinan Chun doo whan tidak bisa dikatakan negara fasis sebab masih ada pihak oposisi sedangkan negara fasis dia hanya ada 1 yaitu militer dan tidak ada yg boleh selain militer. sama seperti pak harto meskipun diktator tp indonesia tidak dikatakan negara fasis sebab pada zaman pak harto memang dipengaruhi kekuatan militer akan tetapi dizaman beliau masih ada keberagaman contohnya golkar PPP dan PDI sedangkan kalo fasis dia hanya ada 1 yaitu militer dan tidak ada warna dan corak lain selain militer.

    ReplyDelete